Haji Piobang
Haji Piobang | |
---|---|
Lahir | Hindia Belanda |
Almamater | Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir |
Pekerjaan | Ulama Militer |
Dikenal atas | Tokoh militer Padri |
Kolonel Haji Piobang adalah perwira kavaleri dari pasukan Janissary Turki dan tokoh penting dalam pembentukan pasukan Padri di Minangkabau. Haji Piobang yang lahir di Ranah Minang bersama 2 orang temannya yaitu Haji Sumanik dan Haji Miskin merantau menuntut ilmu ke Universitas Al Azhar Mesir pada sekitar akhir abad 18. Pada masa itu Turki Ottoman menghegemoni Timur Tengah termasuk Mesir. Dominasi politik Ottoman juga didukung militer yang kuat yang dikenal sebagai pasukan Janissary (Yanisari).[1]
Dalam perjalanan perantauannya akhirnya ketiga orang Minang itupun terlibat dalam pasukan Janissary Turki. Dalam suatu perang yang disebut pertempuran piramid pasukan Haji Piobang berhasil menahan laju pasukan Napoleon. Karena keberanian dan prestasinya, Haji Piobang dipercaya memimpin salah satu pasukan Janissary dengan pangkat Kolonel. Namun dalam pertempuran dengan pasukan Saudi, pasukan Kolonel Haji Piobang dikalahkan dan ia ditawan. Sebagai tawanan perang Kolonel Haji Piobang tidak dibunuh tapi dibebaskan dengan syarat Haji Piobang harus mengembangkan faham yang dianut Kerajaan Saudi Arabia yaitu faham Wahabi di Minangkabau.[2]
Gerakan Padri
Di awal abad 19, setelah merantau selama 16 tahun akhirnya ke 3 Haji itu pulang ke kampung halamannya, ranah Minang. Kepulangannya-pun disambut Tuanku Nan Renceh, seorang pimpinan ulama Minangkabau. Bersama dengan pimpinan ulama lainnya, mereka mengembangkan faham Wahabi yang telah dianutnya di Minangkabau. Gerakan mereka yang disebut gerakan Padri berkembang pesat dengan kekuatan militer yang kuat. Kolonel Haji Piobang berperan besar atas pembentukan kekuatan militer Padri itu.
Referensi
- ^ www.republika.co.id Masjid Nusretiye, Gaya Arsitektur Baroque Ottoman (4)
- ^ www.sumbarprov.go.id HAJI PIOBANG, HAJI SUMANIK DAN HAJI MISKIN