Babakan, Ciwaringin, Cirebon
Babakan | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Cirebon |
Kecamatan | Ciwaringin |
Kode Kemendagri | 32.09.26.2005 |
Babakan adalah desa di kecamatan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini juga disebut desa pesantren, karena di desa ini terdapat lebih dari 40 komplek pondok pesantren yang cukup terkenal di Indonesia. Diantara yang modern yaitu PONDOK PESANTREN DARUL HIKMAH (KH. NASIHIN AZIZ), dan yang salaf/tradisional yaitu :Pondok Pesantren Miftahul Muta'allimin, Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Pondok Pesantren Assanusie, Pondok Pesantren Assalafie, Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, dan lain-lain. Tahun 1960-an, dunia pendidikan kepesantrenan di Babakan menunjukkan perkembangannya. Ini diperlihatkan pada banyaknya pondok pesantren yang didirikan. Bahkan karena banyaknya pondok pesantren yang berdiri, masyarakat setempat menjadi latah menyebut Pesantren Babakan secara geografis menjadi dua sebutan, yaitu Babakan utara dan Babakan selatan.
Sejarah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatut Tholibin terletak di Desa Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Pondok ini merupakan pondok pesantren tertua. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H. / 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddin putra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon.
KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.
Stagnasi kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kyai Jatira meninggal dunia, langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan terputusnya kegiatan pesantren sampai sarana fisikpun tidak berbekas. Sampai kemudian KH. Nawawi menantu dari Kyai Jatira mambangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula. Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH. Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH. Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 M.mulai tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH. Arsyad, yang masih merupakan AHLUL BAIT, dari garis keturunan Sunan Gunung Djati (baca silsilah KH Amin Sepuh, disusun oleh KH. Mudzakkir, 2007) .
KH. Amien Sepuh tahun 1893 pernah mesantren di KH. Cholil Bangkalan, bersama (waktu itu ustadznya) KH. Hasyim Asy'ari kakek Gus Dur(baca: Kisah-Kisah Hikmah : KH. Abdurrahman Arroisy). Pada masa pengasuhan KH. Amin Sepuh, Pondok Gede Babakan mencapai masa keemasan dan banyak andil dalam mencetak tokoh-tokoh agama yang handal, hampir semua Kiyai sepuh di wil 3 Cirebon bahkan menyebar ke pelosok Indonesia adalah muridnya, sebut saja Kang Ayip Muh (kota Cirebon), KH. Syakur Yassin, KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH Syukron Makmun, KH. Hannan, KH Sanusi, KH. Machsuni (Kwitang), dll.
KH. Amien Sepuh menekuni Pesantren Babakan sebagai tempat pengabdiannya terhadap masyarakat Islam khususnya. Setelah 25 tahun mengembangkan Pesantren Babakan, tahun 1940-an, yaitu pasca kemerdekaan, Beliau sekaligus berjuang bagi kemerdekaan RI. Bahkan dalam perang 10 November Surabaya, para kiyai khos termasuk KH Hasyim Asy'ari menunggu kabar dari KH Amin sepuh sebelum mengeluarkan Fatwa Jihad. KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon ( wil 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh.. yang wafat disana.
Pasca Revolusi Kemerdekaan beliau dibantu adik iparnya sekaligus muridnya KH. Sanusi terus mengembangkan Pesantren dengan berbagai aral melintang. Bahkan yang dahsyat adalah ketika Agresi Belanda II, tepatnya tahun 1952 Pondok Pesantren diserang Belanda. Dikarenakan KH. Amin sepuh sebagai sesepuh cirebon merupakan pejuang yang menentang penjajah. Pondok dibakar dan dikepung. Para santri pergi dan para Pengasuh beserta keluarga mengungsi. Dua tahun kemudian, tahun 1954, Kiyai sanusi yang masih salah satu murid KH. Amin Sepuh adalah orang yang pertama kali datang dari pengungsiannya. Sisa-sisa kitab suci berantakan, termasuk karya-karya KH. Amin Sepuh, habis dibakar, bangunan hancur dan nampak angker. Semua itu secara bertahap dibereskan lagi.
Tahun 1955 KH. Amin Sepuh kembali ke Babakan, kemudian para santri banyak berdatangan dari berbagai pelosok. KH. Amin sepuh yang menjadi pengasuh Pondok Gede kembali memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada para santrinya yang makin lama makin meluap. Pondok Raudhotut Tolhibin tidak dapat menampung para santri. Hingga santrinya dititipkan dirumah-rumah ustadnya seperti KH. Hanan, dirumah KH. Sanusi, dsb. hingga kelak anak cucunya membentuk dan mengembangkan pesantren-pesantren seperti sekarang ini. Sehingga Pondok yang awalnya hanya satu (Ponpes Raudlotut Tholibin) sekarang menjadi banyak. Alhamdulillah, tahun 2012 terdapat sekitar 40 Pondok di lingkungan Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.
Pertumbuhan Pondok Pesantren Babakan inilah semakin hari semakin bersinar dan tidak jarang banyak kalangan menaruh perhatian terhadap pengembangan pendidikan Islam di pesantren Babakan ini. Hingga kini, ada 32 pondok pesantren putra-putri dan lembaga pendidikan formal lainnya. KH Hud Yahya, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Mutaallimin mengatakan pondok pesantren di Desa Babakan, Ciwaringin tumbuh menjamur, sehingga dikenal dengan kampung pesantren. Letak antara pesantren yang satu dengan lainnya berdekatan, bahkan ada yang dibatasi pagar tembok. Nama-nama pondok pesantren dimaksud adalah Pondok Pesantren Babakan Utara, terdiri dari Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin yang didirikan oleh KH Amin dan saat ini diasuh oleh KH Afif Zuhri Amin. Ini pesantren pertama di Babakan Ciwaringin. Kemudian Pondok Pesantren Asrama Fatimiyah Mahadul Ilmi/AFMI (saat ini diasuh oleh KH Natsir Mochtar); Pondok Pesantren Asrarur Rafiah (KH Muhtadi Syarief); Pondok Pesantren Al-Badar (saat ini diasuh oleh KH Tohari); Pondok Pesantren Mahad at-Talim al-Baqiyah as-Salihah/MTBS (saat ini diasuh oleh Ustadz Yusuf); Pondok Pesantren Mahadul Ilmi (saat ini diasuh oleh Ustadz Hamzah Hariri); Pondok Pesantren az-Ziyadah (saat ini diasuh K Asmawi); Balai Pendidikan Pondok Pesantren Putri/Bapenpori (saat ini diasuh oleh K Amin Fuad); Pondok Pesantren As-Sanusi (KH Abdul Kohar); Pondok Pesantren Dahlia (Ustadz Marzuki); Pondok Pesantren As-Suhada (Ustadz Toha Amin); Pondok Pesantren As-Saadah (Ustadz Abdurrahman); Pondok Pesantren Ikhwanul Muslimin/PPIM (saat ini diasuh oleh KH Natsir); Pondok Pesantren at-Taqwa (Ustadz Busyer); Pondok Pesantren al-Munir (Ustadz Munir); Pondok Pesantren al-Furqan (Ustadz Hasan); Pondok Pesantren Al-Azhar (Ustadz Munif); Pondok Pesantren Al-Mustain (Ustadz Marzuki); dan Pondok Pesantren Al-Faqih (didirikan oleh Almarhum KH M Thobiin). Sementara Pondok Pesantren Babakan Selatan: Pondok Pesantren Miftahul Mutaallimin (saat ini diasuh KH Syarief Hud Yahya) dan pesantren pertama di Babakan Selatan; Pondok Pesantren As-Salafi (didirikan oleh KH Syaerozi dan saat ini diasuh oleh KH Hammam Syaerozi); Pondok Pesantren Muallimin-Muallimat (KH Marzuki Ahal dan KH Zamzami); Pondok Pesantren As-Salam (KH Mukhtasun); Pondok Pesantren Kebon Jambu (didirikan oleh Almarhum KH Muhammad dan saat ini diasuh oleh Ustadz Asror Muhammad); Pondok Pesantren Raudlatul Banat (KH Syarief Hud Yahya); Pondok Pesantren Al-Muntadhor (H. Burhanuddin); Pondok Pesantren Bustanul Quran (KH Nurhadi); Pondok Pesantren al-Ikhlas (KH Mukhlas); Pondok Pesantren as-Shalihah (KH Hasan Palalo); Pondok Pesantren al-Huda (Ustadz Rumli); Pondok Pesantren Masyarikul Anwar (KH Makhtum Hanan); dan Pondok Pesantren Al-Kautsar (KH Muhaimin). Disamping lembaga pondok pesantren, Babakan juga memiliki sejumlah lembaga pendidikan formal baik milik pemerintah maupun swasta. Di antara lembaga pendidikan milik pemerintah, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (disebut juga dengan MAN Model), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan Sekolah Dasar Negeri (SDN). Sementara itu, guna membekali santri dengan ijazah yang legitimate, pendidikan madrasah dan sekolah umum yang terstruktur dan berjenjang, didirikan di bumi Pesantren Babakan. Di antara lembaga pendidikan tingkat Taman Kanak Kanak, antara lain (RA/TK Uswatun Hasanah dan TK Perjuangan); Madrasah Ibtidaiyah (Madrasah Amalul Mutaallimin, Madrasah Rahmatal Lilalamin), Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Salafiyah Syafiiyah/MSS, Sekolah Menengah Pertama Pesantren/SMPP); dan Madrasah Aliyah (Madrasah Aliyah Pesantren/MAP, SMEA Babakan, dan SMK Tribakti. Disamping lembaga pendidikan tingkat Atas/Aliyah ke bawah, Pesantren Babakan Ciwaringin juga menyelenggarakan pendidikan Strata satu (S1), yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Mahad Ali (STAIMA) dengan konsentrasi pada studi pendidikan Islam/Tarbiyah dan Mahad Ali Al-Hikamus Salafiyah yang mengkonsentrasikan pada studi Hukum Islam dan Sejarah Pemikiran Islam. Lembaga pendidikan lain yang bersifat non-formal adalah lembaga pendidikan dan pelatihan al-Biruni dan Mahad Ali Kebudayaan PPMM (Pondok Pesantren Miftahul Mutaallimin). Gagasan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan sosial di Pesantren Babakan tersebut telah mendapat respons positif dari kalangan kiai. Selain secara kognitif, tujuan penyelenggaraan pendidikan di Pesantren Babakan Ciwaringin diarahkan pada upaya membentuk para santri dan pelajar agar memiliki kecerdasan dan menguasai ilmu agama dan umum serta keterampilan tertentu, juga santri dan pelajar diharapkan mempunyai akhlak yang terpuji dan peka terhadap fenomena-fenomena sosial serta terampil dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmunya.