Kuntilanak
Kuntilanak (bahasa Melayu: pontianak atau puntianak) atau sering disingkat kunti adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir (keguguran). Nama "puntianak" merupakan singkatan dari "perempuan mati beranak".[1] Mitos ini mirip dengan mitos hantu langsuir yang dikenal di belahan bumi bagian Asia Tenggara, terutama di wilayah Nusantara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, selatan Filipina (Mindanao) dan Thailand (Pattani).[2] Mitos hantu kuntilanak sejak dahulu juga telah menjadi mitos di Nusantara.
Kota Pontianak mendapat namanya karena konon Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu hantu semacam ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana, hal ini pulalah yang mendasari penamaan kota tersebut.
Deskripsi
Umumnya, kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan berbaju panjang warna putih.[3] Dalam cerita rakyat Melayu, sosok kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita cantik dengan punggung berlubang. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas. Kuntilanak sewaktu muncul pada bulan purnama dan selalu diiringi harum bunga kemboja. Konon laki-laki yang tidak berhati-hati bisa dibunuh sesudah kuntilanak berubah wujud menjadi penghisap darah petty bersetubuh dengan Kuntilanak dikatakan sering menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan seorang diri dijalan yang sunyi. Oleh karena itu, cerita ini kemungkinan bertujuan menghindari golongan wanita daripada diganggu oleh pemuda-pemuda yang takut akan kuntilanak ketika berjalan seorang diri di jalan yang sunyi.
Dalam cerita seram dan film horor di televisi Malaysia, kuntilanak digambarkan membunuh mangsa dengan cara mengisap darah di bagian tengkuk, seperti vampir.
Agak berbeda dengan gambaran menurut tradisi Melayu, kuntilanak menurut tradisi Sunda tidak memiliki lubang di punggung. Jenis yang memiliki lubang di punggung sebagaimana deskripsi di atas disebut sundel bolong. Kuntilanak konon juga menyukai pohon tertentu sebagai tempat "bersemayam", misalnya waru yang tumbuh condong ke samping (populer disebut "waru doyong").
Kepercayaan penangkalan
Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku, pisau, dan gunting bila bepergian ke mana saja. Hal ini menyebabkan seringnya ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum, dan pisau di dekat tempat tidur bayi.
Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, benda tajam seperti paku bisa menangkal serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang, paku ditancapkan di lubang yang ada di belakang leher kuntilanak. Sementara dalam kepercayaan masyarakat Indonesia lainnya, lokasi untuk menancapkan paku bisa bergeser ke bagian atas, yakni bagian ubun-ubunkuntilanak.
Pendekatan Antropologis
Pandangan yang berbeda diberikan dari pendekatan yang lebih ilmiah dari disiplin ilmu antropologi, salah seorang antropolog asal Jerman menjelaskan bahwa kehadiran narasi mengenai kuntilanak di tengah masyarakat Melayu di masa lampau adalah solusi atas permasalahan keamanan yang sering diderita para kaum wanita, dengan berkembangnya mitos seputar hantu ini akan memberikan efek deteren kepada setiap lelaki untuk berpikir dua kali sebelum mengganggu perempuan di malam hari.[4] Jadi, hadirnya kisah mitologi mengenai kuntilanak adalah bentuk proteksi yang diciptakan masyarakat untuk melindungi perempuan dari segala macam kemungkinan buruk dan resiko buruk yang dialami perempuan saat keluar di malam hari untuk kebutuhan penting, di zaman dahulu dimana akses terhadap keamanan,[5] pengawasan dan keadilan belum sebaik sekarang adalah hal yang wajar jika masyarakat melakukan hal yang demikian, karena ancaman berupa pemerkosaan terhadap wanita sangat merugikan mereka, kemungkinan seperti menanggung anak hasil kegiatan pemerkosaan atau dibunuh oleh si pemerkosa adalah ancaman yang kaum perempuan hadapi. [6]
Munculnya pemahaman akan roh gentayangan seperti kuntilanak di masyarakat Melayu Islam modern ini juga tidak terlepas dari kepercayaan lokal serta paham animisme yang sebelumnya berkembang di masyarakat Nusantara jauh sebelum agama-agama Abrahamik (seperti Islam dan Kristen) maupun agama internasional lainnya seperti Hindu dan Buddha datang ke Kalimantan.[7]
Pengaruh dari kebudayan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda juga turut memperkaya narasi mengenai kuntilanak di Indonesia. Indonesia yang secara spesifik dijajah oleh Belanda, mendapati banyak kebudayaan lokalnya mengalami asimilasi dan akulturasi dari negara kolonialnya salah satunya mengenai narasi kuntilanak. Kolonialisme yang terjadi, telah menjadi latar belakang tercampurnya atau terinspirasinya bentuk penggambaran sosok kuntilanak yang berupa wanita berpakaian daster, sebab penggunaan pakaian daster oleh wanita di Nusantara awalnya dibawa oleh orang Belanda, dan di Belanda juga terdapat cerita rakyat horor dan mistis seperti kuntilanak juga tetapi dengan nama White Lady.
Beberapa orang juga mengklaim bahwa asal muasal penamaan Pontianak berasal dari bahasa Melayu yaitu ponti berasal dari akronim pohon tinggi, yang sangat berhubungan dengan wilayah kota tersebut sebelum didirikan pemukiman yang mana wilayah tersebut ditumbuhi vegetasi yang lebat karena merupakan hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.
Budaya populer
Kepercayaan akan adanya kuntilanak atau sundel bolong sangat sering dijadikan sebagai bahan legenda urban serta sinema dan menjadi bagian dari kultur pop masyarakat madani (masyarakat islam melayu modern).[8] Berikut adalah beberapa film yang dibuat dengan inspirasi dari kuntilanak.
- Film Indonesia
- Terowongan Casablanca (Kuntilanak Merah) (2007) (Indika Entertainment)
- Kuntilanak (2006) karya Rizal Mantovani
- Kuntilanak (1974); dibintangi dan disutradarai oleh Ratno Timoer)
- Kuntilanak (1962), dibintangi oleh Ateng
- Sundel Bolong (1981), dibintangi oleh Suzanna
- Kuntilanak Kamar Mayat (2009)
- Kuntilanak Beranak (2009)
- Paku Kuntilanak (2009)
- Jeritan Kuntilanak (2009)
- Kuntilanak Kesurupan (2010), Dibintangi Oleh Aziz Gagap
- Arwah Kuntilanak Duyung (2011)
- Film Malaysia
- Pontianak Gua Musang (1964)
- Pontianak (1957)
- Dendam Pontianak (1957)
- Anak Pontianak (1958)
- Gergasi (1958)
- Pontianak Kembali (1963)
- Pusaka Pontianak (1965)
- Pontianak (1975)
- Perawan Malam (1988)
- Pontianak Harum Sundal Malam (2004)
- Pontianak Harum Sundal Malam 2 (2005)
- Pontianak Menjerit (2005)
- Tolong Awek Aku Pontianak (2011)
- Pontianak vs. Orang Minyak (2012)
- Misteri Bisikan Pontianak (2013)
- Paku Pontianak (2013)
Serial HBO Asia Halfworlds menampilkan sosok kuntilanak sebagai salah satu dedemit bernama ’Ros’ yang diperankan oleh Tara Basro. Ros digambarkan sebagai kuntilanak yang cantik, penggoda dan merupakan kekasih dari Tony, genderuwo yang diperankan oleh Reza Rahadian. Senjata andalan Ros adalah pasak kuntilanak yang dijadikan asesoris rambut olehnya.
Referensi
- ^ Lee R. The Almost Complete Collection of True Singapore Ghost Stories. edisi 2. Singapura: Flame of the Forest, 1989.
- ^ "Antropolog Jerman Lakukan Penelitian Tentang Kuntilanak, Ini Hasilnya!". pramborsfm (dalam bahasa Inggris). 2023-03-06. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ Kusumo, Rizky. "Mengungkap Misteri Kuntilanak dalam Penelitian Antropolog Asal Jerman". www.goodnewsfromindonesia.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ hasibuan, linda. "Tak Takut, Antropolog Jerman Ini Bongkar Misteri Kuntilanak". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ "Kuntilanak: Korban Patriarki". Jurnal Perempuan (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ Indonesia, C. N. N. "Terungkap, Alasan Ilmiah Kuntilanak Berjenis Kelamin Perempuan". teknologi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ Zulfikar, Fahri. "Kuntilanak Diteliti oleh Antropolog Jerman, Ternyata Begini Kisahnya". detikedu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
- ^ Duile, Timo (2020-06-11). "Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 176 (2-3): 279–303. doi:10.1163/22134379-17601001. ISSN 0006-2294. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-25.
Pranala luar
- (Inggris) Investigasi paranormal Singapura tentang kuntilanak Diarsipkan 2010-02-19 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Cerita hantu kuntilanak versi indonesia Diarsipkan 2016-10-11 di Wayback Machine.