Bantarwaru, Ligung, Majalengka
Bantarwaru | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Majalengka | ||||
Kecamatan | Ligung | ||||
Kode Kemendagri | 32.10.16.2009 | ||||
Luas | 269.000 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 3.432 orang | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Bantarwaru adalah sebuah desa di kecamatan Ligung, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini berbatasan dengan Desa Ampel di Utara, Desa Ligung di Barat, Desa Sukawera di Selatan dan Desa Leuweunghapit di Timur.
Bantarwaru adalah ibu kota dan pusat perekonomian kecamatan Ligung Desa Bantarwaru terdiri atas 6 Blok yaitu Blok Jumat, Blok Sabtu, Blok Minggu, Blok Senen, Blok Munggang, dan Blok Kamis. Desa Bantarwaru memiliki 22 RT dan 5 RW.
Sejarah Desa Bantarwaru
Pada tahun 1482 di Desa Kedongdong diadakan Pesta Raja para Demang dan Kompeni Belanda yang menjadi Raja (SULTAN) di kesultanan Cirebon waktu itu bernama Kesultanan Pakungwati.
Pada waktu pesta, Raja Syeh Ngora dan Syeh Bentong menyerang Belanda dibantu oleh rakyat sekitarnya. Lokasi perang di lapangan TEGAL BERSIH sebelah barat Desa Kedongdong dan sekarang termasuk wilayah Desa Kodasari dan Susukan.
Peperangan tersebut sangat tidak seimbang antara jumlah Kompeni Belanda dengan pasukan Syeh Ngora dan Syeh Bentong sehingga Pasukan Syeh Ngora dan Syeh Bentong mengalami kekalahan.
Pada waktu Syeh Ngora lari dari kejaran pasukan Kompeni Belanda ke arah barat ada hutan belantara yang banyak sekali ditumbuhi pohon waru, beliau membuka hutan dengan menggunakan SELENDANG MAYANG CINDE bilamana selendang tersebut dilempar menjadi api mulai membuka hutan.
Tahun 1568 seluruh warga kesultanan Cirebon berduka cita berpulang ke alam baga Syeh Ngora setelah berusia 120 tahun dimakamkan di Astana Gunung Jati Cirebon di depan pangimaman Masjid Astana disebut GEDE BANTARWARU.
Setelah Ki Gede Bantarwaru wafat Pangeran Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon (paman Sunung Gunung Djati) yang merupakan murid dari Syekh Datul Kahfi atau Syekh Nur Djati, mengutus Buyut Cidum untuk meneruskan perjuangan Ki Gede Bantarwaru, karena tempat itu, dipersiapkan untuk persinggahan atau singgahnya para pejuang atau penggeden, bahkan menjadi tempat persembunyian. Para penggeden itu, tidak hanya dari Kesultanan Cirebon, tetapi juga dari kerajaan lainnya. Mengingat, jaman itu, Kerajaan Pakuan Padjajaran yang dipimpin Prabu Siliwangi (Ayah Pangeran Walangsungsang) masih berkuasa didataran pasundan.
Jejak berupa situs atau peninggalan lainnya dari orang Agung sendiri nyaris tidak bisa ditemui sekarang. Namun begitu, terdapat sisi lain yang masih disimpan oleh penggeden. Misalnya, Syekh Maulana dari Kesultanan Cirebon, yang menyimpan ilmu kanuragannya berupa keris dan batu merah delima berbentuk kemangmang (pewujudan, mungkin khodam dari banaspati) di Pinangsraya (sekarang Buyut Raya). Konon, pusaka tersebut hanya bisa diambil oleh keturunannya. Atau, cerita Syekh Masran bin Malik juga dari Cirebon, yang diutus untuk menaklukan dan mengusir bangsa lelembut dibantaran Kali Cimanuk (wilayah Buyut Kati, basuh cilik dan basuh gede). Lelembut yang tidak bersahabat dengan manusia itu, ditaklukan untuk diusir, sebagian yang manut masih tersisa sampai sekarang. Tidak heran, sampai saat ini banyak orang dari sejumlah wilayah yang berjiarah di buyut pejaratan yang ada di Bantarwaru.
Tentang Buyut Cidum, tidak ada informasi menyebutkan nama aslinya siapa. Tetapi cidum sendiri diambil dari bahasa sunda yakni ceudem, artinya mendung atau sendu. Mengingat wilayah yang dihuni Buyut Cidum (sekarang pejaratan Buyut Cidum) begitu sepi suasananya. Ternyata, pada waktu yang sama juga, dua wilayah lainnya dibuka oleh kedua adik Buyut Cidum. Yakni Buyut Arsitem dikawasan Sumber, Jatitujuh yang berbatesan dengan Indramayu, dan Buyut Depok dikawasan Sambeng dan Cigasong, Palasah.
Seiring dibukanya pemukiman baru bernama Bantarwaru, para penduduk dari luar daerah mulai masuk. Sedikitnya, terceritakan ada enam rumpun yang menjadi cikal bakal berkembang atau menjadi nenek moyang masyarakat Bantarwaru dan Ligung. Pertama berasal dari tanah Cakrabuana, Cirebon dan Cirebon Girang. Termasuk Buyut Cidum juga berasal dari tanah Cirebon. Selain itu, rumpun Galunggung yang datang dari tanah Sunda, juga banyak migran ke Bantarwaru. Selanjutnya, berdatangan dari kawasan lainnya, seperti Indramayu, Tegal, dan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, bisa dimafhumi kenapa penggunaan bahasa masyarakat Bantarwaru dan Ligung didominasi jawa. Namun sebagian penggunaan bahasanya juga mengadopsi sejumlah kosakata sunda.
Hadirnya banyak rumpun, juga menjadikan banyaknya buyut pejaratan. Sekiranya, terdapat tujuh yang semuanya berlokasi di Bantarwaru. Buyut pejaratan yang paling tua yakni Buyut Cidum. Namanya diambil dari nama tokoh yang membuka alas menjadi pemukiman itu. Kemudian Buyut Raya, nama terebut diambil dari nama Pinangsraya. Tidak nyata siapa orangnya, tetapi diceritakan orang Agung sakti yang pernah tinggal, lantas namanya dijadikan nama pejaratan. Jauh setelah itu, terdapat Buyut Panggih atau Buyut Kuru yang berada di Lunggandu, Dukuasih. Keberadaan Buyut Kuru sebagai sesepuh dikawasan tersebut. Terus, pejaratan Buyut Nurilah yang letaknya dibelakang Balai Desa Bantarwaru. Buyut Nurilah adalah seorang petapa dari Indramayu yang hingga akhir hayatnya dimakamkan ditempat tersebut. Adapun Buyut Kati, namanya diambil dari saudagar beras, bernama Katijah yang dimakamkan dilokasi tersebut. Sementara lainnya, terdapat Buyut Tekol dan Buyut Slamet. Intinya, penamaan buyut diambil dari masyarakat tokoh pada fase-fase tertentu di Bantarwaru.
Mengenai pemisahan kawasan sendiri, baru belakangan dilakukan menjadi dua wilayah. Pada masa Buyut Cidum dan sesudahnya hingga paling tidak masa kemerdekaan, dua kawasan tersebut masih menyatu. Namun begitu, muasal perbatasan Bantarwaru Ligung yakni kali mati, yang sekarang kali mati itu sudah ditutup. Namun seiring waktu, dirubah perbatasannya, yakni kali Cikeruh.
Tahun 1705 seluruh Majalengka pemerintah kolonial menetapkan Pangeran ARIA Cirebon sebagai seorang GUBERNUR untuk seluruh Jawa Barat untuk diberi wewenang oleh Bupati memungut pajak dari Rakyat untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda.
Kepala Desa
- H. Umar 1741 - 1778
- Tasem 1778 - 1819
- Umar Saleh 1820 - 1858
- Rd. Carang Pering Gandangi 1820 - 1899
- Dayat 1900 - 1937
- H. Moh. Ali 1938 - 1939
- Surya 1940 - 1943
- Soleman 1943 - 1947
- Amsor H. Rais 1948 - 1955
- Asmui / H. Basuni 1956 - 1962
- H. Ma`mun 1963 - 1979
- A. Radji 1980 - 1982
- Basari 1982 - 1982
- Abdul Karim 1983 - 1984
- M. Syaroni 1982 - 1994
- Taryadi 1994 - 2000
- Abdul Karim 2000 -2001
- M. Syaroni 2001 - 2007
- H. Narpan Supandi 2008 - 2013
Sarana dan Prasarana Desa
- Sekolah
- SDN Bantarwaru I beralamatkan di Jl. Raya Timur Blok Munggang
- SDN Bantarwaru II beralamatkan di Jl. Raya Timur Bantarwaru
- MTsN Bantarwaru beralamatkan di Jl. Raya Timur No. 541 Bantarwaru
- Madrasah Ibtidaiyah PUI beralamatkan di Jl. Raya Timur Bantarwaru
- PAUD beralamatkan di Jl. Raya Timur Bantarwaru
- PAUD dan Raudhotul Athfal Al-Anwariyah beralamatkan di Jl. Raya Barat Bantarwaru
- TK Mayang Cinde beralamatkan di Jl. Raya Timur Bantarwaru
- Masjid
-
- Masjid Jamie Nurul Huda
- Masjid Al Istiqomah
- Mushola
- Mushola At-Taqwa di Blok Jumat
- Mushola Al Barokah di Blok Jumat
- Mushola Tarbiyatul Aulad di Blok Jumat
- Mushola Al-Islah di Blok Jumat
- Mushola Al Bakir di Blok Sabtu
- Mushola Al An-Shori di Blok Sabtu
- Mushola Nurul Huda di Blok Sabtu
- Mushola Al Hidayah di Blok Sabtu
- Mushola Al Ma`ruf di Blok Minggu
- Mushola Darussalam di Blok Minggu
- Mushola Mambaul Amanah di Blok Minggu
- Mushola As Salam di Blok Minggu
- Mushola Miftahul Jannah di Blok Minggu
- Mushola Al Aqso di Blok Senin
- Mushola Al Ishak Jaruki di Blok Senin
- Mushola Al Karomah di Blok Senin
- Mushola Ar-Rohmah di Blok Senin
- Mushola Al-Ikhsan di Blok Kamis
- Mushola As-Shidiq di Blok Kamis
- Mushola Al Shodiq di Blok Kamis
- Pondok Pesantren
-
- Pondok Pesantren Darussalam beralamatkan di Jl. Raya Barat Bantarwaru
- Pasar dan Pusat Perbelanjaan
- Pasar Pagi Slamet terletak di Bantarwaru Utara menyelenggarakan pasar setiap hari Jumat s/d Rabu pukul 02.00 s/d 08.00
- Alfa Mart terletak di Bantarwaru Barat buka jam 07.00 s/d 22.00
- Pasar Malam Mini terletak di Prapatan Bantarwaru buka pada malam hari setiap hari buka jam 17.30 s/d 02.00
- Tempat Wisata
- Wisata Air Cadas Buyut Cidum
- Wisata Bendungan Air Dam
- Wisata G-Net terletak di Depan Balai Desa Bantarwaru
Peristiwa Penting
Tahun 1923 - 1925 Jalan PUK dibangun dengan batu kerikil Jalur Desa Bantarwaru, Desa Ligung, Desa Bongas dan Desa Ampel.
Tahun 1930 Pemekaran Desa Majasari
Tahun 1937 Kampung Tegal Maja diserahkan kepada Desa Bongas
Tahun 1938 Kampung Tegal Simpur diserahkan kepada Desa Buniwangi
Tahun 1982 Pemekaran Desa Sukawera beserta Kampung Cimuncang, Kampung Leuwiliang dan Kampung Dukuh Asih
Tanggal 5 - 8 Juni 2001 Tragedi Perang Antara Desa Bantarwaru dan Desa Ampel Korban luka parah dari Bantarwaru 1 orang, rumah yang ada di Bantarwaru dibakar 40 rumah lebih, dan di Ampel sekitar 28 rumah
Tanggal 8 Februari 2008 Internet Speedy sudah masuk Bantarwaru, dan sejak waktu itu banyak warnet di Desa Bantarwaru