Lompat ke isi

Bakung Lor, Jamblang, Cirebon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Desa Bakung Lor adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon , Jawa Barat, Indonesia.

Desa ini berada di antara Desa Bakung Kidul dan Desa Pagertoya. Desa Bakung Lor Sendiri dahulu kala bernama Bakung Alas yang kemudian berganti nama setelah dilakukannya Pemecahan Desa dengan Desa Bakung Kidul pada tahun 1981an

Geografi

Desa Bakung Lor dapat ditempuh sejauh ± 10 km dari arah Kecamatan Jamblang , 8,8 km dari arah Pasar celancang dan 12 km bila di tempuh dari arah Pasar Pasalaran Plered cirebon.

Etimologi

Desa Bakung Lor terkenal dengan nama Bakung Alas. Masyarakat Desa Bakung Lor biasa menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa jawa halus yang biasa orang tua menyebutnya bahasa kromo.

Dahulu, nama Bakung lor berasal dari kata Bakung Alas yang berarti adalah sebuah Tempat yang menjadi Alas kekayaan dari Desa Bakung Secara global. Tempat itu Terletak di Blok Sirangdu yang lebih tepatnya berada di sebelah Utara Balai Desa Bakung Lor.

Sejarah

Menurut cerita, Pada jaman dahulu kala dalam penyamarannya di gunung Kumbang, yang tepatnya di blok Ardi Lawet bergelar Abujangkrek. Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar ki Kuwu Cerbon atau biasa orang menyebutnya dengan mbah kuwu cerbon. Di tempat tersebut beliau memiliki dua orang anak yaitu seorang laki-laki bernama Sela Rasa dan seorang perempuan bernama Sela Rasi.Di jaman itu Ki Kuwu memasuki daerah Telaga dan dan beliau bertemu dengan seseorang yang bernama Ki Wanajaya . Di telaga tersebut Ki Wanajaya adalah seorang yang sakti mandraguna hingga tak ada tandingannya.dan dalam pertemuannya dengan Ki Kuwu, terjadilah selisih paham hingga menimbulkan perkelahian. Perkelahian dua orang sakti itu terjadi lama sekali, hingga masing-masing mencari kelemahan lawannya, Tetapi belum seorangpun yang menunjukkan kelemahan untuk dapat dirobohkan salah seorang diantaranya.

Pada suatu saat diserangnya Ki Wanajaya dengan ajian Nini Badong yang berkhasiat mengeluarkan hawa dingin luar biasa. Ki kuwu mengarahkan ajian itu sangat tepat mengenai sasarannya, Ki Wanajaya menjadi tak berdaya. Tetapi Ki Kuwu yang memiliki jiwa ksatria, lalu menunggu lawannya yang tak berdaya dan tidak berani menyerangnya sampai mati. Agaknya Ki Wanajaya sendiri merasakan perlakuan lawannya tidak mudah dapat dilawannya. hinga pada akhirnya Ki Wanajaya menyerah, dan Ki Kuwu dengan senang hati mengampuninya. Kemudian Ki Wanajaya mengikuti faham Ki Kuwu memasuki agama Islam.