Lompat ke isi

Parakanonika (Theravāda)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 September 2024 19.42 oleh Faredoka (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{PaliCanon|sutta}}Istilah '''"kitab''' '''parakanonika"''' digunakan oleh para sarjana Barat untuk merujuk pada berbagai kitab di bagian-bagian akhir Tripitaka Pali milik Buddhisme Theravāda (lih. Apokrifa), biasanya merujuk pada kitab-kitab yang kadang-kadang dianggap termasuk dalam Khuddaka Nikāya Tripitaka Pali. Kitab-kitab yang dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya dalam edisi Burma dan Sri Lanka: * Suttasaṁgaha (disingkat. "Sut...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Istilah "kitab parakanonika" digunakan oleh para sarjana Barat untuk merujuk pada berbagai kitab di bagian-bagian akhir Tripitaka Pali milik Buddhisme Theravāda (lih. Apokrifa), biasanya merujuk pada kitab-kitab yang kadang-kadang dianggap termasuk dalam Khuddaka Nikāya Tripitaka Pali.

Kitab-kitab yang dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya dalam edisi Burma dan Sri Lanka:

  • Suttasaṁgaha (disingkat. "Suttas"; "Ringkasan Sutta")
  • Nettipakaraṇa (disingkat "Ne" atau "Nett"; "Kitab Panduan")
  • Peṭakopadesa (disingkat "Pe" atau Pe"; "Instruksi Tipiṭaka")

Kitab yang dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya hanya dalam edisi Burma:

Suttasaṁgaha memuat teks-teks terpilih yang utamanya berasal dari berbagai diskursus dalam Tripitaka Pali. Kitab Nettipakaraṇa dan Peṭakopadesa merupakan pengantar ajaran-ajaran Buddhisme; kitab-kitab ini menyajikan metode-metode penafsiran yang menuntun pada pengetahuan tentang hukum yang baik (saddhamma). Kitab Milindapañhā, yang ditulis dengan gaya diskursus Pali, memuat dialog antara raja Indo-Yunani Menander (dalam bahasa Pali, Milinda) dan Thera Nāgasena, yang menjelaskan beberapa prinsip penting Buddhisme.

Istilah "parakanonika" juga terkadang diterapkan untuk kitab Paṭimokkha, yang pada mulanya bukan merupakan bagian dari Tripitaka Pali, tetapi sebuah kitab komentar, yang di dalamnya sebagian besar teks disematkan.

Istilah lain dengan makna serupa termasuk "semi-kanonika" dan "kuasi-kanonika".

Sejarah

Kitab Suttasaṁgaha diyakini telah disusun di Anurādhapura, Sri Lanka.[1]

Di Burma, mungkin beberapa waktu setelah disahkannya kitab-kitab Abhidhamma Piṭaka (sekitar tahun 200 M), kitab parakanonika juga disahkan sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya.[2]

Kitab Suttasaṁgaha pernah dimasukkan dalam edisi Burmese Piṭakat Samuiṅ tahun 1888, tetapi dikeluarkan pada tahun 1956 dalam edisi Burmese Chaṭṭasaṅgāyana, mungkin karena dimasukkannya materi dari kitab-kitab komentar Pali pasca-kanonik ke dalam Suttasaṁgaha.[3] Naskah pengesahan dari Sidang Buddhis Kelima di Burma mencakup tiga kitab yang sama (Nettipakaraṇa, Peṭakopadesa, dan Milindapañha) sebagai bagian dari Tripitaka Pali.[4] Naskah Phayre Burma dari Canon, tertanggal 1841/2, menyertakan kitab Netti.[5]

Kitab Nettipakaraṇa, Peṭakopadesa dan Milindapañha merupakan bagian dari Khuddaka Nikāya dari Tipitaka Pali yang disahkan di Burma, sedangkan Nettipakaraṇa dan Peṭakopadesa muncul dalam edisi cetak Sinhala di Sri Lanka.

Kepala sangha Burma dua abad lalu menganggap setidaknya Netti dan Peṭakopadesa merupakan kitab-kitab yang sahih sebagai kitab suci.[6] Seorang guru Burma modern, Rewata Dhamma, menggambarkan kitab-kitab tersebut sebagai pasca-kanonik.[7]

Referensi

  1. ^ Malalasekera (1937-38), entry for "Suttasangaha," retrieved 2008-07-11 from "What the Buddha said in plain English!" at http://what-buddha-said.net/library/DPPN/s/suttasangaha.htm.
  2. ^ Hinüber (2000), pp. 73 §151, 76 §156 ff.
  3. ^ Hinüber (2000), pp. 3-4 §4, 76 §157.
  4. ^ Bollée in Pratidanam (Kuiper Festshcrift), pub Mouton, the Hague/Paris, 1968
  5. ^ JPTS, 1882, page 61
  6. ^ JPTS, volume XXVIII, pages 61f
  7. ^ Rewata Dhamma, The Buddha and His Disciples, Dhamma-Talaka Pubns, Birmingham, 2001, page 89

Daftar pustaka