Lompat ke isi

Susu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 September 2023 04.17 oleh 182.3.46.165 (bicara)
Susu
Karakteristik
Jenisclass of anatomical entity (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Komposisiair cair, protein, Lemak dan Natrium klorida Edit nilai pada Wikidata
Warnaputih dan kuning Edit nilai pada Wikidata

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia, salah satunya manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia.

Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif, susu membantu pertumbuhan mereka.[1] Sementara itu, untuk orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu secara alami mengandung nutrisi penting, seperti bermacam-macam protein, kalsium, magnesium (Mg), fosforus (P), dan seng (Zn), pendapat lain menambahkan bahwa susu mengandung mineral dan lemak.[2] Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu yang dikemas dalam bentuk yang unik. Tujuannya agar orang tertarik untuk membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk fermentasi.

Sejarah

Susu kental manis Rusia

Pada zaman dahulu, susu telah dipakai sebagai bahan pokok pangan manusia. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu, seperti sapi, kuda dan domba. Sapi dan domba mulai dijinakkan sejak 8000 SM untuk diambil daging, bulu dan susunya.[butuh rujukan] Di Timur Tengah, susu bahkan terfermentasi menjadi keju oleh para pengembara gurun di sana.[3] Diperkirakan susu mulai masuk ke dataran Eropa pada abad 5000 SM melewati daerah Anatolia.[3] Sementara, susu mulai masuk ke Inggris pada periode Neolitik.[4]

Penggunaan keju dan susu dari Timur Tengah lewat Turki mulai dikenal oleh bangsa Eropa pada zaman Pertengahan.[3] Kemudian, pada abad ke-15, para pelaut mulai membawa sapi perah untuk dipelihara dan diternakkan di dataran Eropa untuk konsumsi susu. Bangsa Indonesia mulai mengonsumsi susu pada masa abad ke-19 dan 20 dengan mengikuti orang Belanda yang terbiasa meminumnya.[5]

Nutrisi hewan mamalia

Sebagian besar hewan mamalia, termasuk manusia, susu diberikan oleh induk melalui kelenjar susu induk. Beberapa kebudayaan meneruskan kebiasaan memberi air susu kepada bayi nya hingga umurnya mencapai 7 tahun.[6] Sedangkan pada ternak, khususnya sapi, anak sapi diberikan susu selama sekitar 3 bulan, tetapi bisa disapih lebih dini dengan pemberian pakan brangkasan jagung [7]

Gizi untuk manusia

Di beberapa negara, terutama di Eropa, meminum susu telah menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan setiap sarapan.[8] Susu terus diproduksi dengan cara mendirikan peternakan sapi perah. Pada zaman ini, susu tidak hanya diminum, melainkan diolah menjadi mentega, yogurt, bahkan es krim. Susu pun terus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman. Di Eropa, industri susu sangat maju dalam hal teknologi dan kualitas susu itu sendiri. Susu yang diproduksi di Eropa, rata-rata mengandung kandungan gizi yang tinggi.[9] Susu mengandung banyak sekali kalsium yang dapat menguatkan tulang.[butuh rujukan]

Sumber susu

Susu tidak hanya dari sapi, tetapi juga dari beberapa hewan mamalia lainnya yang dihasilkan melalui peternakan susu. Susu dari jenis hewan ternak selain sapi diantaranya:

Di Rusia dan daerah Laplandia, sejenis peternakan rusa perah dibuat untuk logistik susu di beberapa daerah di lingkar kutub utara.[10] Susu kuda dan keledai mengandungi lemak sekitar 50% lebih rendah dari susu sapi.[11] Susu paus mengandung kandungan lemak terbesar, yaitu 50% dari kadar susu tersebut.[12] Namun, susu paus tidak dikonsumsi oleh manusia.

Syarat susu yang baik

Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.

Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.[13]

Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu umumnya sedap, tetapi juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di atas.

Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/L.[14] Penetapan berat jenis susu harus dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu.[14] Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu.[butuh rujukan]

Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520 °C, sedangkan titik didihnya adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik beku ini akan mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.[butuh rujukan]

Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara sifat asam dan sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,5–6,7. Bila pH susu lebih rendah dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun aktivitas bakteri.[15]

Jenis produk susu

Berdasarkan kandungan lemak yang terdapat di dalamnya, produk susu dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu susu murni, susu kurang lemak, susu rendah lemak, dan susu bebas lemak atau susu skim.

Susu murni harus mengandung sekurang-kurangnya 3,25% dari lemak susu dan 8,25% padatan susu bukan lemak (protein, karbohidrat, vitamin larut air, dan mineral). Penambahan vitamin A dan D pada susu ini bersifat fakultatif.[butuh rujukan]

Susu kurang lemak banyak dipilih orang orang-orang yang ingin mengurangi konsumsi lemak di dalam susu. Sesuai dengan namanya, kadar lemak pada susu ini telah dikurangi hingga tersisa 2%. Untuk konsumen yang menginginkan konsumsi lemak lebih sedikit lagi, diciptakanlah susu rendah lemak. Kadar lemak pada susu ini telah dikurangi hingga tersisa 1%.[butuh rujukan]

Pada susu skim, kadar lemaknya dikurangi hingga hampir tidak ada sama sekali (0,1%), tetapi residu dari lemak susunya boleh tersisa hingga maksimum 0,5%.[16] Karena vitamin A dan D yang larut dalam lemak ikut hilang pada proses penghilangan lemak, pada susu kurang lemak, susu rendah lemak, dan susu skim umumnya ditambahkan kedua vitamin tersebut.

Susu murni yang dipanaskan selama beberapa waktu akan terubah menjadi evaporated milk. Susu ini terbentuk melalui pemanasan susu dengan menggunakan pompa vakum untuk menghilangkan kira-kira 60% kadar airnya. Selain penghilangan air, dalam pembuatan evaporated milk ini juga dilakukan penambahan vitamin D serta standardisasi nutrisi. Selanjutnya susu ini akan dipanaskan pada suhu 115,5-118,5 °C selama 15 menit untuk sterilisasi. Hasilnya, evaporated milk akan berstruktur lebih pekat dibandingkan susu murni, dan mengandung kira-kira 25% padatan susu bukan lemak.[11]

Komposisi susu

Komposisi susu diantaranya terdiri atas air, bahan kering, lemak, bahan kering tanpa lemak, protein, dan laktosa. Setiap hewan memiliki komposisi susu yang berbeda-beda, baik antar hewan, antar jenis, maupun antar bangsa hewan. Susu sapi memiliki kadar lemak 3,1%, protein 2,8%, bahan kering 11,2%, bahan kering tanpa lemak 8,1%.[17] Sedangkan komposisi susu kambing terdiri atas kadar lemak 6,34%, protein 4,97%, bahan kering 15,32%, bahan kering tanpa lemak 8,97%.[18] Berdasarkan hasil komposisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan kering, kadar lemak, dan protein susu kambing lebih tinggi daripada susu sapi. Kandungan omega-3 dalam susu sapi dapat ditingkatkan melalui pemberian pakan kaya omega-3 seperti campuran garam kering karboksilat [19] Kombinasi selang pemerahan yang berbeda berpengaruh (P<0.05) terhadap produksi dan laju sekresi susu sapi perah [20]

Referensi

  1. ^ "Tahukah anda manfaat susu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-14. Diakses tanggal 2012-10-16. 
  2. ^ "Susu Kedelai vs Susu Sapi". 12 Agt 2012. 
  3. ^ a b c Mukthi, M.F. (2011-03-22). "Kelezatan Bakteri". Historia. Diakses tanggal 2021-06-22. 
  4. ^ Nostalgia, Potongan. "Sejak Kapan Manusia Mulai Minum Susu Hewan? Jawabannya Telah Ditemukan". Kumparan. Diakses tanggal 2021-10-22. 
  5. ^ Wijaya, Yana Gabriella (2020-05-31). Aisyah, Yuharrani, ed. "Sejarah Susu di Indonesia, Dulu Dianggap Darah Putih". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-10-22. 
  6. ^ . . . or just go with the flow?. The Times, May 5, 2005.
  7. ^ [1] Evaluasi Kecernaan Hay Hijauan Jagung Muda Umur 17 Hari sebagai Alternatif Sumber Hijauan untuk Pedet Hasil Penyapihan Dini.
  8. ^ Shidiq, Taufik Nur (2019-07-18). "Susu Begitu Penting Bagi Kultur Barat, Mengapa Tidak di Indonesia?". Kumparan. Diakses tanggal 2021-06-22. 
  9. ^ Ilma, Ulya. "Susu". 
  10. ^ "Moose milk makes for unusual cheese". The Globe and Mail. 26 June 2004. Diakses tanggal 2007-08-27. 
  11. ^ a b "Dairy Farmers of Washington". Washington Dairy. 
  12. ^ Ashari, Avisena (2019-01-08). "Bagaimana Cara Mamalia Laut Menyusui Anaknya?, Ayo Cari Tahu!". Bobo.id. Diakses tanggal 22-06-2021. 
  13. ^ Donnelly, Catherine; Kehler, Mateo (2016). The Oxford Companion to Cheese. Oxford University Press. hlm. 322. ISBN 9780199330898. 
  14. ^ a b "Markiyah" (2011). "Kajian Standar Indonesia Susu Cair di Indonesia". Standardisasi. 13 (1): 4. 
  15. ^ Saleh E. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak Diarsipkan 2010-12-27 di Wayback Machine.. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
  16. ^ Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-497-285-1
  17. ^ [2][Kualitas Susu Sapi Berdasarkan Kepemilikan di Kawasan Usaha Peternakan Cibungbulang, Kabupaten Bogor][Sinaga, Kurniawan]
  18. ^ [3][Produksi dan Kualitas Susu Kambing Sapera yang Diberikan Tambahan Pakan Daun Som Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn0][Hatmoko]
  19. ^ [4][Tampilan Asam Lemak dalam Susu Sapi Hasil Pemberian Ransum Mengandung Campuran Garam Karboksilat atau Metil Ester Kering]
  20. ^ [5][Pengaruh Kombinasi Selang Pemerahan terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Perah][Atriana, Rina]