Lompat ke isi

Benny Panjaitan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Benny Panjaitan
Nama lahirPorbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan
Lahir(1947-09-14)14 September 1947
Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Meninggal24 Oktober 2017(2017-10-24) (umur 70)
Ciledug, Tangerang, Banten
Pekerjaan
  • Penyanyi
  • pencipta lagu
  • gitaris
Instrumen
  • Vokal
  • gitar
  • keyboard
  • bass
  • drum
  • harmonika
  • suling
  • flute
  • saksofon
Tahun aktif1963–2017

Benny Panjaitan (14 September 1947 – 24 Oktober 2017) adalah penyanyi Indonesia dan merupakan gitaris tunggal dan vokalis utama dari grup musik Panbers yang didirikan sejak 1963.

Karier

Benny Panjaitan yang mempunyai nama lengkap Porbenget Mimbar Mual Hamonangan, dikenal sebagai anggota Panjaitan Bersaudara (Panbers), satu nama kelompok pemusik yang merupakan singkatan dari Pandjaitan Bersaudara. Kelompok musik ini didirikan pada 1963 di Surabaya, terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. J.M.M. Pandjaitan S.H. dengan Bosani S.O. Sitompul. Mereka adalah Hans Panjaitan pada gitaris lead & rhythm, Doan Panjaitan pada bassist dan kibordis, serta Asido Panjaitan pada drummer. Sedangkan Benny Panjaitan sendiri bertindak sebagai gitaris lead & rhythm dan vokalis.[1]

Selain sebagai gitaris tunggal dan vokalis, Benny Panjaitan juga adalah motor utama dari kelompok musik Panbers. Hampir semua lagu yang pernah dipopulerkan Panbers adalah ciptaannya. Peran gitaris lead & rhythm dan vokalis dan fungsinya sama vitalnya dengan gitaris lead & rhythm dan vokalis Mark Farner di Grand Funk Railroad, Ritchie Blackmore di Deep Purple, George Harrison dan John Lennon di The Beatles, Freddy Mercury di Queen dan Mick Jagger di Rolling Stones. Untuk ukuran Indonesia, setara dengan Achmad Albar di God Bless, dan Rhoma Irama di Soneta Group. Ia lahir di pengungsian pada zaman perang. Sang ibu sedang hamil tua anak kedua (Benny) ketika harus mengungsi dari Medan. Melintasi Siantar dan berakhir di Tarutung di mana Benny dilahirkan. Saat tinggal di Palembang, Benny (hingga usia 10 tahun) pernah berlatih bermain biola selama 10 tahun dengan berguru pada seorang Jerman. Ia terobsesi ayahnya yang dulu senang main biola. Disamping biola ia juga menguasai alat musik gitar dan keyboard. Benny kecil berjiwa keras, banyak kemauan dan keinginannya harus dituruti. Meski begitu ia banyak memberikan pengarahan kepada adik-adiknya. Adik-adiknya juga pernah ikut les musik, tapi akhirnya semua lebih otodidak dalam menguasai alat musik.

Sewaktu tawaran rekaman pertama datang, ia sudah kuliah di Sekolah Tinggi Teknik Nasional, sekarang (menjadi) ISTN Jakarta. Pikirannya sempat terombang-ambing karena ayahnya selalu mengatakan harus menyelesaikan sekolah. Tak mau menyianyiakan kesempatan, ia pun meminta izin ayahnya. Sang ayah memberikan restu dengan memberikan pilihan untuk berkarya, tapi syaratnya harus hidup dari karyanya tersebut, namun jangan sampai tidak lulus sekolah. Mereka menyanggupi dengan penuh tanggung jawab. Akhirnya dengan pembagian waktu yang berat, mereka berhasil meluncurkan Album I mereka yang meraih sukses di pasaran. Mereka langsung menjadi pesaing baru bagi grup Koes Plus yang telah mengeluarkan album volume 3.

Pribadi Melankolis

Dilihat dari karya-karyanya, pengamat musik menilai Benny sebagai pribadi yang sentimentil, bahkan melankolis. Hampir semua lagu ciptaannya kental dengan nuansa sendu, kisah-kisah cinta romantis yang liris, dan ballada anak manusia yang kurang beruntung. Dari hits perdana “Awal dan Cinta” sampai hits mereka yang terakhir,”Cinta dan Permata”, Benny dan Panbers tak pernah bergeser dari pop manis yang melankolis. Lagu-lagu Panbers, atau tepatnya karya-karya Benny adalah suara kaum marginal Indonesia pada dekade 70-an. Tipikal orang pinggiran yang mencoba “deal” dengan dunia kapitalisme, hanya berbekal ketulusan dan cinta. Potret pria miskin yang kehilangan kekasih, lantaran kalah bonafide dengan para OKB (Orang Kaya Baru).

Prinsip Benny Dalam Mencipta Lagu

Dalam mencipta lagu Benny sangat selektif, tidak ada kemiripan melodi sejak lagu pertamanya dengan lagu-lagu lainnya. Ia berprinsip melodinya mirip saja sedikit, tidak akan diteruskannya. Toleransi pada satu dua bar saja, kalau sampai enam bar akan merasa malu sendiri. Sebab itulah lagu Panbers banyak abadi, karena lagunya lain-lain, tidak mirip. Dalam mencipta lagu, ia mengarang lirik terlebih dahulu baru diciptakan melodinya. Baginya lirik itu roh sebuah lagu dan melodi adalah tubuhnya.[2]

Grup legendaris ini seakan mengukuhkan kelebihan Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek gagasan dan rasa yang hebat. Hal ini sudah dibuktikannya dalam perjalanan album Panbers maupun duetnya bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB, dan Band Tuna Netra yang di asuhnya. Tak cukup sampai di situ, Ia bersama Panbers juga unjuk gigi merilis album yang diberi titel Menuju Era Ke-4 plus; album seri kolektor yang betul-betul orisinal.

Meninggal dunia

Benny Panjaitan meninggal dunia pada 24 Oktober 2017 di rumahnya di kawasan Ciledug, Kota Tangerang, Banten dalam usia 70 tahun akibat sakit stroke yang dideritanya sejak tahun 2010, yang membuat ia harus menjalani hari-harinya dengan kursi roda.[3] Namun 2 hari sebelum kematiannya, Benny Panjaitan sempat juga dikabarkan meninggal dunia. Akan tetapi kabar tersebut langsung disangkal oleh pihak keluarga Benny.

Penghargaan dan nominasi

Tahun Penghargaan Kategori Hasil
2017 Anugerah Musik Indonesia Legend Award Penerima

Referensi