Lompat ke isi

Câncio de Carvalho

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Câncio Lopes de Carvalho
Lahir1962
Cassa, Ainaro, Timor Portugis
Meninggal5 Maret 2022 (umur 59 atau 60)
Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Pengabdian Mahidi
Lama dinas1998–2000

Câncio Lopes de Carvalho (1962 – 5 Maret 2022)[1] adalah mantan pemimpin Mahidi, sebuah milisi pro-Indonesia di Timor Timur yang diduduki Indonesia.

Awal kehidupan dan karir awal

Câncio adalah anak keempat dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Mateus de Carvalho dan Margarida Lopes de Carvalho. Ayahnya adalah seorang liurai di Cassa (Ainaro) [de] sekaligus anggota partai Apodeti.[2] Mateus juga ikut serta dalam delegasi yang menyerahkan petisi integrasi di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1976.[3] Saat masih kecil, Câncio dipaksa oleh tentara Indonesia untuk membantu operasi militer dengan menjadi tenaga bantuan operasi (TBO). Setelah lulus SMP di Ainaro, dia melanjutkan pendidikan SMA di Kupang, tetapi tidak selesai karena menghamili seorang perempuan.[4][5][a]

Câncio juga sempat tinggal bersama keluarga Arnaldo dos Reis Araújo di Jakarta. Arnaldo saat itu menjabat sebagai Gubernur Timor Timur. Namun, karena tidak senang dengan sikapnya yang sering bermain dengan perempuan, dia dikirim kembali ke Timor Timur.[1] Di sana, dia awalnya menganggur sebelum akhirnya bekerja di kantor Departemen Kehakiman di Dili. Pada tahun 1994, dia diangkat menjadi pegawai tetap dan pada bulan Mei 1998, Câncio pindah ke kantor Departemen Kehakiman di Kupang.[4]

Keterlibatan dalam kekerasan politik

Setelah pembantaian Santa Cruz pada bulan November 1991, Câncio menjadi informan Satuan Gabungan Intelijen (SGI), yang merupakan badan intelijen dari Kopassus. Bersama dengan para putra simpatisan atau anggota partai Apodeti, dia mendirikan sebuah kelompok "sukarelawan" yang berbasis di Cassa sesuai instruksi SGI dengan tujuan mengintimidasi para aktivis pro-kemerdekaan.[1][4] Pada bulan Agustus 1998, Câncio, bersama dengan pemimpin milisi João da Costa Tavares dan Eurico Guterres, bertemu dengan Danrem 164/Wira Dharma, Kolonel Inf Tono Suratman. Para pemimpin milisi diberitahu bahwa mereka harus menjaga "integrasi" Timor Timur dengan Indonesia.[6] Pertemuan tersebut dapat dilihat sebagai awal dari kekerasan milisi terhadap aktivis pro-kemerdekaan yang bekerja menuju jajak pendapat setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada bulan Mei.[1]

Anggota Mahidi (1999)

Di bawah arahan SGI, Câncio menghidupkan kembali kelompok yang ia dirikan pada tahun 1991 dan menamainya Mahidi (Mati Hidup dengan Indonesia). Pada tanggal 1 Januari 1999, di hadapan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ainaro, Letkol Pol Razali, dan Komandan Kodim (Dandim) 1633/Ainaro, Letkol Inf Paulus Gatot Rudianto, Mahidi secara resmi didirikan. Mereka bermarkas di Cassa, kampung halaman Câncio. Beberapa anggota milisi dipaksa untuk bergabung di dalamnya. Kakaknya, Nemecio (juga Remecio atau Remesio), menjabat sebagai "perwira intelijen" di Mahidi.[1]

Mahidi dibentuk untuk melawan sentimen pro-kemerdekaan yang semakin militan di Kabupaten Ainaro. Pada bulan April 1999, Mahidi memiliki sekitar 1.000 sampai 2.000 anggota dan 500 pucuk senjata. Câncio mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara bahwa dia menerima senjata otomatis dari Kodim di Ainaro.[4] Mereka dilatih oleh tentara Indonesia.[1][4]

Sejak bulan Desember 1998, Mahidi mulai menyerang para pendukung kemerdekaan. Tak jarang, aksi tersebut disertai penyiksaan, pembunuhan, pengusiran, dan penculikan. Câncio terlibat langsung dalam sebagian insiden dan juga secara langsung memerintahkan kejahatan tersebut. Misal, pada tanggal 25 Januari 1999, Mahidi menyerang Desa Galitas (di Kabupaten Covalima). Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan lima lainnya terluka. Dalam penyerangan tersebut, turut menjadi korban seorang wanita bernama Angelina de Araujo yang saat itu tengah hamil. Anggota Mahidi membelah perutnya dan mengeluarkan janin yang ada di dalamnya. Dalam wawancaranya dengan BBC, dia berbicara tentang insiden itu dengan penuh rasa bangga.[1]

Câncio juga terlibat dalam pembantaian di rumah Manuel Carrascalão, di mana dalam tayangan SCTV, dia terlihat sedang menembakkan senapan M16.[1] Pada bulan April 1999, dia diangkat menjadi Komandan Persatuan Milisi PPI (Pasukan Pejuang Integrasi) di Sektor III. Dengan demikian, dia secara resmi bertanggung jawab atas milisi Mahidi, Laksaur, Ablai dan AHI, dengan komando utama berada di tangan João da Costa Tavares.[1] Dia berulang kali mengancam "perang" jika orang Timor Timur lebih memilih untuk merdeka dalam jajak pendapat. Sebelum pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 30 Agustus, Câncio memberikan kepada seorang anggota Mahidi daftar nama yang berisi sekitar 100 pendukung pro-kemerdekaan yang diketahui untuk dibunuh. Ketika kekalahan Indonesia dalam jajak pendapat menjadi terang, Mahidi melancarkan aksinya di Cassa.[1]

Pada tanggal 5 September 1999, Mahidi diperintahkan untuk membunuh siapapun yang menolak untuk pergi ke Timor Barat. Seorang penduduk Cassa, Fernando Gomes, menolak untuk pergi. Dia akhirnya dibunuh oleh Mahidi. Pada tanggal 12 September, Câncio menginterogasi seorang terduga pendukung kemerdekaan. Dia kemudian diserahkan kepada seorang anggota TNI dan kakaknya, Nemecio, yang kemudian membunuhnya. Pada tanggal 23 September, sekitar 60 anggota Mahidi yang dipimpin oleh Nemecio, menyerang Desa Mau-Nuno [de] pada dini hari. Desa tersebut diserang karena penduduknya menolak untuk pergi ke Timor Barat. Akibatnya, 11 penduduk tewas dan sisa penduduk desa dipaksa untuk pergi ke Timor Barat. Rumah-rumah mereka juga dibakar dan ternak mereka dibunuh.[1]

Kedatangan pasukan INTERFET di Ainaro pada awal bulan Oktober mengakhiri kekerasan milisi dan ABRI. Câncio melarikan diri ke Kupang, di mana ia menetap dan membantu mereorganisasi PPI. Pada bulan Januari 2000, ia dan anggota milisinya mengancam akan membakar kota itu jika Indonesia memaksa para pengungsi Timor Timur untuk kembali ke tanah kelahirannya. Pada bulan Oktober 2000, Câncio mengatakan bahwa dia telah mengirim anggota Mahidi ke Timor Timur untuk melakukan "bergerilya". Pada saat yang sama, ia dan tiga pimpinan milisi lainnya (Nemecio, Domingos Pereira, dan Joanico da Costa) menawarkan informasi kepada Sekjen PBB mengenai keterlibatan Kopassus dalam kekerasan 1999 dengan imbalan amnesti saat kembali ke Timor Timur. Namun, negosiasi berhenti di tengah jalan saat Kepala Staf UNTAET, Nagalingam Parameswaran, berhenti dari jabatannya.[1]

Sebanyak 22 anggota Mahidi didakwa atas kejahatan terhadap kemanusiaan pada tanggal 28 Februari 2003, termasuk Câncio dan kakaknya Nemecio. Dakwaan tersebut menyoroti serangan terhadap Desa Mau-Nuno [de] pada tanggal 23 September 1999, pembunuhan dua pemuda pada tanggal 3 Januari di Manutaci [de], pembunuhan pendukung pro-kemerdekaan pada tanggal 25 Januari, serta penganiayaan terhadap beberapa siswa di Kabupaten Covalima pada tanggal 13 April. Namun saat itu, semua terdakwa, termasuk Câncio, sedang tidak berada di Timor Timur sebab mereka telah melarikan diri ke Indonesia. Surat perintah penangkapan telah diajukan di Pengadilan Distrik Dili dan diteruskan kepada Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Interpol. Akibatnya, beberapa anggota milisi dijatuhi hukuman penjara.[1][7]

Kehidupan pribadi

Câncio memiliki tiga orang kakak. Salah seorang kakaknya, Francisco de Carvalho, memiliki pendidikan yang lebih baik dan bekerja sebagai seorang informan untuk Kopassus melalui SGI. Adapun kakaknya yang lain, Nemecio, ikut terlibat dalam kepemimpinan Mahidi yang ia dirikan. Saat menetap di Kupang, dia menikah dengan seorang wanita Timor Barat penutur Bahasa Tetun.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Master of Terror: "Cancio Lopes de Carvalho".  , diakses 28 November 2018.
  2. ^ Kremb, Jürgen (22 Agustus 1999). "Die Maske der Armee". Der Spiegel. Diakses tanggal 30 Mei 2024. 
  3. ^ Gonggong & Zuhdi 1995, hlm. 87.
  4. ^ a b c d e Roosa, John (10 Februari 1999). "Info on ABRI's Paramiliaries in East Timor". ETAN. Diakses tanggal 30 Mei 2024. 
  5. ^ Pratiwi (8 Oktober 1999). "Catatan Perjalanan di Bumi Lorosa'e (10)". Mail Archive. Diakses tanggal 30 Mei 2024. 
  6. ^ Masters of Terror: "Col (Inf) Tono Suratman F X".  , diakses 28 November 2018.
  7. ^ ETAN, 28 Februari 2003, 3 New indictments filed at Dili Court

Catatan

  1. ^ Menurut sumber lain, Cancio tinggal bersama keluarga seorang tentara di Surabaya dan melanjutkan pendidikan SMA di sana. [1]

Daftar pustaka