Cianting, Sukatani, Purwakarta
Cianting | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Purwakarta | ||||
Kecamatan | Sukatani | ||||
Kode pos | 41167 | ||||
Kode Kemendagri | 32.14.05.2007 | ||||
Luas | 3.760 m2 | ||||
Jumlah penduduk | 7.380 jiwa (2022) | ||||
Jumlah RT | 24 | ||||
Jumlah RW | 8 | ||||
Situs web | https://cianting.desa.id/ | ||||
|
6°38′06.9″S 107°24′16″E / 6.635250°S 107.40444°E
Cianting merupakan sebuah desa di kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini meraih predikat Desa Mandiri pada tahun 2020[1]
Sajarah
Pada tahun 1884 Cianting merupakan ibukota Kewedanaan (Onderdisrik) yang dipimpin oleh seorang Wedana dibawah Distrik Gandasoli. Selain itu Distrik Gandasoli yang sebelumnya dibawah Kabupaten Bandung kemudian digabungkan dengan Kontrole-Afdeling Purwakarta karena pertimbangan geografis (Staatsblaad 1884 No. 91). Pada 1929 Cianting berkedudukan sebagai Desa dibawah Onderdisrik Plered[2].
Pada masa pemerintahan Republik Indonesia Desa ini mengalami tiga kali pemekaran, yaitu dimekarkan sebagian wilayahnya menjadi Desa Pasirmunjul, dimekarkan kembali menjadi Desa Cibodas, dan terakhir dimekarkan menjadi Desa Cianting Utara. Total telah tiga kali luas wilayah desa ini menyusut hingga saat ini tersisa. Lurah yang terkenal yaitu Lurah Sumadinata.
Geografi
Desa Cianting berada pada ketinggian 238 dpl[3] dengan satu wilayah perbukitan dan 50 persen wilayahnya merupakan lahan perkebunan Perum Perhutani[3]. Terdapat Jalan nasional yang melewati desa ini yakni Jalan Lintas Cikampek-Padalarang, Jalan Kabupaten Purwakarta-Plered dan juga dilalui Jalan Tol Cipularang (Km 90-92).
Penduduk dan Budaya
Penduduk Desa Cianting mayoritas merupakan suku Sunda, kemudian pendatang Suku Jawa yang bekerja di Kabupaten Purwakarta. Mayoritas masyarakat sehari-hari bertutur dengan bahasa Sunda dialek Priangan Barat dan juga Bahasa Indonesia. Penduduk desa Cianting 99,99% beragama islam[3] sunni madzhab syafii. Terdapat tokoh agama yang terkenal yaitu K.H. Agus Zainal Abidin atau Ama Agus yang merupakan murid dari Ulama terkemuka Tubagus Ahmad Bakri atau Mama Sempur. Sama halnya dengan acara Haul Mama Sempur yang rutin diadakan setiap tahun di Desa Palinggihan Kec. Plered di Desa Cianting juga sering diperingati Haul Ama Agus untuk mengenang Wafatnya Ama Agus.
- ^ Sei (2022-10-13). "Dikawal Pendamping, 25 Desa di Purwakarta Naik Status Jadi Desa Mandiri". Purwakarta Post. Diakses tanggal 2023-08-23.
- ^ HARDJASAPUTRA, A. SOBANA (2008). SEJARAH PURWAKARTA. KIBLAT.
- ^ a b c "Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta". purwakartakab.bps.go.id. Diakses tanggal 2023-08-23.