Lompat ke isi

Kitab Maleakhi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kitab Malekahi merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang termasuk dalam kitab nabi-nabi kecil.[1] Kitab ini merupakan kitab terakhir dalam Perjanjian lama.[1] Kitab Maleakhi juga menjadi kitab terakhir dari kitab nabi-nabi kecil.[2] Hal ini menyebabkan Maleakhi dianggap sebagai suara yang terakhir di Perjanjian Lama.[1] Kitab ini ditulis oleh seorang yang bernama Maleakhi.[1] Kitab ini juga membahas kembali mengenai Musa dan juga terkait dengan nabi Elia.[2] Konteks mengenai kitab Maleakhi ini bisa dikatakan sama dengan konteks kitab Hagai.[1] Hal ini dikarenakan Maleakhi dan Hagai mempunyai kurun waktu yang dekat.[1]

Latar belakang

Kitab Maleakhi merupakan salah satu kitab yang ditulis setelah masa pembuangan.[1] Beberapa puluh tahun sebelumnya, Nabi Nehemia telah membangun tembok-tembok Yerusalem serta para tawanan sebanyak 50.000 orang pada zaman Zerubabbel dan imam besar Yosuatelah kembali.[1] Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa para imam mulai berbuat kejahatan di mata Tuhan seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan.[1] Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan seorang nabi yang mengingatkan para imam akan kesalahannya.[1] Kitab ini ditulis pada masa kerajaan Persia menggantikan kerajaan Babel pada tahun 539 Sebelum Masehi.[3] Pada masa itu tidak begitu banyak informasi mengenai orang Yahudi selama kurun waktu 515-450 Sebelum Masehi.[3] Pada masa itu, Bait Allah telah dibangun.[3] Pada masa itu kerajaan Persia telah diperintah oleh wali-wali negara.[3] Kepada wali-wali negara inilah para bupati-bupati setempat bertanggung jawab.[3] Hal inilah yang dialami oleh Yudea.[3] Yudea tidak lagi mempunyai bupati sendiri tetapi diatur dari Samaria.[3] Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antara para pejabat Samaria dengan orang Yahudi.[3] Hal ini dikarenakan pada masa itu orang membangun tembok-tembok di kota mereka sehingga para pejabat Samaria menuduh mereka memberontak.[3] Hubungan bangsa Israel dengan bangsa tetangga pada saat itu tidak telalu baik terutama dengan bangsa Edom dan suku-suku dari bangsa Arab.[1] Latar belakang dari kitab Maleakhi ini merupakan lanjutan dari masa Zakharia dan hagai di mana orang-orang Yahudi telah membangun kembali bait suci mereka.[3]

Penanggalan

Ada banyak tanggal yang ditawarkan dalam kitab Maleakhi yaitu 605-550 Sebelum Masehi, 514-456, atau lebih jauh pada periode Persia.[2] Dugaan kuat bahwa penanggalan dari kitab ini yaitu pada tahun 514-456 Sebelum Masehi.[2] Hal ini dikarenakan penanggalan tersebut sesuai dengan masa di mana pembangunan kuil Zerubabbel selesai dan kedatangan dari Ezra dan Nehemia.[2] Bukti-bukti lain yang menunjuk pada penanggalan tersebut adalah:[2]

  1. Masalah mengenai perceraian yang muncul dalam kitab Maleakhi merupakan permasalahan yang sama yang dihadapi oleh Ezra maupun Nehemia.[2]
  2. Bahasa yang dipakai pada saat itu menyerupai bahasa ibrani pada masa pembuangan dan pada masa awal setelah pembuangan.[2]

Kepengarangan

Nama Maleakhi tidak terdapat di tempat lain di Alkitab.[1] Dugaan kuat bahwa nama Maleakhi merupakan singakatan dari nama Malakhiya.[1] Nama ini berarti pesuruh Yahova.[1] Nabi Maleakhi mempunyai sifat yang pemberani dan tidak berkompromi dalam membeberkan dan mencela orang-orang berdosa pada zaman itu.[1] Semangat nabi untuk pertobatan dan pembaharuan bernyala-nyala api.[1]

Isi

Isi dari kitab ini terdiri dari dua bagian.[4] Bagian pertama yaitu Maleakhi 1:{{{ayat}}} dan Maleakhi 2:{{{ayat}}} berkaitan dengan dosa bangsa Israel.[4] Bagian yang kedua yaitu Maleakhi 3:{{{ayat}}} dan Maleakhi 4:{{{ayat}}} berkaitan dengan penghukuman yang akan menimpa orang yang berdosa di atas orang yang telah bertobat.[4]

Superskrip (Maleakhi 1:1)

Ada hubungan antara ayat pembuka dalam pasal 1 dengan awal dari ayat ke 3.[4] Maleakhi merupakan nama nabi.[4] Hal itu memberikan penegasan bahwa ia merupakan seorang pembawa pesan dari Tuhan.[4]

Kasih Tuhan kepada Israel (Maleakhi 1:2)

Allah menyatakan kasihnya kepada orang Israel dengan menyatakan bahwa ia memilih Yakub dan menolak Esau.[4] Hal ini juga hendak menunjukkan bahwa Edom akan dihancurkan dengan tidak akan dapat dibangun kembali.[4] Namun, hal itu berbeda dengan Israel yang akan kembali ke tanah perjanjian.[4]

Gambaran Dosa Israel (Maleakhi 1:6 sampai Maleakhi 2:9)

Dalam bagian ini, Maleakhi hendak menggambarkan dosa bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah.[4] Allah digambarkan sebagai ayah atas semua orang.[4] Seorang ayah berhak mendapat kehormatan dan kasih sayang.[4] Namun demikian, hal itu tidak ditunjukkan oleh para imam yang menjadi representasi dari umat.[4] Para imam memandang rendah nama Allah.[4] Para imam tidak belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan di masa lampau yang membuat orang Israel jatuh ke dalam pembuangan.[4] Tuduhan kepada Israel dibawa dalam bentuk dialog.[4]

Hukuman atas Kawin Campur dan Perceraian (Maleakhi 2:10)

Israel mempunyai seorang ayah yang umum yaitu Allah yang menciptakan bangsa Israel.[4] Hal ini kemudian harus diejawantahkan ke dalam kesatuan.[4] Kesatuan ini kemudian dikotorkan dengan praktek kawin campur dan perceraian.[4] Orang-orang Israel yang melakukan perceraian atau kawin campur dianggap telah mencemarkan nama Allah.[4]

Kedatangan Hari Tuhan (Maleakhi 3:1)

Maleakhi memproklamirkan mengenai kedatangan hari Tuhan dalam pelayanannya.[4] Kedatangan Hari Tuhan ini juga muncul bersama dengan hukuman Allah.[4] Namun demikian, Tuhan juga tetap menjaga janjinya terhadap umat pilihanya yang tetap setia.[4]

Pertobatan dan Persepuluhan (Maleakhi 3:7)

Bagian ini menceritakan mengenai kemurtadan Israel.[4] Sikap ini ditunjukkan dalam persembahan Israel di mana bangsa Israel tidak menyerahkan persepuluhan atau persembahan sebagaimana semestinya.[4] Hal ini berarti bahwa Israel telah merampas apa yang menjadi milik Allah.[4]

Janji Keselamatan Bagi Orang-orang Saleh (Maleakhi 3:13 sampai Maleakhi 4:3)

Di tengah kesalahan yang dilakukan oleh bangsa Israel, ada beberapa orang yang tetap setia melakukan kehendak Allah.[4] Orang-orang ini mendapat perhatian dari Allah.[4] Allah melindungi mereka pada hari yang telah ia siapkan.[4] Hari penghakiman itu pasti datang dan orang-orang yang takut akan Tuhan akan diselamatkan pada hari itu.[4]

Kesimpulan (Maleakhi 4:4)

Nubuat mengenai Maleakhi diakhiri dengan sebuah nasehat kepada bangsa Israel.[4] Nasehat ini berisi mengenai peringatan akan taurat-taurat Israel.[4]

Muatan Teologis

Dalam kitab Maleakhi terdapat banyak pesan-pesan teologis yang dapat diangkat sebagai suatu refleksi dalam kehidupan sehari-hari.[5]

Perceraian

Persoalan mengenai perceraian merupakan persoalan yang sering ditemukan baik di luar kekristenan maupun di dalam kekristenan.[5] Persoalan ini juga terdapat dalam kitab Maleakhi.[5] Dalam kitab Maleakhi, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah tidak menyukai perceraian.[5] Ia bahkan mengutuk perceraian.[5] Persoalan teologis mengenai perceraian ini merupakan suatu kutipan yang juga ada pada kitab Torah.[5]

Pernikahan

Pernikahan dalam kitab Maleakhi dipandang sebagai dimensi yang bersifat komunal.[5] Pernikahan merupakan suatu kerangka dari sebuah komunitas yang menggambarkan hubungan yang fundamental yang didasarkan pada hubungan yang umum antara bapa dengan pencipta.[5] Hal ini juga berarti bahwa keputusan seseorang untuk menikah dengan pasangannya dipengaruhi oleh komunitas di mana ia berada.[5]


Berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Indonesia) Frank M. Boyd. 2006. Kitab nabi-nabi kecil. Jawa timur: Gandum Mas. Hlm 147-168. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Boyd" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h (Inggris) David Noel Freedman. 2000. Eerdmans Dictionary of The Bible. Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans. Hlm 848-849.
  3. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 720-751.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af (Inggris) J.D.Douglas. 1962. New Bible Dictionary. England: Inter-Varsity press. Hlm 1275-1277.
  5. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Eileen M. Schuller. 1996.The New Interpreter's Bible. Nashville: Abingdon. Hlm 841-877.

Lihat pula


Templat:Link FA