Lompat ke isi

Montanisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Montanisme adalah sebuah gerakan sektarian Kristen perdana pada pertengahan abad ke-2 Masehi, yang dinamai seturut pendirinya Montanus. Gerakan ini berkembang umumnya di daerah Frigia dan sekitarnya; di sini sebelumnya pengikutnya disebut Katafrigia. Namun gerakan ini merebak cepat ke wilayah-wilayah lain di Kekaisaran Romawi, dan pada suatu masa sebelum agama Kristen ditolerir atau dianggap legal. Meskipun Gereja Kristen arus utama menang atas Montanisme dalam beberapa generasi, dan mencapnya sebagai sebuah ajaran sesat, sekte ini bertahan di beberapa tempat terisolir hingga abad ke-8. Sebagian orang membuat paralel antara Montanisme dan Pentakostalisme (yang disebut sebagian orang Neo-Montanisme). Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, yang merupakan penulis gereja Latin paling terkemuka sebelum ia beralih ke Montanisme. Penganut paham Montanisme disebut dengan Montanis

Sejarah

Montanus mengunjungi pemukiman-pemukiman pedesaan di Asia Kecil setelah pertobatannya, dan mengajar serta memberikan kesaksian tentang apa yang dikatakannya sebagai Firman Allah. Namun, ajaran-ajarannya dianggap sesat oleh Gereja yang ortodoks karena sejumlah alasan. Ia mengklaim bukan saja telah menerima serangkaian wahyu langsung dari Roh Kudus, tetapi juga secara pribadi merupakan penjelmaan dari roh penghibur yang disebutkan dalam Injil Yohanes 14:16. Montanus disertai oleh dua orang perempuan, Priska, kadang-kadang disebut Priskila, dan Maksimila, yang juga mengklaim sebagai penjelmaan dari Roh Kudus yang menggerakkan dan mengilhami mereka. Kemanapun mereka pergi, "Ketiganya" demikian mereka disebut, berbicara dengan penglihatan ekstatis dan mendesak pengikut-pengikut mereka untuk berpuasa dan berdoa, sehingga mereka pun akan dapat memperoleh wahyu pribadi ini. Pemberitaan Montanus menyebar dari tempat kelahirannya Frigia (dan di sini ia menyatakan bahwa desa Pepuza adalah tempat untuk Yerusalem Baru) hingga ke dunia Kristen saat itu, ke Afrika dan Gaul.

Pada umumnya disepakati bahwa gerakan ini diilhami oleh pembacaan Injil Yohanes oleh Montanus— "Aku akan mengutus kepadamu seorang advocate parakletos, roh kebenaran" (Heine 1987, 1989; Groh 1985). Tanggapan terhadap wahyu yang berlanjut ini memecah komunitas-komunitas Kristen, dan para rohaniwan yang lebih ortodoks umumnya berjuang untuk menekannya. Uskup Apolinarius menemukan gereja di Ancyra terpecah menjadi dua, dan ia menentang "nubuat palsu" (dikutip oleh Eusebius 5.16.5). Tetapi ada keragu-raguan yang sungguh-sungguh di Roma, dan Paus Eleuterus bahkan menulis surat-surat untuk mendukung Montanisme, meskipun ia belakangan menariknya kembali (Tertulianus, "Adversus Praxean" c.1, Trevett 58-59).

Priska mengaku bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang perempuan. Ketika ia dikucilkan, ia berseru, "Aku diusir seperti serigala dari antara domba-domba. Aku bukan serigala: Aku adalah firman dan roh dan kuasa."

Pembela kaum Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, seorang bekas pembela keyakinan ortodoks, yang percaya bahwa nubuat yang baru itu memang tulen dan mulai meninggalkan apa yang disebutnya sebagai “gereja dengan banyak uskup" (On Modesty).

Meskipun gereja Kristen yang ortodoks menang atas Montanisme dalam beberapa generasi saja, prasasti-prasasti di lembah Tembris di Frigiia utara, yang bertanggal antara 249 dan 279, secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Montanisme.

Sepucuk surat dari Hieronimus kepada Marsela, yang ditulis pada 385, menyangkal klaim kaum Montanis yang telah mengganggunya (surat 41) [1].

Sebuah kelompok "Tertulianis" terus hadir di Kartago. Pengarang Praedestinatus yang anonim mencatat bahwa seorang pengkhotbah datang ke Roma pada 388 ketika ia menghasilkan banyak pengikut dan memperoleh izin penggunaan sebuah gereja bagi jemaatnya dengan alasan bahwa para martir yang kepadanya gereja itu dipersembahkan adalah Montanis.[1] Ia terpaksa melarikan diri setelah kemenangan Teodosius I. Augustinus mencatat bahwa kelompok Tertullianis melorot hingga hampir tidak tersisa pada masanya sendiri, dan akhirnya didamaikan dengan gereja dan menyerahkan basilika mereka.[2] Tidak jelas apakah para Tertulianis itu Montanis atau bukan.

Pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Yustinianus, Yohanes dari Efesus memimpin ekspedisi ke Pepuza untuk menghancurkan tempat-tempat suci Montanis di sana, yang berbasis di sekitar makam Montanus, Priskila dan Maksimilia.

Sekte ini bertahan hingga abad ke-8. Columbia Encyclopedia mengklaim bahwa “di tempat-tempat terpencil dari Frigiia, di mana [Montanisme] terus bertahan hingga abad ke-7.”

Beberapa penulis modern mengusulkan bahwa sebagian dari penekanan pada pengalaman pribadi yang langsung dan ekstatis dengan Roh Kudus mempunyai kemiripan dengan semua bentuk Pentakostalisme. “Ia [Montanisme] mengklaim dirinya sebagai agama Roh Kudus dan ditandai oleh ledakan-ledakan ekstatis yang dianggapnya sebagai satu-satunya bentuk Kekristenan yang sejati.” [3] Sementara memang ada banyak kesamaan antara Montanisme dengan Pentakostalisme modern, tampaknya tidak ada hubungan histories antara keduanya, karena kebanyakan kaum Pentakostal mengklaim otoritasnya berdasarkan Kisah para Rasul (pasal 2).

Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks

Keyakinan-keyakinan Montanisme berbeda dengan Kekristenan ortodoks dalam hal-hal berikut:

  • Keyakinan bahwa nubuat-nubuat kaum Montanis mengalahkan dan menggenapi doktrin-doktrin yang diberitakan oleh para Rasul.
  • Dorongan untuk bernubuat secara ekstatis, membedakannya dengan pendekatan teologi yang dominan yang lebih berdisiplin dan penuh pertimbangan di kalangan Kekristenan yang ortodoks pada saat itu hingga sekarang.
  • Pandangan bahwa orang-orang Kristen yang jatuh dari anugerah tidak dapat ditebus, juga bertentangan dengan pandangan Kristen yang ortodoks bahwa penyesalan dapat mengembalikan orang berdosa ke dalam gereja.
  • Nabi-nabi Montanisme tidak berbicara sebagai utusan-utusan Allah: "Demikianlah firman Tuhan," melainkan lebih menggambarkan dirinya dikuasai oleh Allah, dan berbicara atas namanya. "Akulah Bapa, Firman, dan Sang Penghibur," kata Montanus (Didymus, De Trinitate, III, xli); Kerasukan roh ini, yang berbicara sementara nabi itu tidak mampu menolaknya, digambarkan oleh roh Montanus: "Lihatlah manusia itu bagaikan sebuah lyre, dan aku melesat seperti plectrum. Orang itu tidur, dan aku terjaga" (Epifanius, "Panarion", xlviii, 4).
  • Penekanan yang lebih kuat untuk menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka lebih menekankan upaya menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka menekankan kesucian seksual, termasuk melarang pernikahan kembali..
  • Sebagian Montanis juga "Quartodesiman" ("yang 14"), artinya mereka lebih suka merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Ibrani, tak peduli hari apapun dalam suatu minggu tanggal itu jatuh. Ajaran ortodok berpendapat bahwa Paskah harus dirayakan pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan. (Trevett 1996:202)

Hieronimus dan para pemimpin gereja lainnya mengklaim bahwa kaum Montanis di masa mereka menganut keyakinan bahwa Tritunggal terdiri atas satu pribadi saja, serupa dengan Sabelianisme, jadi berlawanan dengan pandangan ortodoks bahwa Tritunggal adalah satu Allah dengan tiga pribadi, yang juga dianut oleh Tertulianus. Ada beberapa orang yang memang adalah pemeluk monarkian modalistik (Sabelian) dan beberapa lainnya yang lebih dekat dengan doktrin Tritunggal. Dilaporkan bahwa para modalis ini membaptiskan dengan meyebutkan nama Yesus Kristus, bukannya menyebutkan nama Tritunggal. Kebanyakan dari kaum Montanis di kemudian hari berasal dari kubu modalistik.

Lihat pula

Pranala luar

Sumber

  • Eusebius dari Kaisaria, Historia ecclesiae, 5.16–18
  • Tabbernee, William, 1997. Montanist Inscriptions and Testimonia: Epigraphic Sources Illustrating the History of Montanism (Macon [GA], Mercer University Press) (North American Patristic Society Patristic Monograph Series, 16).

Rujukan

  1. ^ v.1 c.86 Praedestinatus)
  2. ^ c. 86 De haeresibus
  3. ^ Bruce Metzger, The Canon of the New Testament, (Oxford, 1987), hlm. 99. [ISBN 0-19-826954-4]

Bacaan lebih lanjut

  • Groh, Dennis E. 1985. "Utterance and exegesis: Biblical interpretation in the Montanist crisis," dalam Groh dan Jewett, The Living Text (New York) hlm. 73 – 95.
  • Heine, R.E., 1987 "The Role of the Gospel of John in the Montanist controversy," dalam Second Century v. 6, hlm. 1 – 18.
  • Heine, R.E., 1989. "The Gospel of John and the Montanist debate at Rome," in Studia Patristica 21, hlm. 95 – 100.
  • Metzger, Bruce, The Canon of the New Testament. Its Origin, Development, and Significance, 1987, (Oxford University Press), hlm. 99-106. [ISBN 0-19-826954-4]
  • Pelikan, Jaroslav. The Christian Tradition: A History of the Development of Christian Doctrine. Vol. I The Emergence of the Catholic Tradition, 100-600. Chicago: University of Chicago Press, 1977.
  • Pagels, Elaine, 2003. Beyond Belief: The Secret Gospel of Thomas ISBN 0-375-50156-8, memuat pengantar singkat tentang Montanisme, dengan catatan dalam bab "God's Word or Human Words?"
  • Trevett, Christine, 1996. Montanism: Gender, Authority and the New Prophecy (Cambridge University Press)
  • Hirschmann, Vera-Elisabeth, 2005. Horrenda Secta. Untersuchungen zum fruеhchristlichen Montanismus und seinen Verbindungen zur paganen Religion Phrygiens (Stuttgart, Franz Steiner Verlag)