Ayub Rais
Ayub Rais | |
---|---|
Lahir | 1895 Bukittinggi, Hindia Belanda |
Meninggal | 1948 (umur 53) Bogor, Jawa Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Pengusaha |
Dikenal atas | - Orang yang berperan penting dalam kehidupan Mohammad Hatta - Pengusaha besar pada masanya |
Anak | Nelly Rais, John Rais, Iskandar Rais, Juniar Rais, M. Amir Rais, M. Zaenudin Rais, Marzuki Rais, St. Zahara Rais |
Orang tua | Rais |
Ayub Rais (lahir di Bukittinggi, Hindia Belanda, tahun 1895 - meninggal di Bogor, Jawa Barat, tahun 1948 pada umur 53 tahun) adalah seorang saudagar atau pengusaha besar Minangkabau pada masa kolonial atau paruh pertama abad ke-20.[1][2]
Ia merupakan pemilik perusahaan ekspor-impor Malaya Import Maatschappij, dan bersama Djohan Soetan Soelaiman, serta Djohor Soetan Perpatih berkongsi dalam Firma Djohan Djohor di Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda.[1][2]
Ayub Rais dikenal sebagai salah seorang yang berperan penting dalam kehidupan Mohammad Hatta, tokoh proklamator kemerdekaan dan wakil presiden RI pertama.[1][2]
Riwayat
Kehidupan pribadi
Ayub Rais lahir pada tahun 1895 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ayahnya, Rais, yang pernah ditangkap pemerintah Hindia Belanda karena terlibat dalam Perang Kamang (1908), adalah seorang saudagar hasil hutan di Payakumbuh, dan merupakan sahabat Ilyas Bagindo Marah, kakek dari Bung Hatta. Karena hubungan yang demikian, Bung Hatta memanggil Mak Etek Ayub Rais (Paman Kecil Ayub Rais) pada Ayub Rais.[1]
Ketika Hatta remaja berada di Batavia sejak pertengahan 1919, Ayub Raislah yang menanggung semua biaya hidupnya, dan juga memperkenalkan Hatta pada buku dengan membelikan tiga buah buku tentang sosial dan ekonomi, yang merupakan buku pertama yang menjadi dasar perpustakaan pribadi Hatta. Ayub Rais juga mengajari Hatta cara berdagang.[1]
Perjalanan karier
Setelah merantau ke Batavia, Ayub bekerja sebagai juru tulis pada seorang pedagang berkebangsaan Jerman. Karena kepribadiannya yang baik, Ayub kemudian dijadikan anak angkat dan juga diajari ilmu berdagang. Ayub Rais kemudian berkembang menjadi saudagar besar namun tetap hidup dalam kesederhanaan.[1][2]
Pada tahun 1921, sebelum Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda, untuk bersekolah, Ayub Rais mengalami kebangkrutan karena banyaknya piutang yang tidak dibayar oleh mitra dagangnya. Akibatnya ia pun tak mampu melunasi utang-utangnya sehingga harus mendekam selama enam bulan dalam penjara pemerintah Hindia Belanda.[1]
Setelah keluar dari penjara, Ayub membangun kembali usahanya, dan kemudian mendirikan perusahaan ekspor-impor Malaya Import Maatschappij. Pada Juli 1932, sewaktu kepulangan Hatta dari Belanda setelah sebelas tahun bersekolah dan menjadi aktivis pergerakan kemerdekaan, Ayub Rais di bawah pengintaian mata-mata Belanda dengan berani menjemput Hatta di pelabuhan. Ia kemudian menawarkan jabatan sekretaris direksi di Malaya Import Maatschappij pada Hatta.[1]
Pada Februari 1933, dalam kegiatan dagangnya, Ayub Rais pergi ke Jepang dengan membawa Hatta. Kehadiran Hatta mendapatkan sambutan yang ramai dari media di sana, bahkan Hatta juga mendapatkan banyak undangan dari para petinggi Jepang, seperti wali kota Tokyo, menteri pertahanan Jepang dan dari pihak parlemen. Namun tak lama setelah kepulangan mereka dari Jepang pada Mei 1933, Ayub Rais ditangkap dan ditahan di penjara Cilacap oleh pemerintah Hindia Belanda karena dianggap berpihak pada Jepang. Ia baru dibebaskan setelah Jepang masuk ke Hindia Belanda dan mengalahkan pihak Belanda.[1]
Meninggal dunia
Karena penyakit liver yang dideritanya sejak masa penahanan oleh Belanda tak bisa sembuh, akhirnya Ayub Rais meninggal dunia di Bogor, Jawa Barat, pada akhir tahun 1948 dalam usia 53 tahun.[1]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j "Hatta; Jejak yang Melampaui Zaman" Seri Buku TEMPO: Bapak Bangsa Hatta, Kepustakaan Populer Gramedia. Diakses 13 Januari 2015.
- ^ a b c d "Minang Saisuak #190 - Trio Minang penakluk Pasar Senen (1930-an)" Surya Suryadi - Singgalang, 14 September 2014. Diakses 13-01-2015.
Pranala luar
- Zulfikri Suleman. "Demokrasi untuk Indonesia: pemikiran politik Bung Hatta". Penerbit Buku Kompas. Diakses tanggal 1 Januari 2014.
- Zainal Arifin (23 Mei 2011). "Natsir (Volume 17)". Politik. Kompasiana.com. Diakses tanggal 1 Januari 2014.[pranala nonaktif permanen]