Lompat ke isi

Gorontalo

Koordinat: 0°41′N 122°21′E / 0.683°N 122.350°E / 0.683; 122.350
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 09.42 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 30 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q5067)
Gorontalo
Motto: 
"Duluo Limo Lo Pohalaa" "Bumi Serambi Madinah"
Peta
Peta
Negara Indonesia
Tanggal16 Februari 2001 (hari jadi)
Ibu kotaKota Gorontalo
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 5
  • Kota: 1
Pemerintahan
 • GubernurRusli Habibie[1]
Luas
 • Total12,215,44 km2 (4,716 sq mi)
Populasi
 • Total1.038.585
 • Kepadatan85,000/km2 (220,000/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam (97.81%), Protestan (1.59%), Hindu (0.35%), Katolik (0.07%), Buddha (0.09%)[2]
 • BahasaBahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa, Bahasa Atinggola, Bahasa Indonesia
Kode Kemendagri75 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS75 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 652.284.261.000.-
Lagu daerahHulonthalo Lipuu
Situs webwww.gorontaloprov.go.id

Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000.

Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2010), dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa/km². Penjabat Gubernur Gorontalo yang pertama adalah Drs. Tursandi Alwi yang dilantik pada peresmian Provinsi Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2001. Tanggal ini selanjutnya, sekalipun masih kontroversial, diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Provinsi Gorontalo hingga sekarang (2011).

Sampai dengan September 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabuapten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), 1 kota (Kota Gorontalo), 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan. Data ini terus mengalami perubahan seiring dengan adanya proses pemekaran kabupaten/ kota, kecamatan, desa, atau kelurahan yang ada di Provinsi Gorontalo hingga sekarang.

Letak Geografis

Provinsi Gorontalo terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0,19’ – 1,15‘ LU dan 121,23’ –123,43’ BT. Letaknya sangatlah strategis, karena diapit oleh dua perairan (Teluk Tomini di selatan dan Laut Sulawesi di utara).

Batas Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo[3], batas wilayah Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut:

Pemerintahan

Kantor Gubernur Gorontalo (2011).

Kabupaten dan Kota

Provinsi Gorontalo pada awal berdirinya hanya terdiri dari 2 kabupaten dan 1 kota. Namun, setelah adanya pemekaran, Provinsi Gorontalo kini terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota, yaitu sebagai berikut.

Kabupaten/Kota Ibu Kota Dasar Hukum Luas (km2) Persentase
Kabupaten Boalemo[4] Tilamuta UU No.50 Tahun 1999 2.567,36 21,02%
Kabupaten Bone Bolango[5] Suwawa UU No.6 Tahun 2003 1.984,40 16,24%
Kabupaten Gorontalo[4] Limboto UU No.29 Tahun 1959 2.124,60 17,39%
Kabupaten Gorontalo Utara[5] Kwandang UU No.11 Tahun 2007 1.230,07 10,07%
Kabupaten Pohuwato[6] Marisa UU No.6 Tahun 2003 4.244,31 34,75%
Kota Gorontalo[4] - UU No.38 Tahun 2000 64,79 0,53%

Wilayah administrasi Provinsi Gorontalo terdiri atas 75 kecamatan dan 637 desa/kelurahan yang tersebar di semua kabupaten/kota sebagai berikut.

Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan
Kabupaten Boalemo 7 84
Kabupaten Bone Bolango 17 156
Kabupaten Gorontalo 18 205
Kabupaten Gorontalo Utara 11 60
Kabupaten Pohuwato 13 82
Kota Gorontalo 9 50
Total: Provinsi Gorontalo 75 637

Daftar Gubernur

Berikut adalah daftar Gubernur Gorontalo secara definitif sejak tahun 2001 pasca pemekaran Provinsi Gorontalo dari Provinsi Sulawesi Utara.

Gubernur Gorontalo
Nomor urut Gubernur Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1 Fadel Muhammad
(lahir 1952)
Golkar 12 September 2001 17 Januari 2007 5 tahun, 127 hari I
(2001)
Gusnar Ismail [ket. 1]
[7]
17 Januari 2007 21 Oktober 2009 2 tahun, 277 hari II
(2007)
2   Gusnar Ismail
(lahir 1959)
Demokrat 26 Oktober 2009 16 Januari 2012 2 tahun, 82 hari Tonny Uloli
(2010—2012)
[ket. 2]
3 Rusli Habibie
(lahir 1963)
Golkar 16 Januari 2012 16 Januari 2017 5 tahun, 0 hari III
(2012)
Idris Rahim
(2012—2022)
12 Mei 2017 12 Mei 2022 5 tahun, 0 hari IV
(2017)

Arti Lambang Daerah[8]

Arti Simbol

  • Model pohon kelapa yang melengkung: gerak dinamis dan tidak diam, tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
  • Sayap maleo yang mengembang: dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing serta berjumlah 16 helai menandakan tanggal kelahiran Provinsi Gorontalo (16 Februari 2000).
  • Buku yang terbuka: keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus.
  • Bintang: cita-cita yang tinggi dan lambang keagamaan.
  • Pita: keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam, dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Padi dan Kapas: kemakmuran dan kesejahteraan (seperti pada Pancasila).
  • Rantai: pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika serta berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari.
  • Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun 1942.

Arti Warna

  • Biru keunguan: tenang, setia, dan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.
  • Hijau: Ceria.
  • Kuning: keagungan dan kemuliaan.
  • Putih: kesucian dan keluhuran.
  • Merah: keberanian dan perjuangan.

Bahasa daerah

Sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa, dan Bahasa Atinggola. Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh di Gorontalo.

Media

Media cetak

Hingga saat ini ada 2 buah harian/surat kabar yang terbit di Gorontalo, yaitu Gorontalo Post dan Tribun Gorontalo. Beberapa waktu lalu sempat juga terbit Limboto Express, media milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang kemudian sudah tidak terbit lagi. Selain itu juga pernah terbit Koran Gorontalo yang juga tidak berumur panjang.

Rumah adat

  • Bandayo Po Boide
  • Dulohupa

Senjata tradisional

Sejarah

Gorontalo seperti daerah lainnya di Indonesia pernah lama dijajah oleh Belanda akan tetapi lebih dahulu merdeka ketimbang Indonesia. Gorontalo merdeka pada tahun 1942 ketika penjajah Belanda digantikan oleh Jepang. Pada tanggal 23 Januari 1942 itulah Gorontalo merdeka dengan perjuangan rakyat bersama tokoh pejuang heroiknya, yaitu Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo.[butuh rujukan]

Pra-Kolonial[9]

Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang.
Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :

  • Pohala'a Gorontalo
  • Pohala'a Limboto
  • Pohala'a Suwawa
  • Pohala'a Boalemo
  • Pohala'a Atinggola

Pohala'a Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.

Zaman Kolonial[9]

Raja Gorontalo, assistent-resident dan kepala adat (foto oleh Hendrik Veen, 1874)

Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu

  • Onder Afdeling Kwandang
  • Onder Afdeling Boalemo
  • Onder Afdeling Gorontalo

Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :

  • Distrik Kwandang
  • Distrik Limboto
  • Distrik Bone
  • Distrik Gorontalo
  • Distrik Boalemo

Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :

  • Afdeling Gorontalo
  • Afdeling Boalemo
  • Afdeling Buol

Pasca-Kolonial[9]

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.

Referensi

  1. ^ "Rusli Habibie-Idris Rahim Resmi Gubernur dan Wagub Gorontalo". Kompas. 2012-1-16. Diakses tanggal 2012-1-16. 
  2. ^ [Sensus Penduduk 2010 http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=7500000000]
  3. ^ UU No.28 Tahun 2000
  4. ^ a b c Kabupaten Induk
  5. ^ a b Pemekaran Kabupaten Gorontalo
  6. ^ Pemekaran Kabupaten Boalemo
  7. ^ Hari (Februari 2008). "Wawancara Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad: Ide Brilian Yayasan Damandiri" (PDF). Gemari. Gorontalo: Gemari. Diakses tanggal 8 Maret 2016. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Lambang Provinsi Gorontalo
  9. ^ a b c Sejarah Gorontalo

Pranala luar

0°41′N 122°21′E / 0.683°N 122.350°E / 0.683; 122.350
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "ket.", tapi tidak ditemukan tag <references group="ket."/> yang berkaitan