Lompat ke isi

Abraham

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Desember 2006 20.50 oleh Escarbot (bicara | kontrib) (robot Modifying: da:Abraham)

Abraham adalah seorang nabi dalam agama Islam, patriarkh dalam agama Yahudi, dan tokoh penting dalam agama Kristen. Dalam tradisi Islam beliau lebih sering disebut Ibrahim. Beliau berasal dari negeri Babilonia.

Ibrahim (dalam agama Islam)

Awal kehidupan

Nabi Ibrahim dilahirkan di sebuah gua (dipercaya letaknya di Sanliurfa, Turki) karena ibunya ingin menghindari pembantaian bayi lelaki besar-besaran di negerinya. Sebagian ahli sejarah muslim mengatakan bahwa ketika disembunyikan orang tuanya di dalam gua itu, bayi Ibrahim tidak mendapatkan makanan apa-apa kecuali dari ibu jarinya yang selalu dihisap-hisapnya dan membuatnya kenyang. Kiranya ini adalah salah satu mukjizat Allah kepada beliau, yang juga dapat menjadi tanda-tanda kenabiannya. Setelah beranjak dewasa, pemuda Ibrahim kembali ke tengah-tengah warganya. Ia heran melihat kaumnya menyembah berhala. Ia jadi lebih sedih setelah mengetahui ayahnya Azar ternyata bekerja sebagai pembuat berhala. Ibrahim minta petunjuk dari Allah SWT dan karena itulah ia diangkat jadi nabi. Al Qur'an banyak menceritakan riwayat Ibrahim ini, bahkan namanya pun diabadikan sebagai nama salah satu surat di dalam Al Qur'an, Surat Ibrahim. Salah satu kisah Ibrahim yang diceritakan di dalam Al Qur'an adalah kisah tentang perjalanan spiritual Ibrahim dalam menemukan keesaaan Allah SWT.

Dakwah

Dakwah Nabi Ibrahim a.s[1] pertama kali ditujukan kepada keluarga dan kerabatnya. Terutama ayahnya, Azar, yang bekerja sebagai pembuat berhala. Walau begitu Ibrahim sendiri tetap menghormati ayahnya sekalipun berlainan akidah. Dengan tutur kata yang halus ia tetap meghormati Azar sebagai ayahnya. Bahkan justru ayahnya yang memusuhi Ibrahim hingga akhirnya Ibrahim diusir dari keluarga dan kerabatnya. Ibrahim juga diutus kepada Raja Namrud, pejabat, dan sejumlah rakyatnya berpesta pora di luar kota, beliau masuk tempat penyembahan berhala, lalu menghancurkannya, dan menyisakan berhala terbesar yang dikalungi kampaknya. Mengetahui hal itu Raja Namrud langsung murka dan Nabi Ibrahim ditangkap. Saat itulah Nabi Ibrahim mendakwahi mereka tapi hati dan telinga kaumnya telah tertutup untuk suara kebenaran. Bahkan Nabi Ibrahim dihukum bakar (dipercaya tempatnya ada di kota Sanliurfa). Allah menyelamatkannya. Nabi Ibrahim tak hangus terbakar. Rakyat mulai berpikir tentang kebenaran ajarannya, tapi takut kepada raja. Nabi Ibrahim dipercaya sebagai manusia pertama yang membangun Ka'bah, bangunan suci untuk umat monoteism. Pembangunan Ka'bah ini adalah perintah Allah SWT untuk meninggikan nama-NYA. Bangunan tertua dalam sejarah itu dibangun bersama anaknya, Ismail.

Berkhitan adalah salah satu syariat kepada Ibrahim dan orang-orang yang beriman. Untuk itu khitan ini diikuti oleh anak keturunan Ibrahim termasuk Ismail, Ishaq, Musa, Isa dan Muhammad, beserta pengikut-pengikutnya yang setia.

Kisah-kisah Nabi Ibrahim a.s[2] banyak diabadikan dalam Al Qu'ran.

Akhir hayat

Nabi Ibrahim wafat dalam usia 175 tahun. Tentang makamnya, ada 2 versi. Menurut cerita Isra'iliyat makamnya ada di gua Makhpela di Hebron, Tepi Barat. Versi lain menyebut makamnya ada di Aleppo, Suriah.

Sebagai tambahan, bagi kaum Muslim, kisah Ibrahim di dalam Al Qur'an adalah sumber sejarah yang otentik. Sedangkan sumber-sumber lainnya dapat dijadikan rujukan tambahan.

Abraham menurut Yahudi dan Kristen

Abram

Abraham bernama asli Abram. Ia adalah anak Terah, berasal dari Ur-Kasdim. Ia dan istrinya Sarai, Lot (anak dari saudara laki-laki Abram, Haran), dan semua pengikutnya, kemudian pergi ke Kanaan. TUHAN memerintahkan Abram untuk pergi ke "negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu", dan berjanji untuk memberkatinya dan membuatnya bangsa yang besar. Karena percaya akan janji-Nya ini, Abram pergi ke Sikhem, dan menerima janji baru bahwa negeri itu akan diberikan pada keturunannya. Setelah membangun sebuah mezbah untuk memperingati perjanjian ini, ia pergi dan memasang kemah di antara Betel dan Ai, di mana ia membangun sebuah mezbah lagi dan "memanggil nama TUHAN."

Di sini ia tinggal untuk beberapa waktu, sampai ketika ada perselisihan antara gembala-gembalanya dan gembala-gembala Lot. Abram mengusulkan pada Lot bahwa mereka berpisah, dan mengijinkan keponakannya untuk memilih lebih dahulu. Lot memilih tanah yang subur di sebelah timur sungai Yordan, sementara Abram, setelah menerima janji lagi dari TUHAN, pergi ke Mamre, dekat Hebron, dan mendirikan mezbah lagi bagi TUHAN.

Berdoa untuk Sodom

Dalam cerita mengenai Lot dan pemusnahan Sodom dan Gomora, Abram muncul ketika ia memohon pada TUHAN untuk tidak menghancurkan Sodom, dan dijanjikan bahwa bila ada sepuluh orang benar di kota itu, kota itu tidak akan dimusnahkan (Kejadian 18:16:33).

Di Mesir

Karena kelaparan yang hebat, Abram dan keluarganya pergi ke Mesir (26:11, 41:57, 42:1), di mana ia takut bahwa kecantikan istrinya akan menawan hati orang-orang Mesir. Karena itu ia berdusta bahwa Sarai adalah saudara perempuannya. Ini tidak menyelamatkannya dari Firaun, yang mengambilnya untuk harem pribadinya dan memberi Abram banyak ternak dan budak. Tapi ketika TUHAN menimpakan tulah yang hebat pada Firaun, Abram dan Sarai meninggalkan Mesir.

Hagar dan Ismael

Karena Sarai tidak dapat mengandung, janji Tuhan bahwa keturunan Abraham akan mewarisi tanah perjanjian tampak seperti mustahil. Sarai, sesuai dengan kebiasaan saat itu, memberi hamba perempuannya yang bernama Hagar kepada Abram. Ketika Hagar mengandung anak Abram, ia menjadi sombong dan merendahkan Sarai. Sarai mengusirnya ke padang gurun. Hagar dijanjikan bahwa keturunannya akan menjadi sangat banyak, "sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." Maka Hagar kembali dan anaknya Ismael adalah keturunan Abram yang pertama. Dalam agama Islam, Ismael adalah pewaris Abram. Hagar dan Ismael kemudian diusir dari Abram oleh Sarai selamanya (Kejadian 21).

Dalam agama Kristen dan Yahudi disebutkan bahwa yang disebut keturunan Abraham adalah berasal dari Ishak (Kejadian 21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.)

Perjanjian sunatan

Nama Abraham diberikan pada Abram (dan Sara pada Sarai) pada waktu yang sama dengan perjanjian sunatan (Kejadian 17), yang dipraktikkan dalam Yudaisme dan Islam sampai hari ini. Sekarang Abraham dijanjikan bukan saja keturunan yang banyak, melainkan juga bahwa keturunan ini akan berasal dari Sara, dan juga bahwa negeri di mana ia tinggal akan menjadi milik keturunannya. Perjanjian ini dipenuhi lewat Ishak, walaupun Tuhan berjanji bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Perjanjian sunat (tidak seperti janji-janji lainnya) memiliki dua sisi dan bersyarat: bila Abraham dan keturunannya memenuhi janji mereka, TUHAN akan menjadi Tuhan mereka dan memberi mereka negeri tersebut.

Ujian iman Abraham

Beberapa waktu setelah kelahiran Ishak, Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan anaknya itu di gunung Moria. Sebelum Abraham sempat mematuhi hal ini, ia dicegah seorang malaikat dan ia mengorbankan seekor domba jantan. Sebagai imbalan akan kepatuhannya ini ia menerima janji lain bahwa ia akan membuat keturunannya "sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut", dan bahwa mereka "akan menduduki kota-kota musuhnya."

Akhir hayat

Sara wafat dalam usia lanjut, dan dimakamkan di gua ladang Makhpela, dekat Hebron, yang telah dibeli Abraham. Abraham juga dimakamkan di sini. Berabad-abad kemudian makam ini menjadi tempat kunjungan agama dan umat Islam membangun sebuah mesjid di tempat ini.

Abraham dalam pandangan agama samawi

Abraham mempunyai arti yang sangat penting bagi semua agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Islam menganggap Ibrahim sebagai bapaknya orang-orang mu'min, karena Allah menetapkannya demikian. Beliau adalah contoh ideal dari seorang yang disebut mu'min. Ini ditunjukkannya dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah, dengan kesediaannya untuk menyembelih anak kesayangan satu-satunya yaitu Ismail.

Agama Yahudi memandang Abraham sebagai salah satu leluhur mereka. Di dalam Kitab Suci Ibrani, Allah sering menyatakan diri-Nya sebgai "Allah Abraham, Ishak, dan Yakub". Hal ini misalnya terjadi ketika Allah menyatakan diri kepada Musa di padang belantara di Midian: "Lagi Ia berfirman: 'Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.' Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah." (Keluaran 3:6).

Bagi orang Kristen, Abraham adalah bapak orang percaya. Imannya menjadi teladan bagi semua orang. Surat Ibrani mengatakan demikian: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui... Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal" (Ibrani 11:8, 17).

Dengan demikian, Abraham adalah bapak yang sama bagi ketiga agama ini, sekaligus mengingatkan bahwa ketiga-tiganya mempunyai akar yang sama, yaitu monoteisme. Untuk itu Ibrahim disebut juga sebagai Bapak Monoteisme Dunia.

Lihat pula

Templat:Adam to David