Lompat ke isi

Kesultanan Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.

== Sejarah ==BUATAN BELANDA PERLU DIKAJI KEMBALI Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Pelurusan Sejarah bahwa Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan Siti Rodiyah (Anak dari Dewi Lara) mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana Yusuf), Anak Kedua Perempuan kawin dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak ketiga Nazaruddin Djumin (Sultan Maulana Nazaruddin Djumin bergelar Alamsyah)

Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Maulana Yusuf Akbar tidak mempunyai anak bernama Maulana Muhammad, Sultan ke V dengan nama lengkap Sultan Nazaruddin Djumin"Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan Nazaruddin Djumin yang bergelar Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang...(Saudaran Perempuan yang nikah dengan Sultan Mahmud Badaruddin II). Kemudian melakukan perjalanan ke Bengkulu...lalu ke Pekanbaru...kemudian ke Tanjung pura berganti nama dengan Jaka Jodo...kemudian meninggal di Desa Besilam...

Puncak kejayaan

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.

Masa kekuasaan Sultan Haji

Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung

Penghapusan kesultanan

Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.[1]

Daftar pemimpin Kesultanan Banten

Referensi

Sumber

Pranala luar


Garis waktu kerajaan-kerajaan di Jawa Barat/Banten/Jakarta

Templat:Kerajaan Sunda