Suku Melayu
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Berkas:Malay people.jpg | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, | |
Malaysia | 12.3 juta (Perkiraan 2006)[1] |
Brunei | 0.25 juta (Perkiraan 2006)[2] |
Indonesia | 6.9 juta (Sensus 2000)[3] |
Thailand | 1.9 juta (Perkiraan 2006)[4] |
Singapura | 0.45 juta (Sensus 2000)[5] |
Bahasa | |
Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Melayu Bengkulu, Bahasa Melayu Jambi,Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Melayu Riau, Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Kedah, Bahasa Melayu Brunei, Bahasa Melayu Kelantan, Bahasa Melayu Sarawak | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Aceh, Minangkabau, Banjar |
Suku Melayu[6][7] merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.[8]
Meskipun begitu, banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays).
Sejarah
Suku Melayu tergolong ke dalam Deutero Melayu (Melayu Muda) yang merupakan bagian dari gelombang besar kedua migrasi ras Melayu-Austronesia dari daratan Asia yang terjadi sekitar 300 S.M.[9] Pada abad ke-7, masyarakat yang bermukim pada kawasan Sungai Batang Hari, membentuk Kerajaan Malayu. Secara geografis, pada mulanya Melayu hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut, yang meliputi wilayah Sumatera bagian tengah. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi vassal Kerajaan Sriwijaya.[10] Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Jadi orang Melayu Semenanjung berasal dari Sumatera.[11]
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua franca menggantikan Bahasa Sanskerta.[12] Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Dharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka[13][14][15] sebelum kerajaan ini ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun 1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Etimologi
Ptolemy (90 - 168 M) dalam karyanya Geographia mencatat sebuah tanjung di Aurea Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal dari Bahasa Sanskerta, malayakolam atau malaikurram[16]. Berdasarkan G. E. Gerini, Maleu-Kolon saat ini merujuk pada Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaysia.
Orang Gunung
Pada Bab 48 teks agama Hindu Vuya Purana yang berbahasa Sanskerta, kata Malayadvipa merujuk kepada sebuah propinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Disana berdiri bukit yang disebut dengan Malaya yang artinya sebuah gunung besar (Mahamalaya). Meskipun begitu banyak sarjana Barat, antara lain Sir Roland Braddell menyamakan Malayadvipa dengan Sumatera [17]. Sedangkan para sarjana India percaya bahwa itu merujuk pada beberapa gunung di Semenanjung Malaysia [18][19][20][21][22].
Kerajaan Malayu
Dari catatan Yi Jing, seorang pendeta Budha dari Dinasti Tang, yang berkunjung ke Nusantara antara tahun 688 - 695, dia menyebutkan ada sebuah kerajaan yang dikenal dengan Mo-Lo-Yu (Melayu), yang berjarak 15 hari pelayaran dari Sriwijaya. Dari Ka-Cha (Kedah), jaraknyapun 15 hari pelayaran.[23] Berdasarkan catatan Yi Jing, kerajaan tersebut merupakan negara yang merdeka dan akhirnya ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Berdasarkan Prasasti Padang Roco (1286) di Sumatera Barat, ditemukan kata-kata bhumi malayu dengan ibu kotanya di Dharmasraya. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malayu dan Sriwijaya yang telah ada di Sumatra sejak abad ke-7. Kemudian Adityawarman memindahkan ibu kota kerajaan ini ke wilayah pedalaman di Pagaruyung.
Petualang Venesia yang terkenal, Marco Polo dalam bukunya Travels of Marco Polo menyebutkan tentang Malauir yang berlokasi di bagian selatan Semenanjung Melayu. Kata "Melayu" dipopulerkan oleh Kesultanan Malaka yang digunakan untuk membenturkan kultur Malaka dengan kultur asing yakni Jawa dan Thai.[24] Dalam perjalanannya, Malaka tidak hanya tercatat sebagai pusat perdagangan yang dominan, namun juga sebagai pusat peradaban Melayu yang berpengaruh luas.[25]
Melayu Malaysia
Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan orang Melayu asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti Jawa, Minangkabau, Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dan lain-lain. Semua diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia. Ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan "komunitas umat Islam Malaysia" yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ummat yang dilindunginya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang tidak terikat dengan perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah[butuh rujukan]. Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor. Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negara Bagian Sarawak, serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei Darussalam.
Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)
Kelompok Ras Melayu | 1931 | 1947 | 1957 | 1970 | 1980 | 1990 |
---|---|---|---|---|---|---|
Total | 65,104 | 113,803 | 197,059 | 311,379 | 351,508 | 384,338 |
Melayu | 57.5% | 61.8% | 68.8% | 86.1% | 89.0% | 68.3% |
Jawa | 24.5% | 21.7% | 18.3% | 7.7% | 6.0% | 17.2% |
Bawean | 14.4% | 13.5% | 11.3% | 5.5% | 4.1% | 11.3% |
Bugis | 1.2% | 0.6% | 0.6% | 0.2% | 0.1% | 0.4% |
Banjar | 0.7% | 0.3% | 0.2% | 0.1% | N.A. | N.A. |
Ras Melayu lain | 1.7% | 2.1% | 0.9% | 0.4% | 0.8% | 2.9% |
(Reference: Arumainathan 1973, Vol 1:254; Pang, 1984, Appendix m; Sunday Times, 28 June 1992)
Rumpun Melayu
- Suku Melayu (muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
- Melayu Tamiang
- Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
- Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu. [26]
- Melayu Deli
- Melayu Riau
- Melayu Jambi
- Melayu Bengkulu
- Melayu Pontianak
- Suku bangsa serumpun di Sumatera :
- Suku Minangkabau (muslim)
- Suku Kerinci (muslim)
- Suku Talang Mamak (non muslim)
- Suku Sakai (non muslim)
- Orang Laut
- Suku Rejang (muslim)
- Suku Serawai (muslim)
- Suku Pasemah (muslim)
- Suku Lubai (muslim)
- Suku Rambang (muslim)
- Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :
- Suku Sambas (muslim)
- Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam)
- Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
- Suku Banjar (muslim)
- Suku Kutai (muslim)
- Suku Berau (muslim)
- Suku Bukit (non muslim)
- Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
- Suku Betawi (muslim)
Lihat pula
- Masyarakat Melayu di Malaysia
- Melayu Kedah
- Melayu Sri Lanka
- Melayu-Bugis
- Senjata Melayu
- Suku Melayu (Minang)
- Ketuanan Melayu
Catatan
- ^ CIA - The World Factbook - Malaysia
- ^ CIA - The World Factbook - Brunei
- ^ Indonesia: Population and Administrative NamesPDF (460 KiB)
- ^ http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+th0052)
- ^ Singapore: Population Size and GrowthPDF (23.8 KiB)
- ^ (Inggris)Malayan miscellanies, Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies . Malayan miscellanies. Hapus pranala luar di parameter
|title=
(bantuan) - ^ (Inggris)Milner, Anthony (2010). The Malays. John Wiley and Sons. ISBN 9781444339031. Hapus pranala luar di parameter
|title=
(bantuan)ISBN 1444339036 - ^ Suryadinata, Leo (2003). Indonesia's Population, Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 981-230-212-3.
- ^ Alan Collins (2003). Security and Southeast Asia: domestic, regional, and global issues. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 26. ISBN 981-230-230-1.
- ^ "Early Malay kingdoms". Sabrizain.org. Diakses tanggal 2010-06-21.
- ^ (Inggris) Kahn, Joel S. (1998). Southeast Asian identities: culture and the politics of representation in Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand. I.B.Tauris. hlm. 69. ISBN 1860642454.ISBN 9781860642456
- ^ Zaki Ragman (2003). Gateway to Malay culture. Singapore: Asiapac Books Pte Ltd. hlm. 1–6. ISBN 981-229-326-4.
- ^ Alexanderll, James (2006). Malaysia Brunei & Singapore. New Holland Publishers. hlm. 8. ISBN 1860113095, 9781860113093 Periksa nilai: invalid character
|isbn=
(bantuan). - ^ "South and Southeast Asia, 500 - 1500". The Encyclopedia of World History. 1. Houghton Mifflin Harcourt. 2001. hlm. 138.
- ^ O. W. Wolters (1999). History, culture, and region in Southeast Asian perspectives. Singapore: Cornell University Southeast Asia Program Publications. hlm. 33. ISBN 978-0877277255.
- ^ Gerolamo Emilio Gerini (1974). Researches on Ptolemy's geography of eastern Asia (further India and Indo-Malay archipelago. Munshiram Manoharlal Publishers. hlm. 101. ISBN 81-70690366.
- ^ Phani Deka (2007). The great Indian corridor in the east. Mittal Publications. hlm. 57. ISBN 81-8324-179-4.
- ^ Govind Chandra Pande (2005). India's Interaction with Southeast Asia: History of Science,Philosophy and Culture in Indian Civilization, Vol. 1, Part 3. Munshiram Manoharlal. hlm. 266. ISBN 978-8187586241.
- ^ Lallanji Gopal (2000). The economic life of northern India: c. A.D. 700-1200. Motilal Banarsidass. hlm. 139. ISBN 9788120803022.
- ^ D.C. Ahir (1995). A Panorama of Indian Buddhism: Selections from the Maha Bodhi journal, 1892-1992. Sri Satguru Publications. hlm. 612. ISBN 8170304628.
- ^ Radhakamal Mukerjee (1984). The culture and art of India. Coronet Books Inc. hlm. 212. ISBN 9788121501149.
- ^ Himansu Bhusan Sarkar (1970). Some contributions of India to the ancient civilisation of Indonesia and Malaysia. Calcutta: Punthi Pustak. hlm. 8.
- ^ I-Tsing (2005). A Record of the Buddhist Religion As Practised in India and the Malay Archipelago (A.D. 671-695). Asian Educational Services. hlm. xl – xli. ISBN 978-8120616226.
- ^ Timothy P. Barnar (2004). Contesting Malayness: Malay identity across boundaries. Singapore: Singapore University press. hlm. 4. ISBN 9971-69-279-1.
- ^ Europa Publications Staff (2002). Far East and Australasia 2003 (34th edition). Routledge. hlm. 763. ISBN 978-1857431339.
- ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
Pranala luar
- (Melayu) Puisi Usman Awang mengenai Melayu.
- (Inggris) Melayu
- (Indonesia) Modal Sosial dan Pembangunan Manusia Melayu oleh Witrianto, S.S., M.Hum., M.Si dari Universitas Andalas
- (Indonesia) Bhinneka Tunggal Ika
- (Indonesia) Gerakan Bangsa Melayu Besar