Zhangsun Wuji
Zhangsun Wuji (Hanzi: 长孙无忌, 594-659), Adipati Zhao (赵公), adalah seorang negarawan pada masa awal Dinasti Tang, ia juga adalah saudara ipar dari Kaisar Tang Taizong (Li Shimin). Ia banyak membantu Li Shimin dalam berbagai kampanye militernya mempersatukan negara dan dalam kudeta berdarah di Gerbang Xuanwu, dimana Li Shimin membunuh kakaknya, putra mahkota Li Jiancheng dan adiknya, Li Yuanji. Ketika putra-putra Taizong terlibat konflik memperebutkan status putra mahkota, Zhangsun mempengaruhi keputusan Kaisar Taizong mengangkat keponakannya, Li Zhi, sebagai putra mahkota. Ia semakin berkuasa setelah Li Zhi naik tahta dengan gelar Kaisar Tang Gaozong. Pada masa pemerintahan Gaozong, ia terlibat konspirasi yang gagal untuk menggulingkan Permaisuri Wu Zetian yang ambisius. Kegagalannya menjadi bumerang bagi dirinya ketika sekutu Permaisuri Wu, Xu Jingzong, memfitnahnya dengan tuduhan makar sehingga ia diasingkan dan tak lama kemudian dipaksa bunuh diri.
Latar belakang
Zhangsun Wuji dilahirkan di Luoyang, Provinsi Henan. Ia berasal dari suku Xianbei dan berdasarkan silsilah ia masih keturunan dari Kaisar Taiwu, sang pendiri Kerajaan Wei Utara. Salah satu keturunan generasi ke-17 Kaisar Taiwu bernama Tuoba Kuaili, silsilah Zhangsun berasal dari putra ke-3 Tuoba Kuaili yang mengubah marganya menjadi Baba kemudian menggantinya lagi menjadi Zhangsun ketika Kaisar Xiaowen dari Wei Utara melakukan asimilasi budaya Xianbei dengan budaya Han Tiongkok. Ayahnya, Zhangsun Sheng, adalah jenderal besar yang membantu Kaisar Wen dari Sui (Yang Jian) mengalahkan suku-suku barbar di utara, sedangkan ibunya, Nyonya Gao, adalah putri dari pejabat Gao Jingde. Kakak tertuanya, Zhangsun Xingbu, gugur tahun 604 dalam pertempuran ketika menumpas pemberontakan Yang Liang, Pangeran Han (salah satu putra Kaisar Wen yang memberontak), ia juga masih mempunyai dua kakak laki-laki bernama Zhangsun Heng’an dan Zhangsun Anye (dari ibu yang berbeda) dan seorang adik perempuan dari satu ibu yang kelak menjadi permaisuri Kaisar Taizong. Setelah ayahnya meninggal tahun 609, kakaknya, Zhangsun Anye, mengusirnya, adiknya, dan ibunya dari kediaman Zhangsun. Diduga Nyonya Gao bukan istri pertama Zhangsun Sheng sehingga Zhangsun Anye berani bertindak demikian. Mereka dipulangkan ke kediaman kakak Nyonya Gao, Gao Shilian, yang membesarkan kedua anak itu.
Zhangsun Wuji muda adalah seorang yang rajin belajar, juga dikarunia otak yang cerdas dan mahir menyusun strategi. Setelah adiknya menikah dengan Li Shimin, putra kedua Jenderal Li Yuan dari Sui, ia menjadi dekat dan akrab dengan saudara iparnya itu. Tahun 617, Li Shimin membujuk ayahnya untuk memberontak terhadap Kaisar Yang dari Sui yang lalim dan menyerang ibukota Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi). Zhangsun menemui Li Shimin yang menjadi salah satu jenderal utama yang membantu Li Yuan mendirikan Dinasti Tang. Ia bekerja di bawah komando Li Shimin dan sering mengikutinya berperang di berbagai daerah.
Di bawah pemerintahan Kaisar Tang Gaozu
Li Yuan menduduki Chang’an pada musim dingin 617 dan mengangkat cucu kaisar Yang, Yang You sebagai kaisar boneka dengan gelar Kaisar Gong, sementara ia sendiri bertindak sebagai walinya. Musim semi 618, setelah tersiar kabar bahwa Kaisar Yang terbunuh dalam kudeta militer oleh Jenderal Yuwen Huaji di Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu), Li Yuan memaksa Kaisar Gong menyerahkan tahta padanya, ia lalu mendeklarasikan berdirinya Dinasti Tang dengan dirinya sebagai kaisar pertama dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Li Shimin diberikan gelar Pangeran Qin dan ia menjadi salah satu tokoh kunci yang membantu kampanye militer ayahnya mempersatukan Tiongkok di bawah panji Dinasti Tang. Hingga tahun 623, sebagian besar Tiongkok telah dikuasai Tang setelah pemimpin pemberontak Liu Heita, Pangeran Handong, tertangkap dan dihukum mati oleh putra mahkota Li Jiancheng, kakak Li Shimin. Atas jasa-jasanya membantu Li Shimin dalam berbagai kampanye militernya, Zhangsun dianugerahi gelar Adipati Shangdang.
Pada tahun 623 pula, konflik antara Li Shimin dan saudara-saudaranya makin memanas. Konflik itu mencapai klimaksnya pada tahun 626 ketika Li Jiancheng dan adiknya yang lain, Li Yuanji, Pangeran Qi, khawatir posisi mereka terancam oleh Li Shimin yang popularitasnya makin meningkat dimata ayahnya dan rakyat. Mereka pun menghasut ayah mereka dengan tuduhan palsu yang menyerang para bawahan penting Li Shimin. Dalam waktu singkat orang-orang kepercayaan Li Shimin seperti Du Ruhui, Fang Xuanling, dan Jenderal Yuchi Jingde didepak dari jajaran staffnya. Saat itu bawahan tepercaya Li Shimin yang tersisa tinggal Zhangsun. Zhangsun bersama pamannya, Gao Shilian, Hou Junji, dan Yuchi menyarankan agar Li Shimin segera mengambil tindakan pendahuluan terhadap saudara-saudaranya. Atas anjuran mereka, Li Shimin pun melakukan penyergapan terhadap kakak dan adiknya di Gerbang Xuanwu, dalam insiden itu Li membunuh kedua saudaranya. Segera setelah itu ia mengirim pasukan ke istana dan memaksa ayahnya mengangkatnya sebagai putra mahkota. Setelah insiden itu, Zhangsun diangkat sebagai menteri pelayanan sipil. Dua bulan setelahnya, Kaisar Gaozu menyerahkan mahkota pada Li Shimin yang naik tahta dengan gelar Kaisar Taizong.
Dibawah pemerintahan Kaisar Tang Taizong
Pada akhir tahun 626, Kaisar Taizong menyusun daftar ranking para pejabat dan jenderalnya berdasarkan besar-kecilnya kontribusi mereka dan juga membagi-bagikan wilayah kekuasaan. Dalam daftar itu, Zhangsun berada diurutan teratas diikuti oleh Fang Xuanling, Du Ruhui, Yuchi Jingde dan Hou Junji. Ia dianugerahi gelar Adipati Qi, karena kontribusinya yang besar dan memiliki hubungan keluarga dengan kaisar, ia dapat dengan leluasa keluar-masuk istana kekaisaran.
Musim panas 627, Li Yi, salah satu sekutu Li Jiancheng, melakukan pemberontakan di Binzhou (sekarang Xianyang, Shaanxi). Kaisar Taizong mengutus Zhangsun untuk menumpas pemberontakan itu, namun sebelum ia tiba, Li Yi sudah terlebih dulu dikalahkan oleh bawahannya yang memberontak dan terbunuh dalam pelariannya. Musim gugur tahun itu kaisar mengangkat Zhangsun sebagai Pushe (僕射), yaitu kepala biro eksekutif pemerintah yang kedudukannya sejajar dengan perdana menteri, tanpa menghiraukan keberatan dari permaisurinya yang mengkhawatirkan keluarga Zhangsun akan terjerumus karena penghormatan yang berlebihan sehingga akan menimbulkan bencana di kemudian hari. Akhir tahun itu, tersiar kabar bahwa, Jiali Khan (Ashina Duobi), kepala suku Tujue Timur yang pernah menerobos perbatasan utara ketika Kaisar Taizong baru naik tahta tahun 626, sedang mengalami konflik internal dengan para bawahannya. Kaisar mendiskusikan hal ini dengan Zhangsun dan Xiao Yu. Xiao mengusulkan agar memakai kesempatan ini untuk menyerbu Tujue Timur, namun Zhangsun menyarankan agar perjanjian damai yang sebelumnya telah disepakati kedua belah pihak tidak dilanggar. Kaisar Taizong pada akhirnya lebih memilih pendapat Zhangsun.
Naiknya Zhangsun sebagai perdana menteri banyak dikritik berbagai pihak karena berbau nepotisme akibat hubungan kekerabatannya dengan keluarga kaisar. Hal ini menimbulkan banyak berita miring yang menyebutkan bahwa ia memonopoli kekuasaan. Walaupun kaisar secara publik telah menyatakan kepercayaannya, Zhangsun mengkhawatirkan bila terus bertahan dirinya akan menjadi sasaran empuk serangan-serangan dari lawan politiknya. Beberapa kali ia mengajukan pengunduran diri baik secara langsung maupun lewat adiknya, Permaisuri Zhangsun. Akhirnya, pada musim semi 628, kaisar menerima pengunduran dirinya, namun kaisar menganugerahinya jabatan kehormatan Kaifu Yitong Sansi (开府仪同三司) dan tetap mendiskusikan urusan-urusan penting dengannya. Tahun 633, kaisar menganugerahinya gelar yang lebih tinggi, yaitu Sikong, salah satu dari tiga gelar tertinggi kekaisaran.
Tahun 637, revisi besar-besaran terhadap undang-undang pidana Sui, yang dipimpin oleh Fang Xuanling dengan bantuan Zhangsun, berhasil dirampungkan. Undang-undang baru ini terdiri atas 500 pasal dan 20 tingkat hukuman. Di dalamnya juga tertulis sekitar 1600 bab mengenai peraturan untuk mengimplementasi hukum. Pada tahun itu juga Kaisar Taizong berencana untuk menganugerahkan sejumlah prefektur pada sanak keluarganya dan para pejabat yang berjasa dan hak itu berlaku secara pemanen dan turun-temurun. Zhangsun dianugerahi wilayah di Zhaozhou (sekarang Shijiazhuang, Hebei) dan gelar kebangsawanannya diubah menjadi Adipati Zhao. Rencana ini mendapat tentangan dari sejumlah pejabat termasuk Zhangsun sendiri. Ia meminta pada menantunya yang juga adalah putri kaisar, Putri Changle, untuk menyampaikan keberatannya. Kaisar pun akhirnya membatalkan rencana ini, namun gelar baru Zhangsun sebagai Adipati Zhao tetap. Tahun 642, kaisar mengubah gelar kehormatan Zhangsun dari Sikong menjadi Situ. Tahun berikutnya kaisar membangun Paviliun Lingyan untuk memperingati jasa 24 orang pejabatnya yang paling berjasa. Zhangsun termasuk dalam daftar ini dalam urutan pertama.
Akhir 643, putra mahkota Li Chengqian terlibat perseteruan dengan adiknya Li Tai, Pangeran Wei, yang juga lahir dari satu ibu dan sangat disayang oleh ayahnya. Li Chengqian terbukti terlibat dalam konspirasi menggulingkan kaisar bersama dengan Hou Junji dan dua menantu kaisar lainnya, Zhao Jie dan Du He (putra Du Ruhui). Kaisar menugaskan Zhangsun, Fang Xuanling, Xiao Yu, Li Shiji, dan pejabat-pejabat dari mahkamah agung serta biro legislatif dan ujian kekaisaran untuk menyelidiki kasus ini. Hasil penyelidikan menyatakan sang putra mahkota bersalah dan ia harus kehilangan statusnya sebagai hukuman, sementara kaki tangannya dihukum mati.
Masalah suksesi pun merebak setelah didepaknya Li Chengqian. Kaisar Taizong hampir menjanjikan Li Tai untuk mengalihkan hak waris tahta padanya, rencana ini telah mendapat dukungan dari perdana menteri Cen Wenben dan Liu Ji. Namun Zhangsun tidak mendukungnya, ia malah merekomendasikan Li Zhi, putra ke-9 Taizong yang juga dari hubungannya dengan Permaisuri Zhangsun. Dalam hal ini Zhangsun juga mendapat dukungan dari Chu Suiliang. Belakangan, Li Chengqian mengaku bersalah ketika kaisar menginterogasi secara pribadi, namun ia juga mempersalahkan Li Tai yang merekayasa kejatuhannya demi keamanan dirinya untuk kemudian merencanakan pemberontakan. Akhirnya kaisar memutuskan untuk mengangkat Li Zhi sebagai putra mahkota, keputusan ini awalnya hanya diinformasikan secara rahasia pada Zhangsun, Fang, Li Shiji, Chu dan Li Zhi sendiri. Li Chengqian dan Li Tai diasingkan. Zhangsun, Fang, dan Xiao diangkat sebagai penasehat bagi sang putra mahkota baru. Namun belakangan, kaisar mulai meragukan keputusannya mengangkat Li Zhi sebagai penerusnya, ia merasa Li Zhi walaupun baik hati, tapi kepribadiannya lemah sehingga dikhawatirkan ia tidak cocok menjadi kaisar. Ia mendiskusikan masalah ini dengan Zhangsun mengenai kemungkinan menggantikan Li Zhi dengan kakak tirinya, Li Ke, Pangeran Wu (putranya yang lain dari hubungannya dengan Selir Yang, putri Kaisar Yang dari Sui), yang dianggap lebih mampu. Zhangsun menentang keras ide ini sehingga kaisar pun mengurungkan rencananya. Sejak itu ia sering memuji-muji Li Zhi di hadapan kaisar sehingga menimbulkan permusuhan mendalam dengan Li Ke.
Tahun 644, dalam suatu jamuan, Kaisar Taizong berbicara pada para pejabat tingginya mengenai kekurangan dan kelebihan mereka. Kesannya pada Zhangsun adalah
- Zhangsun Wuji adalah seorang yang terlalu mengkhawatirkan konflik kepentingan. Ia adalah seorang yang cekatan dan mampu mengambil keputusan, dalam hal ini ia melebihi orang-orang bijak dari masa lampau, namun dalam hal memimpin pasukan di medan perang bukanlah keahliannya.
Pada akhir tahun itu, Kaisar Taizong melakukan penyerbuan besar-besaran terhadap Kerajaan Goguryeo, Korea. Ia mengangkat Li Shiji dan Li Daozong sebagai komandan di garis depan, sementara ia sendiri memimpin pasukan inti dan mengangkat Zhangsun, Cen, dan Yang Shidao sebagai asistennya. Pada musim panas 645, pasukan Tang terlibat pertempuran sengit dengan Goguryeo dibawah pimpinan Jenderal Go Yeonsu dan Go Hyezin. Kaisar memerintahkan Li Shiji beserta 15.000 pasukan untuk menjadi umpan, ketika pasukan Goguryeo menyerang Li Shiji, Zhangsun menyerang garis belakang mereka dengan 11.000 pasukannya. Mereka berhasil mengalahkan Goguryeo dan memaksanya menyerah. Kaisar mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukan Tang langsung menyerang ibukota Goguryeo, Pyongyang. Namun Li Shiji menyarankan untuk terlebih dulu menduduki Ansi (sekarang Anshan, Liaoning) yang dipertahankan oleh pahlawan legendaris Korea, Yang Manchun, demi mencegah kemungkinan Yang menyerang garis belakang pasukan Tang. Kaisar menyetujui strategi Li dan mengerahkan pasukan mengepung Ansi. Sesuai dengan perkiraan Li, ternyata Yang Manchun bukanlah seorang jenderal yang bisa dipandang sebelah mata, ia selalu berhasil mematahkan serangan pasukan Tang. Tekad pasukan dan rakyat Ansi untuk bertahan semakin membara ketika Li Shiji dalam frustasi dan kemarahannya mengancam akan menghabisi seluruh penduduk Ansi bila berhasil menduduki kota itu. Di tengah kebuntuan dalam pengepungan Ansi, beberapa pejabat Tang mengusulkan untuk menarik mundur pasukan dari sana dan mengalihkan serangan ke Wugu (sekarang Dandong, Liaoning) lalu baru menuju ke Pyongyang. Pendapat ini ditentang oleh Zhangsun yang berpendapat bahwa sebelum Ansi dan Jian’an (sekarang Yingkou, Liaoning) berhasil direbut serangan itu terlalu berisiko tinggi. Kaisar menyetujui pendapatnya dan meneruskan pengepungan terhadap Ansi, namun selama berbulan-bulan pasukan Tang belum berhasil mendudukinya. Akhirnya pada musim gugur 645, Kaisar Taizong terpaksa menarik mundur pasukannya. Sejarawan Dinasti Song, Hu Sansheng, yang memberi komentar dalam Zizhi Tongjian, berpendapat bahwa sikap Kaisar Taizong yang terlalu berhati-hati telah menyia-nyiakan kesempatannya untuk menang, secara tidak langsung ia juga menyalahkan Zhangsun atas ketidaksetujuannya melakukan penyerangan langsung ke Pyongyang. Setelah pasukan ditarik mundur dari Ansi, Zhangsun diberi tugas untuk mengkoordinasi pembangunan jembatan penyeberangan di Sungai Liao agar pasukan bisa menyeberang.
Tahun 647, ketika paman Zhangsun, Gao Shilian, wafat, kaisar yang saat itu baru sembuh dari sakitnya berencana untuk menghadiri pemakaman Gao. Zhangsun merebahkan diri di depan jalan menghalangi kereta kaisar yang hendak menghadiri pemakaman, alasannya kaisar baru saja sembuh sehingga tabu untuk mengunjungi pemakaman. Kaisar pun akhirnya memberi penghormatan terakhir pada Gao dari atas tembok kota. Musim panas tahun itu, kaisar mengangkat Zhangsun sebagai komandan Yangzhou, namun pada kenyataannya ia tidak pernah dipindahkan ke wilayah itu. Pada musim gugur tahun itu seorang rakyat biasa bernama Duan Zhizhong mengirim petisi ke istana meminta kaisar untuk menyerahkan tahta pada Li Zhi. Li Zhi khawatir ayahnya mencurigai dirinya berada di belakang semua ini, Zhangsun mengusulkan agar Duan dihukum mati. Dalam hal ini kaisar bingung memutuskan dan akhirnya melepaskan Duan.
Musim semi 648, kaisar mengangkat Zhangsun sebagai kepala pelaksana biro legislatif. Dan tak lama kemudian memberinya tanggung jawab lebih besar untuk mengepalai dua biro lainnya, yaitu biro ujian kekaisaran dan biro eksekutif. Dengan demikian secara efektif Zhangsun telah berkuasa dalam segala aspek pemerintahan. Musim panas 649, Kaisar Taizong yang sakit keras memanggil Zhangsun dan Chu menghadapnya ke Istana Cuiwei. Di ranjang kematiannya, kaisar berpesan pada keduanya untuk membantu putra mahkota Li Zhi menjalankan pemerintahan, ia pun wafat tak lama kemudian. Untuk alasan keamanan, Zhangsun mengatur agar kematian kaisar dirahasiakan hingga peti matinya tiba di ibukota Chang’an. Pada tahun itu juga Li Zhi naik tahta sebagai Kaisar Tang Gaozong.
Di bawah pemerintahan Kaisar Tang Gaozong
Setelah Kaisar Gaozong bertahta, ia mengubah gelar kehormatan Zhangsun menjadi Taiwei (太尉 yang juga salah satu dari tiga gelar tertinggi) serta tetap mempercayai Zhangsun mengepalai tiga biro walaupun Zhangsun sendiri hendak melepaskan tanggung jawabnya atas biro eksekutif. Gaozong juga memberi Zhangsun jabatan Tong Zhongshu Menxia Sanpin (同中书门下三品) sebuah jabatan yang secara de facto sejajar perdana menteri. Zhangsun dan Chu menjadi orang paling berkuasa setelah kaisar pada awal pemerintahan Gaozong walaupun sebenarnya masih ada pejabat lain yang secara resmi memiliki jabatan lebih tinggi. Raja Tufan (Tibet), Songtsan Gampo, pernah menulis surat pada Zhangsun yang berisi, “Sang Putra Surga baru saja menduduki tahta, bila ada diantara hamba-hambanya yang tak setia, saya akan memimpin pasukan ke ibukota untuk menghancurkan mereka.” Kaisar tetap memberi kepercayaan besar terhadap Zhangsun dan Chu, pada tahun 650, ketika seorang rakyat biasa bernama Li Hongtai menuduh Zhangsun dengan tuduhan makar, kaisar langsung menghukum mati Li.
Tahun 651, Zhangsun merampungkan revisi undang-undang dan disahkan oleh kaisar tahun itu juga. Tahun 652, perdana menteri Liu Shi, paman dari Permaisuri Wang yang tidak punya anak laki-laki, mengusulkan agar sang permaisuri membujuk kaisar agar mengangkat Li Zhong, putra sulung Gaozong dari Selir Liu yang adalah selir kelas bawah, sebagai putra mahkota sehingga dengan demikian Li Zhong akan sangat berterimakasih padanya. Liu Shi melobi Zhangsun turut membujuk permaisuri. Kaisar Gaozong menyetujuinya dan mengangkat Li Zhong sebagai putra mahkota pada musim gugur tahun itu.
Pada akhir 652, terjadi pertengkaran besar antara putra-putra Fang Xuanling dimana Fang Yi’ai menuduh kakaknya, Fang Yizhi melecehkan istrinya, Putri Gaoyang, yang adalah salah satu anak perempuan Kaisar Taizong, sementara Fang Yizhi juga balik menuduh Fang Yi’ai dan istrinya terlibat rencana makar. Kaisar menugaskan Zhangsun untuk menyelidiki kasus ini. Hasil penyelidikan membuktikan bahwa Fang Yi’ai, istrinya, Jenderal Xue Wanche, dan Chai Lingwu (saudara ipar kaisar) terlibat upaya menggulingkan kaisar dan berencana menggantikannya dengan pamannya, Li Yuanjing, Pangeran Jing. Fang Yi’ai, yang mengetahui bahwa Zhangsun sudah lama ingin menghabisi Li Ke yang dipandang berbahaya bagi tahta Gaozong, membuat tuduhan palsu yang menyatakan bahwa Li juga terlibat dalam konspirasi itu dengan harapan Zhangsun akan melepaskannya, namun Zhangsun malah memakai kesempatan ini untuk menghabisi keduanya sekaligus. Pada musim semi 653, Zhangsun mendesak kaisar agar mengeluarkan titah untuk mengeksekusi Fang Yi’ai, Xue dan Chai serta memaksa Li Yuanjing, Li Ke, Putri Gaoyang dan Putri Baling (istri Chai) melakukan bunuh diri. Setelahnya ia juga memakai kesempatan ini untuk menyingkirkan lawan-lawan politik lainnya seperti Yuwen Jie (sahabat Fang), Li Daozong (yang sering bertentangan dengannya dan Chu), Jenderal Zhishi Sili, Xue Wanbei (adik Xue), Selir Yang (ibu Li Ke), dan putranya, Li Yin, mereka semua diturunkan statusnya menjadi rakyat biasa dan dibuang ke pengasingan. Tindakannya ini dikritik keras oleh Liu Xu, sejarawan yang memimpin penyuntingan Kitab Tang, yang mengatakan kejatuhan Zhangsun akibat fitnah merupakan karma atas segala perbuatannya. Sebelum kematiannya Li Ke juga sempat mengutuk Zhangsun, katanya, “Zhangsun Wuji telah mencuri kuasa kekaisaran dan menfitnah mereka yang setia, arwah para leluhur kekaisaran mengawasinya, cepat atau lambat keluargamu juga akan dibantai!”
Kaisar Gaozong sangat tergila-gila pada Selir Wu, sekalipun hal itu melanggar norma-norma Konfusius yang menganggapnya sebagai hubungan incest karena ia adalah mantan selir ayahnya, Kaisar Taizong. Ironisnya, Selir Wu adalah wanita yang direkomendasikan Permaisuri Wang yang cemburu pada Selir Xiao yang sebelumnya juga menjadi favorit kaisar. Permaisuri Wang berharap dengan kehadiran Selir Wu, kaisar tidak akan terlalu menyanyangi Selir Xiao secara berlebihan. Namun setelah perhatian kaisar terpusat pada Selir Wu, Permaisuri Wang dan Selir Xiao bersekongkol untuk menjatuhkannya yang berakhir dengan kegagalan. Tahun 654, Selir Wu sengaja membunuh putrinya sendiri dan menuduh Permaisuri Wang yang melakukannya, kaisar pun mempertimbangkan untuk mendepak Permaisuri Wang dan menggantikannya dengan Selir Wu, namun hal ini mendapat tentangan dari para pejabat tinggi. Maka bersama Selir Wu, ia mengunjungi Zhangsun di kediamannya dengan membawa hadiah mewah serta memberikan jabatan pejabat tingkat menengah pada ketiga putranya. Dalam kesempatan ini kaisar juga mengungkit masalah pergantian permaisuri ini pada Zhangsun untuk meminta pendapatnya. Zhangsun bersikap pura-pura tidak mengerti dan tidak memutuskan apapun apakah mendudung ataupun menentang Selir Wu, ia tetap pada pendiriannya walau belakangan dilobi oleh Nyonya Yang (ibu Selir Wu) dan rekan perdana menterinya, Xu Jingzong. Tak lama kemudian Xu, Li Yifu (yang menjadi perdana menteri karena mendukung Selir Wu), serta pejabat penting seperti Cui Yixuan dan Yuan Gongyu membentuk aliansi mendukung Selir Wu.
Musim gugur 654, dalam rapat kekaisaran, kaisar memanggil Zhangsun, Li Ji (Li Shiji yang telah mengganti namanya demi menghindari tabu nama yang mirip dengan kaisar Taizong, Li Shimin), Chu, dan Yu Zhining ke istana. Dugaan Chu bahwa kaisar memanggil mereka untuk meminta persetujuan mengganti Permaisuri Wang dengan Selir Wu terbukti benar. Zhangsun, Chu dan Yu datang menghadap sementara Li menolak menghadiri rapat. Dalam rapat ini, Chu terang-terangan menentang, Zhangsun dan Yu diam namun nampak mereka juga menentang, penentangan juga datang dari perdana menteri Han Yuan dan Lai Ji. Belakangan kaisar meminta pendapat Li Ji, namun ia bersikap netral dan menjawab, “Ini adalah masalah keluarga anda, Yang Mulia, mengapa harus bertanya pada orang lain?” Kaisar tetap pada keputusannya, ia memutasikan Chu ke Tanzhou (sekarang Changsha, Hunan) lalu menurunkan status Permaisuri Wang dan Selir Xiao menjadi rakyat biasa, serta mengangkat Selir Wu sebagai permaisurinya. Tak lama kemudian Permaisuri Wu memerintahkan agar mantan Permaisuri Wang dan Selir Xiao disiksa hingga mati.
Tahun 659, Permaisuri Wu telah mengukuhkan posisinya, ia menyimpan dendam pada Zhangsun dan Yu yang tidak menyetujui pengangkatan dirinya sebagai permaisuri. Hal yang sama juga dirasakan Xu Jingzong yang sering dimarahi Zhangsun karena masalah ini. Belakangan Xu ketika menyelidiki kasus konflik antar faksi yang melibatkan pejabat tingkat rendah Wei Jifang dan Li Chao membuat bukti palsu yang bahwa Zhangsun juga terlibat upaya makar bersama mereka. Kaisar Gaozong hendak menginterogasi Zhangsun secara pribadi terkait dengan kasus ini, namun Xu mencegahnya, ia menandaskan bahwa Zhangsun sangat mahir bereaksi cepat karena pengalaman politiknya selama puluhan tahun. Musim panas tahun itu, kaisar secara tiba-tiba mencabut semua jabatan Zhangsun dan menyita tanah kekuasaannya. Secara resmi kaisar menganugerahi Zhangsun gelar komandan Yangzhou, namun pada kenyataannya ia diasingkan ke Qianzhou (sekarang wilayah tenggara Chongqing) dan disana ia dijadikan tahanan rumah. Putra-putranya juga tidak luput dari hukuman. Pada musim gugur tahun itu, kaisar berencana membuka kembali kasus ini dan mengadakan peninjauan kembali, untuk itu ia menugaskan Xu, Li Ji, Xin Maojiang, Ren Yaxiang, dan Lu Chengqing. Xu memanfaatkan kesempatan ini dengan mengutus Yuan Gongyu ke Qianzhou dengan misi memaksa Zhangsun melakukan bunuh diri. Ia menggantung diri dengan penuh kesedihan setelah menulis puisi terakhirnya. Seluruh harta bendanya disita pemerintah. Mantan perdana menteri Liu Shi juga dihukum mati di tempat pengasingannya. Anggota keluarga Zhangsun, Liu, dan Han Yuan dihukum kerja paksa sementara beberapa lainnya dihukum mati. Tahun 674, pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Kaisar Gaozong, ia memulihkan gelar Zhangsun secara anumerta. Salah seorang cicit Zhangsun bernama Zhangsun Yi diperbolehkan menyandang gelar Adipati Zhao, ia membawa pulang peti mati kakek buyutnya ke Chang’an untuk dimakamkan di dekat makam Kaisar Taizong.