Lompat ke isi

Qin Shubao

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Qin Qiong
秦瓊
Portret dari Qin Shubao (kiri) dan Yuchi Gong sebagai dewa pinta
LahirTidak diketahui
Jinan, Shandong
Meninggal638
Nama lain
  • Shubao (叔寶)
  • Duke Zhuang of Hu (胡壯公)
PekerjaanJenderal
Anak
  • Qin Huaidao
  • Qin Shandao
  • one other son
Orang tua
  • Qin Ai (bapak)

Qin Shubao (Hanzi: 秦叔宝, ?-638) alias Qin Qiong (秦琼) adalah seorang jenderal terkenal pada awal Dinasti Tang. Ia juga dikenal dengan gelarnya sebagai Adipati Zhuang dari Hu (胡壮公). Dalam mitologi Tiongkok ia dikenal sebagai salah satu dari dua Dewa Pintu (门神) bersama Yuchi Jingde, seorang jenderal perkasa lainnya.

Kehidupan awal (zaman Dinasti Sui)

[sunting | sunting sumber]

Tempat dan waktu kelahiran Qin tidak diketahui secara pasti, tetapi diyakini ia lahir di provinsi Qi (sekarang Jinan, provinsi Shandong). Ia masuk tentara dan menjadi bawahan jenderal Lai Hu’er ketika masa pemerintahan Kaisar Yang dari Sui. Ketika ibu Qin meninggal, di luar kebiasaan, jenderal Lai mengirim utusan untuk menyampaikan belasungkawanya. Ketika sekretaris Lai bertanya mengenai hal yang tidak lazim ini, Lai menjawab, “Ia seorang pria yang berani dan gagah, juga berambisi dan memiliki integritas, aku yakin satu hati kelak ia akan mencapai kemuliaannya sehingga aku tidak bisa memperlakukannya seperti biasa”

Pada akhir pemerintahan Kaisar Yang, Qin ditempatkan di bawah komando Jenderal Zhang Xutuo. Tahun 614, Zhang mendapat tugas untuk memerangi Lu Mingyue, salah satu jenderal pemberontakan petani. Zhang hanya memiliki kurang dari 20.000 tentara sedangkan pasukan pemberontak memiliki lebih dari 100.000. Untuk menghadapi musuh yang lebih kuat itu, Zhang mempersiapkan jebakan. Mula-mula ia berpura-pura mundur dan menunggu Lu mengejarnya, sementara itu sebagian pasukannya dipersiapkan untuk menyerang markas Lu. Dalam misi yang berbahaya ini, Qin dan seorang jenderal lain bernama Luo Shixin menawarkan diri, dan Zhang memberi masing-masing 1000 prajurit dan menyuruh mereka bersembunyi menunggu saatnya tiba. Sesuai rencana, Zhang pura-pura kalah dan mundur, Lu mengejarnya sementara Qin dan Luo menyerbu kemah pasukan Lu, disana mereka menciptakan kepanikan di kalangan pemberontak sehingga Zhang berhasil mengalahkan dan menangkap banyak sekali pemberontak. Qin juga berhasil mengalahkan jenderal pemberontak lainya, Sun Xuanya sehingga mendapat promosi kenaikan pangkat.

Tahun 616, ibu kota Sui, Luoyang terancam oleh dua orang pemimpin pemberontak yang ditakuti yaitu Li Mi dan Zhai Rang. Kaisar memerintahkan Zhang menumpas mereka. Qin kembali mengikuti atasannya berperang. Dalam perang kali ini Zhang gugur dan Qin melayani jenderal lainnya, Pei Renji. Pei marah karena pemerintah tidak menghargai kemenangan yang diperolehnya dan para pejabat Sui malah memfitnahnya sehingga ia membelot pada Li Mi. Li menempatkan Qin langsung di bawah komandonya. Ia mengangkat Qin dan Cheng Zhijie sebagai kepala pengawalnya dengan 8000 prajurit. Li bahkan sesumbar, “8000 orang ini sanggup untuk menghadapi 1 juta orang”

Melayani Li Mi dan Wang Shichong

[sunting | sunting sumber]

Tahun 618, Kaisar Yang dibunuh oleh jenderalnya sendiri, Yuwen Huaji dalam sebuah kudeta di Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu). Yuwen kemudian meninggalkan Jiangdu untuk ke utara dengan pasukan elit Xiaoguo, mereka mengarah ke ibu kota Luoyang. Baik Li Mi dan para pejabat Sui yang telah mengangkat Yang Tong (cucu kaisar Yang) sebagai kaisar, merasa khawatir dengan Yuwen sehingga mereka sepakat untuk bersekutu. Ketika Li Mi berhadapan dengan Yuwen dalam suatu pertempuran, Li terkena panah di bahunya dan jatuh dari kudanya. Para pengawalnya sedang tidak di sampingnya, hanya Qin yang berjuang mati-matian dan berhasil menyelamatkannya, setelah itu ia bahkan kembali ke medan tempur untuk menghalau pasukan Yuwen dan memaksa mereka mundur ke markasnya. Setelah serangkaian pertempuran, Yuwen masih belum mampu mengalahkan Li sehingga ia meninggalkan Luoyang dan menyeberang ke utara lewat Sungai Kuning.

Tak lama kemudian, seorang jenderal Sui bernama Wang Shichong menyingkirkan para pejabat Sui dan menjalin persekutuan dengan Li Mi. Ia mengambil alih jabatan sebagai wali kaisar muda, Yang Tong. Pada akhir tahun itu, Wang mengkhianati Li Mi dalam sebuah serangan dadakan dan memaksanya kabur ke wilayah Dinasti Tang dan disana ia menyerah pada pemerintah Tang. Sebagian besar pengikut Li termasuk Qin dan Cheng Zhijie menyerah pada Wang. Wang sangat terkesan pada kemampuan kedua jenderal itu, tetapi sebaliknya keduanya merasa Wang seorang yang berjiwa pengkhianat dan mereka akan melarikan diri darinya bila ada kesempatan. Tahun 619, ketika Pangeran Qin, Li Shimin (putra Kaisar Tang Gaozu) menyerang Wang tibalah kesempatan yang dinanti-nanti itu. Qin, Cheng, bersama dengan Wu Heita dan Niu Jinda maju ke medan perang seolah-olah hendak menyambut serbuan pasukan Tang. Namun setelah jaraknya cukup jauh dari markas Wang, mereka turun dari kuda dan membungkuk, lalu berteriak kea rah Wang, “Adipati yang mulia, kami memang telah menerima penghormatan dari anda dan kami berkewajiban membalas budi anda. Namun anda selalu curiga dan cenderung mempercayai fitnah sehingga kami tidak bisa melayani anda lagi. Mohon ijinkan kami untuk pergi !” Mereka pun menyerah pada Li Shimin.

Melayani Kaisar Tang Gaozu

[sunting | sunting sumber]

Setelah menyerah pada Tang, Kaisar Gaozu menempatkan Qin di bawah komando putranya, Li Shimin. Sekitar tahun baru 620, Liu Wuzhou, Khan Dingyang menyerbu wilayah Tang di Shanxi dan mereka siap untuk menyerang ke selatan. Kaisar Gaozu mengutus Li Shimin, Qin Shubao dan Yin Kaishan untuk menumpas pemberontak itu. Mereka mengalahkan jenderal Liu, Yuchi Jingde di Sungai Meiliang (di Yuncheng, Shanxi). Kaisar Gaozu sangat terkesan dengan kegagahan Qin dalam pertempuran sehingga ia mengirim utusan untuk menghadiahi Qin sebuah botol emas, dalam ucapan selamatnya ia mengatakan, “Anda telah meninggalkan anak istri anda untuk mengikuti saya dan anda juga telah meraih prestasi yang luar biasa. Seandainya dagingku berharga bagi anda, aku akan rela memotongnya untuk anda. Aku tidak akan menyisakan pelayan, batu giok, dan sutra, teruslah bersemangat !”.

Qin lalu menyertai Li Shimin dalam sebuah pertempuran yang mengalahkan jenderal tertinggi Liu, Song Jin’gang. Akhir tahun 620 Li mencapai kemenangan atas pemberontak Liu Wuzhou. Atas jasanya ia dianugerahi kaisar sejumlah besar emas dan sutera. Pada akhir tahun itu pula Li menyerang Wang Shichong yang telah mendepak Yang Tong sebagai kaisar dan mengangkat dirinya sebagai kaisar Zheng. Untuk kampanye militer ini, Li membentuk pasukan elit yang berseragam dan berbaju zirah hitam langsung di bawah komandonya. Pasukan ini akan ditempatkan digaris depan pertempuran. Qin, Cheng Zhijie, Yuchi Jingde (yang telah menyerah pada Tang), dan Zhai Zhangsun diangkat sebagai asistennya. Pasukan itu terbukti efektif menghadapi pasukan Wang yang dibantu Dou Jiande, Pangeran Xia. Pada awal pertempuran melawan pasukan bala bantuan Dou Jiande, pasukan di bawah Qin, Yuchi, dan Li Shiji berhasil mengalahkan mereka. Li Shimin kemudian menulis surat yang menekankan alasan agar Dou menghentikan bantuannya terhadap Wang, tetapi Dou tidak menghiraukan surat itu.

Pada musim panas tahun 621, kedua belah pihak berhadapan dalam Pertempuran Hulao. Qin bertempur dengan gagah berani dalam pertempuran itu dan berjasa besar bagi pasukan Tang. Pertempuran berakhir dengan kalahnya pasukan Xia dan Dou Jiande ditangkap dan kemudian dihukum mati. Dengan kekalahan sekutunya, Wang pada akhirnya menyerah. Daerah kekuasaan Wang dan Dou diambil oleh Tang. Atas jasa-jasanya kali ini, Qin mendapat gelar Adipati Yi. Pada akhir tahun itu seorang mantan pengikut Dou, Liu Heita memberontak dan mencaplok hampir seluruh wilayah Xia. Tahun 622, Qin kembali mengikuti Li Shimin menumpas pemberontakan Liu.

Konon katanya, kemanapun Qin bersama Li dalam perang, setiap kali ada jenderal musuh menantang duel atau unjuk gigi pada Li, Li akan memerintahkan Qin untuk menjawab tantangan itu dan Qin sering kali berhasil mengalahkan lawannya. Karenanya Li Shimin sangat terkesan dengan kemampuannya dan Qin sendiri sangat bangga akan keperkasaannya.

Tahun 626, adalah puncak dari perselisihan antara Li Shimin dengan kakaknya yang putra mahkota, Li Jiancheng. Li Jiancheng yang iri dengan prestasi adiknya berkali-kali cari gara-gara dan mencoba membunuhnya namun selalu gagal. Maka, Li Shimin memutuskan bertindak lebih dahulu sebelum nyawanya melayang, ia menyergap Li Jiancheng dan adiknya Li Yuanji di Gerbang Xuanwu. Dalam kudeta berdarah ini yang merenggut nyawa kedua pangeran itu, Qin mempunyai andil yang cukup penting. Setelah itu, Li memaksa ayahnya untuk mengangkatnya sebagai putra mahkota dan tak lama kemudian ia naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong setelah ayahnya turun tahta.

Melayani Kaisar Tang Taizong

[sunting | sunting sumber]

Qin menikmati kemuliaan pada masa pemerintahan Taizong, daerah kekuasaannya ditambah dan berbagai gelar diberikan padanya. Namun dalam masa pemerintahan Taizong pula, ia mulai sakit-sakitan termakan usia. Ia pernah berkata, “Aku adalah prajurit sejak muda dan telah mengikuti lebih dari 200 pertempuran. Aku sering mendapat luka dan pasti telah meneteskan begitu banyak darah. Bagaimana mungkin aku tidak sakit sekarang ?” Ia wafat tahun 638 dan dimakamkan dekat makam Kaisar Taizong. Untuk memperingati prestasi perangnya, Kaisar Taizong memerintahkan patung-patung prajurit dan kuda ditempatkan dalam makamnya. Ia dianugerahi gelar Adipati Hu secara anumerta pada tahun 639. Tahun 643, Kaisar Taizong memasukkan Qin sebagai salah satu lukisan 24 pejabat Tang yang berjasa besar di Paviliun Lingyan.

Legenda Qin Shubao sebagai Dewa Pintu

[sunting | sunting sumber]

Konon setelah Li Shimin membunuh kakak dan adiknya dalam kudeta di Gerbang Xuanwu, ia tidak bisa tidur dengan tenang karena terus dihantui oleh arwah kedua saudaranya yang menuntut balas padanya. Maka, Li Shimin memerintahkan Qin dan Yuchi untuk berjaga di depan pintu kamarnya sepanjang hari. Namun karena keterbatasan tenaga, keduanya tidak bisa berjaga non-stop sepanjang hari. Sebagai gantinya dibuatlah lukisan kedua jenderal itu dan ditempelkan di sisi kanan dan kiri pintu kamar sang kaisar. Tradisi ini masih dipraktikkan oleh orang Tionghoa hingga kini yang dipercaya dapat mencegah hal-hal yang buruk masuk ke rumah.