Malongpong, Maja, Majalengka
Malongpong | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Majalengka | ||||
Kecamatan | Maja | ||||
Kode Kemendagri | 32.10.06.2006 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Malongpong adalah desa di kecamatan Maja, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia. Yang mempunyai 2 bagian wilayah sebelah utara yaitu pusat dari kegiatan sehari-hari para warga masyarakat, dan malongpong selatan yang berada di dekat perbatasan desa Anggrawati, Sejarah KRONOLOGI DESA MALONGPONG KEC. MAJA-MAJALENGKA
Malongpong adalah sebuah desa yang terletak kurang lebih 2 km sebelah Barat kota Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Menurut cerita orang-orang tua (para sesepuh Desa Malongpong) pada sekitar abad ke-14, Desa Malongpong dahulu itu masih merupakan hutan belantara yang lebat serta memiliki ciri-ciri tanah yang subur karena tumbuh-tumbuhan hidup dengan subur dan lebat. Daerah itu sudah ada penduduknya yang terdiri beberapa orang dimana mereka itu adalah pendatang dari lain daerah. Mereka dibawah pimpinan “Tirta Kalangun” membuka hutan, membuat tempat tinggal supaya terhindar dari binatang buas. Mereka sudah pandai bercocok tanam seperti berhuma, berladang, memburu binatang dan lain sebagainya. Pada suatu waktu Tirta Kalangun sedang menggarap ladang beserta keluarganya mereka mencium bau mayat setelah mereka mencari kesana kemari ternyata mereka menemukan sesosok mayat yang tidak diketahui namanya dimana pada paha mayat itu luka tersempog mungkin tangkapan “Harimau” mayat itu sedang di busukkan dahulu. yang selanjutnya mayat itu di kuburkan oleh mereka dan di beri nama Buyut Sempong yang berasal dari kata tersempog pahanya. Riwayat desa Malongpong tidak terlepas dari rangkaian sebuah cerita dari Kerajaan Mataram pada jaman Mataram Islam .Hal itu dimana merupakan sebab-sebab masuknya agama Islam dan lahirnya Desa Malongpong. Raja Mataram ketika hendak menundukan Kerajaan Talaga dimana pada waktu itu Talaga Tumenggung dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Aria Saringsingan yang gagah berani, pertahanan negaranya sangat kuat serta dalam keadaan subur makmur,mereka menganut agama Budha. Ceritanya dinegara Mataram pada waktu itu akan diadakan ”Seba” yaitu berkumpulnya raja-raja dan senapati-senapati yang ada dibawah kekuasaan Raja Mataram .Pada suatu hari yang telah ditentukan berkumpulah semua undangan dari berbagai kerajaan, termasuk Aria Saringsingan walaupun dalam hatinya tidak mau tunduk dibawah kekuasaan Mataram. Bahkan dalam kesempatan itu dia akan berbuat curang terhadap diri Raja Mataram. Menjelang persidangan akan tiba dihari pembukaan dimana Raja Mataram masih tidur nyenyak, disitulah Aria Saringsingan mencukur kumis sang raja dengan tidak terasa olehnya. Ketika Raja bangun, Sang Permaisuri memberi tahu kepada raja bahwa kumis Raja tinggal sebelah. Raja Mataram sangat marah dan merasa terhina oleh yang melakukannya, kemudian sang raja mengancam kepada yang berbuat itu. Kemudian terdengan suara tanpa rupa yang mengaku bahwa yang mencukuri Sang Raja dikala tidur tiada lain adalah Aria Saringsingan. Dengan kejadian tersebut , keadaan menjadi kacau-balau Sang Raja mengintruksikan agar seba dibatalkan, dan diperintahkan terhadap 40 orang senopati dan sejumlah Hulubalang untuk menangkap Aria Saringsingan, dan Sang Raja memberi ancaman kepada Para Senopati dan Hulubalang, kalau tidak mendapatkan Aria Saringsingan maka akan di beri hukuman mati. Maka berangkatlah mereka dengan disertai berbagai macam perasaan mengingat tugas mereka itu sangat berat, sebab untuk menangkap Aria Saringsingan sangat sulit karena bisa menghilang dengan kesaktiannya. Sehingga mereka tidak mau kembali ke Mataram karena takut akan hukumannya. Diantara mereka yang mencari Aria Saringsingan adalah “Sangka Perbuanata” ia tidak putus asa dalam pengejarannya. Ketika ia tiba di suatu bukit dan beristirahat karena kelelahan, ia melihat jejak Aria Saringsingan yang menuju hutan yaitu desa malongpong. Tampak oleh Sangka Perbuanata bahwa Aria Saringsingan berjalan lurus dengan tiada penghalang apapun, namun akhirnya dia berhenti di depan sebuah bukit yang ada di ujung lembah hutan itu lantas silam /hilang disana, setelah itu Sang Perbuanata tidak melihat lagi Aria Saringsingan. Kesimpulannya perjalanan yang di lalui Aria secara jelas dapat di lihat Molongpong maka di sebutlah Desa Malongpong, dan di ujung barat Desa Malongpong terdapat sebuah bukit tempat Aria silam dinamakan Pasileman dan tempat itu masih angker dan tidak boleh ditanami dan dimiliki oleh seseorang sebab nanti akan ada akibat yang membahayakan. Selanjutnya Sang Perbuanata itu berjalan mengikuti jejak perjalanan Aria Saringsingan, sebelum tiba di bukit itu beliau bertemu dengan kelompok manusia yang bertempat tinggal di sana, yang dipimpin oleh Tirta Kalangun. Sang Perbuanata mengisahkan kisah perjalanannya dari sejak awal sampai kini. Kedatangan Sang Perbuanata diterina dengan tangan terbuka oleh penduduk itu. Dengan budi pekerti yang baik disertai ilmu pengetahuan yang luas maka ia selalu dituruti dan dihormati oleh penduduk itu. Sehingga kedatangannya itu terjadilah perubahan social dan membawa misi kebudayaan baru. Kemudian Sang Perbuanata memberi nama kepada wilayah itu dengan nama Malongpong dan penduduk itupun sepakat dengan nama itu. Setelah Tirta Kalangun meninggal dunia yang menjadi ketua di kampung Malongpong itu ialah Sang Perbuanata yang alim dan soleh, yang membawa kemajuan pada bidang pengetahuan, agama, dankemasyarakatan, sehingga penduduk betul-betul taat terhadap agamanya dan taat terhadap pemerintahannya. Begitulah kronologi Desa Malongpong, jadi yang dianggap sebagai pendiri desa Malongpong adalah :
1. Embah Tirta Kalangun 2. Embah Sang Perbuanata 3. Embah Buyut Sempong
Keterangan selanjutnya yang menjadi ketua kampung setelah Embah Buyut Sang Perbuanata sampai sekarang tidak diketahui karena karena kronologi ini hanya merupakan cerita rakyat atau dongengan yang disampaikan dari mulut ke mulut. Adapun Kuwu atau Kepala Desa yang memerintah di Malongpong dimana keadaanya sekarang menjadi tambah maju, hanya dapat diketahui dari sejak pemerintahan Embah Kadirun . Hal ini berdasarkan keterangan dari sesepuh yang tertua dimana sesepuh itu mengalaminya sendiri namun waktu itu dia masih kecil kemudian sesepuh itu pernah mendengan dari orangtuanya bahwa sebelum Kuwu Kadirun yang menjadi Kuwu di desa ini adalah Kuwu Ebo. Jadi kuwu desa Malongpong yang dapat diketahui adalah :
1. Embah kuwu Ebo 2. Embah Kuwu Kadirun 3. Embah Kuwu Musa 4. Embah Kuwu Ekom 5. Embah Kuwu Dayat 6. Abah Kuwu Damini Wijaya 7. Bapa Kuwu Durahim 8. Bapa Kuwu Jaya Wijaya 9. Bapa Kuwu Muchyidin 10. Bapa Kuwu Maryoto 11. Bapa Kuwu Ijen Djuanda. 24 september 1982 – 24 september 1990. 12. Bapa Kuwu Lukman 24 september 1990- 24 september 1998. 13. Bapa Kuwu Dudung A. Wijaya. 24 september 1998- 24 september 2008. 14. Bapak JOJO KARDJA 25 September ….