Lompat ke isi

Set (tokoh Alkitab)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Set
שֵׁת
Šet
شيث
Arti namaKompensasi[1]

Set (bahasa Ibrani: שֵׁת, bahasa Ibrani Standar Šet, Tiberias Šēṯ; bahasa Arab: شيث Syits; "ditempatkan; ditunjuk")

Set menurut Islam

Nama Set atau Syith ditulis beberapa kali dalam Hadits dan Al-Qur'an. Syith (sekitar 3630-2718 SM), hidup selama kurang lebih 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun (mari teliti ulang, hidup 912 tapi wafat usia 1042 adalah pertentangan yang tidak logis). Menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun. Ia salah seorang anak Adam, yang dianggap sebagai salah satu dari nabi-nabi dalam Islam. Ia juga termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, Menjinakkan kuda dan lain-lain. Syith diyakini sebagai salah satu keturunan dari Adam.

Set menurut Kristen

dalam kitab Kejadian dari Kitab Suci Ibrani dan Alkitab, adalah salah satu anak (kemungkinan anak ketiga) dari Adam dan Hawa, dan merupakan adik dari Kain dan Habel. Ia dilahirkan setelah Habel dibunuh oleh Kain. Nama Set disebut sepuluh kali dalam Alkitab, tujuh kalinya di kitab Kejadian, sekali di kitab Bilangan, I Tawarikh, dan Lukas.

Set bagi Adam adalah seorang anak yang "menurut rupa dan gambarnya"[2]. Set diberikan oleh Allah sebagai pengganti Habel yang dibunuh. Ia mempunyai seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun [3] dan hidup hingga mencapai usia 912 tahun[4].

Melalui keturunan Set dilahirkanlah Nuh, Abraham, Daud, hingga akhirnya menurunkan Yesus[5].

Set menurut Kitab Yobel

Menurut Kitab Yobel, Set menikahi adik perempuannya, Azura dan umurnya 105 tahun ketika anaknya Enos dilahirkan. Ia meninggal pada usia 912 tahun. Dalam literatur rabinik, nama Set (bahasa Ibrani: Sheth) dijelaskan berarti "dasar." Menurut tradisi ini, Set dianggap sebagai "Dasar atau Fondasi Dunia," karena ia adalah leluhur pertama umat manusia yang dilahirkan dari orang tua yang manusia. Dengan demikian, seluruh umat manusia dianggap terkait dengan Set melalui keturunannya, Nuh. Banyak juga yang menganggap Yesus sebagai anak dari Yusuf, yang adalah juga keturunan Set.

Set menurut kepercayaan Mormon

Dalam teologi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Set ditahbiskan oleh Adam pada usia 69 tahun. Tiga tahun sebelum kematian Adam, ia memberkati Set agar keturunannya akan menjadi "pilihan Tuhan" dan bahwa mereka "akan dipelihara hingga akhir zaman" (Doktrin dan Perjanjian 107:42). Lebih jauh, Set adalah "seorang yang sempurna, dan ia sangat mirip dengan ayahmya" (Doktrin dan Perjanjian 107:43). Set juga merupakan nama seorang suku Yared dalam Kitab Mormon (Ether).

Set menurut kepercayaan Islam

Set (Syits) (sekitar 3630-2718 SM), hidup selama kurang lebih 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun (bagaimana mungkin usia 912 wafat di usia 1042, ini bertentangan, mari kta teliti ulang). Menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun. Ia salah seorang anak Adam, yang dianggap sebagai salah satu dari nabi-nabi dalam Islam. Ia juga termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, Menjinakkan kuda dan lain-lain.

Set menurut Yosefus

Yosefus merujuk kepada Set sebagai salah satu anak Adam yang paling penting dalam Zaman Kuno bangsa Yahudi, dan melaporkan bahwa keturunannya membangun Tiang-tiang keturunan Set[butuh rujukan].

Cerita non-Alkitabiah

Menurut kitab Perjanjian Adam, mengisahkan bahwa Adam, ketika mengetahui bahwa ajalnya telah dekat, memanggil Set ke sisinya. Ia menyuruh Set kembali ke Taman Eden, masuk dan mengambil tiga benih dari buah Pohon Kehidupan. Adam kemudian meminta Set kembali kepadanya dan menempatkan ketiga benih itu di mulutnya sebelum menguburkan jenazahnya.

Set melakukan apa yang diminta ayahnya dan pergi ke Taman Eden. Di gerbang taman itu berdirilah Penghulu Malaikat Mikail, yang menanyakan tujuan Set. Set memberitahukannya, dan Mikail mengizinkannya masuk, dan menunjukkan kepadanya pohon kehidupan itu. Set mengumpulkan tiga benih dari buah pohon itu dan kemudian kembali, melalui pintu gerbang, dan kembali ke ayahnya, yang saat ini telah meninggal. Ia menggali kuburan untuk Adam, dan menguburkannya, setelah menempatkan ketiga benih itu di mulutnya lalu menutup liang kuburnya.

Tiga pohon kemudian muncul dari kubur Adam, dan ketiga pohon inilah yang kemudian ditebang untuk diambil kayunya untuk dijadikan tiga salib di Golgota. [butuh rujukan]

Cerita Jawa (Java)

KETURUNAN Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syith (Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syith merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Mahaesa sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa.

Begitu mengasihinya Adam meminta pada Yang Mahaesa supaya kelak keturunan Syith diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Malaikat Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa Adam akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Mahaesa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syith.

Malaikat Ngajazil terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syith menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajazil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.

Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajazil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.

Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa.

Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu.

Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.

Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.

Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.

Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa.

Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.

Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.

Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya. ****

Referensi

Orang tua:
Adam
Set
912 tahun
Anak:
Enos