Kabupaten Sumba Barat
Kabupaten Sumba Barat | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Pada eweta manda ilu | |
Koordinat: 9°34′00″S 119°27′00″E / 9.56667°S 119.45°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Nusa Tenggara Timur |
Tanggal berdiri | - |
Ibu kota | Waikabubak |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Luas | |
• Total | 4.051,9 km2 (15,644 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 300.000 |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0387 |
Kode Kemendagri | 53.12 |
DAU | Rp. 238.492.879.000,- |
Situs web | http://www.sumbabaratkab.go.id/ |
Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Waikabubak. Luas daratannya 4.051,9 kilometer persegi.
Keadaan Alam
Topografi kabupaten ini berupa rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur yang curam. Iklimnya tropis dengan musim hujan relatif pendek dibandingkan kemarau. Curah hujan rata-rata cukup tinggi, terutama pada November hingga Maret.
Penduduk
Penduduknya berjumlah sekitar 300.000 jiwa. Sekitar setengah penduduk kabupaten ini masih memeluk agama tradisional Marapu. Penduduk yang lain adalah pemeluk Protestan, Katolik, Islam, Hindu dan sisanya adalah Budha. Kenyataan ini diakibatkan karena masih kuatnya pengaruh adat-istiadat mereka, terutama di kecamatan Kodi, Waijewa Barat dan Waijewa Timur yang hampir setengah penduduknya adalah pemeluk Marapu. Selain itu di kabupaten ini masih terdapat masyarakat terasing, yaitu suku bangsa Gaura di desa Gaura, kecamatan Walakaka, suku bangsa Balikeda di desa Dokakaka, kecamatan Loli dan suku bangsa Lenang di desa Lenang, kecamatan Katikutana.
Perekonomian
Sn secara tradisional (renca). ebagian besar penduduk di kabupaten ini bergantung hidup pada sektor pertanian. Karena keadaan tanahnya, tanaman cokelat dan tembakau dapat tumbuh di areal seluas 110 hektar dan 2.280 hektar.
Sektor peternakan juga merupakan nafkah tambahan utama penduduk setempat. Kerbau banyak digunakan dalam pelaksanaan upacara adat, terdapat di kecamatan Kodi, Walakaka dan Katikutana. Selain itu kerbau juga digunakan untuk menggarap tanah pertania
Budaya
Di daerah ini masih bisa ditemukan daerah-daerah yang memiliki nilai historis, baik dari segi sejarah maupun sosial budayanya. Kampung Kadung Tana, Watu Karagata dan Bulu Peka Mila merupakan daerah yang terdapat makam-makam megalitik. Juga di desa Tarung yang berjarak setengah kilometer dari kota Waikabubak, terdapat makam megalitik yang bercirikan tanduk kerbau dan taring-taring babi yang pada masa lalu merupakan hewan sakral.
Di kampung Makatakeri, desa Anakalang (kini masuk wilayah Kabupaten Sumba Tengah), terdapat makam Raja Anakalang seberat 70 ton. Konon, makam itu dikerjakan oleh 2.000 orang selama tiga tahun. Di kampung Lai Tarung yang terletak di atas gunung, terletak makam nenek moyang 12 klan. Di kecamatan Lamboya dan Wanokaka sering dilaksanakan acara perang tanding di atas kuda atau pasola pada bulan Maret. Pasola adalah keterampilan menunggang kuda sambil melemparkan tombak kayu berujung tumpul yang di arahkan ke tubuh lawan. Sebelum upacara tersebut berlangsung, diadakan terlebih dahulu acara nyale, yaitu mencari sejenis cacing yang terdapat di antara batu-batu di tepi pantai. Anehnya, cacing-cacing tersebut hanya ada pada saat menjelang subuh kala purnama mulai muncul di bulan Maret. Cacing-cacing berprotein tinggi itu ditangkap untuk kemudian dimakan. Di daerah lain seperti Kodi dan Lamboya (termasuk kecamatan Walakaka) upacara pasola dan nyale biasanya diadakan pada bulan Februari. Dibagian selatan Sumba Barat terdapat Pantai Rua yang berpasir putih yang berjarak sekitar 76 km dari Waikabubak.
Pustaka
- Ensiklopedia Nasional Indonesia.
BPS Kab. Sumba Barat sumbabaratkab.bps.go.id