Kitab 1 Tawarikh
Tampilan
![]() | |||||
![]() | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
![]() | |||||
|
|||||
![]() | |||||
Kitab 1 Tawarikh merupakan bagian dari kitab Perjanjian Lama atau Tanakh. Dalam bahasa Ibrani; kitab ini disebut: divre hayyamim, “sejarah hari-hari”. Dalam septuaginta yang menggunakan bahasa Yunani, kitab ini disebut paraleipomena, yang berarti “apa-apa yang ditambahkan” (suplemen).
Kitab 1 dan 2 Tawarikh sebagian besar berisi kejadian-kejadian yang telah diceritakan dalam kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Tetapi di dalam kitab Tawarikh kejadian-kejadian itu diceritakan dari segi pandangan lain. Sejarah kerajaan Israel dalam kitab Tawarikh ditulis dengan dua maksud utama:
- Untuk menunjukkan bahwa sekalipun kerajaan Israel dan Yudea ditimpa kemalangan, namun Allah masih memegang janji-Nya kepada bangsa itu, dan melaksanakan rencana-Nya untuk umat-Nya melalui orang-orang yang tinggal di Yudea. Penulis yakin mengenai hal itu karena ia ingat akan hal-hal besar yang telah dicapai oleh Daud dan Salomo, serta pembaruan-pembaruan yang diusahakan oleh Yosafat, Hizkia dan Yosia. Juga karena masih ada orang-orang yang tetap setia menyembah Allah.
- Untuk menguraikan asal mula upacara ibadat di Baitallah di Yerusalem, terutama mengenai susunan jabatan imam dan orang-orang Levi yang bertugas dalam upacara-upacara ibadat itu. Sekalipun Baitallah di Yerusalem itu dibangun oleh Salomo, namun di dalam kitab Tawarikh ini Daud dikemukakan sebagai pendiri yang sesungguhnya dari Baitallah itu dan upacara-upacara ibadatnya.
Antara lain berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002