Maleber, Maleber, Kuningan
Maleber adalah desa di kecamatan Maleber, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.
Sejarah
Menurut asal-usul kata (etimologi) nama Maleber berasal dari dua kata yaitu Ma dan leber, Ma atau Ema atau Emak dalam bahasa Sunda berarti Ibu sedangkan leber dalam bahasa Sunda berarti air yang penuh meluap.
Menurut sumber lisan yang berkembang dari mulut ke mulut di masyarakat sejak dulu, bahwa asal nama Maleber diambil dari seorang anak yang ketakutan melihat kolam air mata air yang meluap secara tiba-tiba. Anak itu terkejut karena kejadiannya mendadak. Anak itu berlari sambil berteriak-teriak, “Ma…. leber !, Ma…. leber !, Ma…. leber !” Dari sinilah tercipta kata Maleber.
Pemerintahan
Maleber dilihat dari statusnya sebagai sebuah desa maka dipimpin oleh seorang kepala desa atau lebih dikenal dengan sebutan Kuwu.
Batas Wilayah
Batas wilayah desa Maleber
- Di sebelah utara berbatasan dengan desa Ciporang dan Langseb
- Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Padamulya dan Parakan
- Di sebelah barat berbatasan dengan desa Kutaraja dan Kutamandarakan
- Di sebelah timur berbatasan dengan desa Dukuh Tengah dan Karang Tengah
Geografis
Keadaan iklim desa Maleber dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18° C - 32° C serta curah hujan berkisar antara 2.000 mm - 2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November - Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni - Oktober adalah musim kemarau.
Ekonomi
Sebagian besar penduduk Maleber berprofesi sebagai petani, sisanaya adalah PNS, pegawai swasta, buruh tani, buruh tani dan pedagang. Perekonomian Maleber banyak di sumbang oleh penduduknya yang merantau di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan kota besar lainnya.
Pertanian
Perkebunan
Demografi
Penduduk desa Maleber berjumlah 3.828 orang, terdiri dari:
- 1.893 orang laki-laki
- 1.935 orang perempuan
Pendidikan
Akses Transportasi
Untuk mencapai desa Maleber dari pusat kota Kuningan tidaklah sulit. Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 12 km, di hubungkan dengan angkutan desa