Lompat ke isi

Narciso Ramos

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Juli 2024 10.05 oleh Wadaihangit (bicara | kontrib) (melengkapi halaman dengan foto dan infobox #WPWP)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Infobox orangNarciso Ramos

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran11 November 1900 Edit nilai pada Wikidata
Asingan Edit nilai pada Wikidata
Kematian3 Februari 1986 Edit nilai pada Wikidata (85 tahun)
Manila Edit nilai pada Wikidata
Penyebab kematianStroke Edit nilai pada Wikidata
Member of the House of Representatives of the Philippines (en) Terjemahkan
Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
PendidikanUniversitas Filipina
Philippine Law School (en) Terjemahkan
Manila High School (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanjurnalis, menteri, pemain sepak bola, diplomat, politikus Edit nilai pada Wikidata
Partai politikPartai Liberal Edit nilai pada Wikidata
Olahragasepak bola Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
Pasangan nikahAngela Valdez Ramos (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
AnakFidel Ramos, Leticia Ramos-Shahani (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Penghargaan

Find a Grave: 149229434 Modifica els identificadors a Wikidata

Narciso Rueca Ramos (11 November 1900 – 3 Februari 1986[1]) adalah seorang diplomat, mantan politikus Filipina (pernah menjadi anggota legislatif selama 5 periode),[1] mantan pengacara dan wartawan. Anaknya, Fidel Ramos, adalah juga mantan Presiden Filipina. Dari 1965 ke 1968, Narciso Ramos menjadi Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan Ferdinand Marcos.

Dalam kapasitas sebagai Menteri Luar Negeri, ia pada 8 Agustus 1967 menghadiri pertemuan di Bangkok yang juga dihadiri oleh 4 menteri luar negeri lainnya: Adam Malik (Indonesia), S. Rajaratnam (Singapura), Tun Abdul Razak (Malaysia) dan Thanat Khoman (Thailand). Pada hari itu pulalah Narciso Ramos dan keempat menteri luar negeri lainnya menandatangani deklarasi pembentukan ASEAN. Narciso Ramos menjadi orang pertama yang memberikan sambutan dalam acara deklarasi tersebut. Ia mengatakan bahwa negosiasi yang telah dilakukan benar-benar menuntut niat baik, imajinasi, kesabaran dan saling memahami di antara kelima menteri luar negeri yang hadir.