Lompat ke isi

Indonesia Raya (politik)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Oktober 2011 16.26 oleh Gunkarta (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'right|thumb|Peta Indonesia Raya, termasuk [[Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Timor Leste]] '''Indonesia Raya''' atau ''...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Peta Indonesia Raya, termasuk Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Timor Leste

Indonesia Raya atau Melayu Raya adalah gagasan atau konsep politik yang bertujuan mempersatukan rumpun bangsa Melayu dalam kesatuan negara dengan menyatukan wilayah koloni Britania Raya di Semenanjung Malaya dan Borneo Utara; wilayah yang kini membentuk negara Malaysia, Singapura, dan Brunei, dengan Hindia Belanda (kini Indonesia).[1] gagasan ini diajukan oleh para pelajar dan alumni Universitas Pendidikan Sultan Idris pada tahun 1920-an, dan kemudian oleh para tokoh politik dari Sumatera dan Jawa Muhammad Yamin dan Sukarno pada tahun 1950-an.[1]

Gagasan Melayu Raya ini diajukan oleh seorang guru sejarah dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Abdul Hadi Hassan.[butuh rujukan] Selain karena persamaan suku bangsa, agama, dan budaya kebanyakan rakyatnya sebagai bangsa serumpun, gagasan ini muncul karena berdasarkan sejarah wilayah yang kini menjadi negara Indonesia dan Malaysia dulu pernah dipersatukan dalam sebuah kemaharajaan raya, seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Kesultanan Malaka.

Kelompok nasionalis Melayu; Kesatuan Melayu Muda, yang didirikan oleh Ibrahim Yaacob, adalah salah satu organisasi yang secara jelas menganut gagasan ini sebagai cita-cita perjuangannya.[2] Pada saat Perang Dunia II para pendukung gagasan Indonesia Raya atau Melayu Raya bekerja sama dengan kekuatan pendudukan Jepang untuk melawan Inggris dan Belanda.[3] Sikap bekerjasama ini didasari dengan harapan bahwa Jepang akan mempersatukan Hindia Belanda, Malaya dan Borneo dan kemudian memberikan kemerdekaan.[3] Dipahami bahwa dengan bersatunya wilayah koloni Eropa ini dalam suatu wilayah pendudukan Jepang, maka pembentukan sebuah kesatuan negara Indonesia Raya atau Melayu Raya dimungkinkan.[3]

Sukarno dan Muhammad Yamin adalah tokoh politik Indonesia yang sepakat gagasan persatuan raya ini. Akan tetapi mereka agak enggan untuk menyebut gagasan ini sebagai "Melayu Raya" dan menawarkan nama lain "Indonesia Raya". Keengganan untuk menamai "Melayu Raya" karena berbeda dengan di malysia, di Indonesia suku Melayu hanyalah dianggap sebagai salah satu dari berbagai suku bangsa di Nusantara, bersama dengan suku Minangkabau, Aceh, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Dayak, Bugis, Makassar, Minahasa, Ambon, dan lain sebagainya. Penghimpunan berdasarkan ras atau suku bangsa "Melayu" dikhawatirkan rawan dan kontra-produktif dengan persatuan Indonesia yang mencakup berbagai suku bangsa, agama, dan ras; karena banyak suku bangsa di Indonesia Timur seperti orang Papua dan sebagian orang Ambon, bukanlah termasuk rumpun Melayu Austronesia, melainkan rumpun bangsa Melanesia.

Pada akhir dasawarsa 1950-an, Sukarno dengan tegas menolak pembentukan negara Malaysia oleh Britania Raya yang mencakup Semenanjung Malaya dan Borneo Utara. Sikap politik ini mengarah kepada Konfrontasi Indonesia-Malaysia berupa peperangan skala kecil yang tidak diumumkan. Sukarno beralasan bahwa negara Malaysia adalah negara boneka bentukan Inggris yang ingin membentuk kolonialisme dan imperialisme baru di Asia Tenggara dan mengepung Indonesia. Akan tetapi analisis lain menduga bahwa peperangan ini sesungguhnya merupakan ambisi Sukarno yang hendak mempersatukan Semenanjung Malaya dan seluruh pulau Kalimantan ke dalam wilayah Indonesia untuk menggenapi wilayah kebangsaan yang lebih luas yaitu "Indonesia Raya".

Referensi

  1. ^ a b McIntyre, Angus (1973). "The 'Greater Indonesia' Idea of Nationalism in Malaysia and Indonesia". Modern Asian Studies. 7 (1): 75–83. doi:10.1017/S0026749X0000439X. 
  2. ^ Page 208-209 Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah Sejarah Tingkatan 2. Zainal Abidin bin Abdul Wahid; Khoo, Kay Kim; Muhd Yusof bin Ibrahim; Singh, D.S. Ranjit (1994). Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 983-62-1009-1
  3. ^ a b c Graham, Brown (February 2005). "The Formation and Management of Political Identities: Indonesia and Malaysia Compared". Centre for Research on Inequality, Human Security and Ethnicity, CRISE, University of Oxford.

Lihat juga

  • Mafilindo (Gagasan persatuan politik lain yang juga mencakup Filipina)
  • Indonesia Raya, lagu kebangsaan Republik Indonesia