Lompat ke isi

Transfigurasi Kristus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Transfigurasi oleh Lodovico Carracci, 1594, menggambarkan Elia, Yesus, and Musa dengan tiga Rasul.

Transfigurasi Kristus adalah peristiwa di mana Yesus bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung dan muka-Nya bercahaya dan penuh dengan kemuliaan.[1] Hal ini merupakan puncak spiritualitas dari Yesus.[1] Pada waktu peristiwa itu, terdapat tiga murid Yesus bersama dengan Dia; Petrus, Yakobus dan Yohanes.[2] Cahaya kemuliaan yang memancar dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para murid, bahwa di balik peristiwa yang menyedihkan yang akan dialami Yesus.[2] Peristiwa(penyaliban) yang akan membawa pada kemenangan, kemuliaan, bahwa di balik hinaan dan caci maki akan ada kemuliaan yang akan menguatkan para murid dalam kehidupan mereka dalam mengikuti guru (Yesus) mereka itu.[2]

Peristiwa ini kemudian menjadi tradisi umat Kristen dalam menghayati salah satu peristiwa hidup Yesus Kristus.[1] Waktu untuk melaksanakan transfigurasi ini berlangsung pada minggu sebelum merayakan Hari Raya Jumat Agung sebagai peringatan kematian Yesus.[1] Transfigurasi ini dijadikan titik sentral dalam karya Yesus sebagai Mesias menurut rencana Allah.[1] Peristiwa ini dapat diketahui dalam Alkitab pada Injil Matius 17:1-12, atau di Injil Markus 9: 2-13 atau di Injil Lukas 9: 28-36.[3][1]

Tujuan transfigurasi ini adalah untuk memberikan spiritualitas kepada umat Kristen dalam sikap batin, dan berdampak pada sikap lahirnya juga.[4] Sikap Batin itu menurut Kardinal Carlo Mantini dapat dilihat dalam diri Santo Paulus dalam beberapa hal: adanya sukacita batin dan kedamaian yang besar, adanya sikap pujian, kesiapan dalam mengikut Yesus.[4]

Catatan Alkitab

  • Menurut Injil Matius dan Markus, peristiwa ini terjadi 6 hari setelah Yesus bercakap-cakap dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Filipi (Injil Lukas: "kira-kira 8 hari sesudah segala pengajaran itu"). Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" di mana kemudian Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"[5] Ini merupakan awal dari pengenalan murid-murid-Nya bahwa Yesus bukan manusia biasa, melainkan "Yang Diurapi" (= Mesias = Kristus) dan "Anak Allah". Yesus memberitahukan bahwa: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."[6] (Injil Matius: "...melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."[7]; Injil Lukas: "...melihat Kerajaan Allah."[8]) Perkataan ini menjadi nyata seminggu kemudian.
  • Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi (Injil Lukas: untuk berdoa). Di situ mereka sendiri saja. Ketika Yesus sedang berdoa, Dia berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat, berkilau-kilauan, bersinar seperti terang. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampak kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.[9] Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.[10]
  • Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu.[11] Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus: "Rabi (Injil Matius: Tuhan; Injil Lukas: Guru), betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."[12] Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.[13]
  • Dan tiba-tiba sedang Petrus berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka. Ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."[14] (Injil Lukas: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."[15]) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.[16]
  • Dan sekonyong-konyong, ketika suara itu terdengar, waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.[17]</ref> Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.[18]
  • Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."[19] Maka murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu. [20] Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."[21]
  • Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." [22] Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.[23]

Kesaksian saksi mata

  • Injil Yohanes tidak mencatat kejadian ini, tetapi mencatat kesaksian Yohanes sebagai saksi mata dalam pasal pertama: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.[24]
  • Petrus menulis tentang kejadian ini dalam suratnya yang kedua: "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.[25]

referensi

  1. ^ a b c d e f (Indonesia)Stefan Leks., Tafsir Injil Matius, Yogyakarta: Kanisius
  2. ^ a b c (Indonesia) William Barclay., Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Injil Matius 11-28, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
  3. ^ (Indonesia) Alkitab, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia. Matius 17:1–12; Markus 9:2–13; Lukas 9:28–36
  4. ^ a b (Indonesia) Spiritualitas Damai, Yogyakarta: Kanisius, 2008
  5. ^ Matius 16:13–16; Markus 8:27–29; Lukas 9:18–20
  6. ^ Markus 9:1
  7. ^ Matius 16:28
  8. ^ Lukas 9:27
  9. ^ Matius 17:1–3; Markus 9:2–4; Lukas 9:28–30
  10. ^ Lukas 9:31
  11. ^ Lukas 9:32
  12. ^ Matius 17:4; Markus 9:5; Lukas 9:33
  13. ^ Markus 9:6
  14. ^ Matius 17:5; Markus 9:7; Lukas 9:34
  15. ^ Lukas 9:35
  16. ^ Matius 17:6
  17. ^ Markus 9:8; Lukas 9:36
  18. ^ Matius 17:7–8
  19. ^ Matius 17:9; Markus 9:9
  20. ^ Lukas 9:36
  21. ^ Markus 9:10
  22. ^ Matius 17:10–12; Markus 9:11–13
  23. ^ Matius 17:13
  24. ^ Yohanes 1:14
  25. ^ 2 Petrus 1:16–18