Bedah plastik
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Berasal dari kata bahasa Yunani platikos yang berarti "membentuk", asal kata bedah jenis ini sebenarnya tidak diturunkan bahan plastik. Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis: pembedahan untuk rekonstruksi dan pembedahan untuk kosmetik. Saat ini terdapat 7 peminatan klinis di bidang bedah plastik, Yakni : Bedah Kraniofasial, Bedah Mikro, Bedah Tangan, Luka Bakar, Rekonstruksi Pascaablasi Tumor, Bedah Genitalia Eksterna dan Bedah Estetika.
Bedah Plastik di Indonesia dirintis oleh Prof. Moenadjat Wiratmadja. Setelah lulus sebagai spesialis bedah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1958, beliau melanjutkan pendidikan bedah plastik di Washington University / Barnes Hospital di Amerika Serikat hingga tahun 1959. Sepulang dari luar negeri, beliau mulai mengkhususkan diri dalam memberikan pelayanan pada umum dan pendidikan bedah plastik pada mahasiswa dan asisten bedah di FKUI/RSCM. Pada tahun 1979 beliau dikukuhkan sebagai profesor dalam ilmu kedokteran di FKUI. Profesor Moenadjat Wiratmadja wafat pada tahun 1980.
Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) adalah perintis yang membangun dan mengembangkan Bedah Plastik ini di Surabaya dan Indonesia. Pada sekitar tahun 1970 bedah plastik di Surabaya masih belum begitu dikenal dengan baik dan belum jelas bidang pelayanannya. Pendidikan spesialis pun pada waktu itu hanya magang, tak ada katalog program studi dan tak ada ujian semester. Trend untuk subspesialisme waktu itu sudah ada, misalnya dr. Liem Bing Hwie ke Bedah Thorax, dr. Suwiji ke Bedah Digestif, dr. P. Zaini ke Urologi dan dr. Julianto Budhi ke Orthopedi. Tetapi belum ada yang mengarah ke Bedah Plastik oleh karena itulah Bedah Plastik relatif tak dikenal. Lalu belakangan ada kesan kalau dr. Hidayat Hamami berminat di Bedah Plastik dan dr. Sukarja yang ambil Onkologi waktu itu juga menaruh minat di Bedah Plastik. Tetapi sebatas kesan karena tidak ditekuni secara berkelanjutan. Sebagai gambaran, aktifitas waktu itu kalau ada kasus sumbing kami saling lempar siapa yang akan mengoperasinya karena masih buta, tidak ada petunjuk yang jelas bagaimana teknik operasinya. Operasi palatum angka kematiannya amat tinggi sekitar 50%. Skin graft dikenal hanya Thiersch (sejenis Thin Split Thickness) tetapi kenyataannya bisa jadi thin, intermediate atau thick split thickness, karena alatnya hanya pakai pisau besar seperti pisau dapur. Dan angka ‘take’nya amat rendah. Luka bakar terbengkalai, tidak terkelola dengan baik, tidak ada protokol dan pasien bisa tidur diatas tikar.
Tahun 1975 Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) berangkat ke Groningen Belanda belajar di Prof. Huffstadt. Disamping belajar di Groningen beliau juga mengikuti beberapa kursus microsurgery, kongres dan kursus internasional di Glasgow Scotland. Setelah Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) kembali mulailah merintis dan mengembangkan Bedah Plastik di Surabaya baik untuk dikenal dalam dunia pendidikan di Surabaya maupun kepada masyarakat awam lewat media dengan operasi-operasi kosmetik dan operasi ubah kelamin.
Kemudian dr. M. Taufiek berangkat ke Perancis untuk belajar Bedah Plastik. Setelah kembali langsung memperkuat Bedah Plastik. Setelah itu dr. Sjaifuddin Noer bergabung dalam staf kami, dr. M. Taufiek karena sakit akhirnya meninggal dunia bulan September tahun 1994. Sekitar Juni tahun 1997 yang lalu dr. David S Perdanakusuma setelah selesai pendidikannya di Jakarta bergabung. Di tahun 1998 FK Unair Surabaya disahkan sebagai institusi pendidikan dokter spesialis bedah plastik oleh DIKTI. Tahun 2002 masuk dr. Iswinarno Doso Saputro sebagai staf, tahun 2005 dr. Agus Santoso Budi, tahun 2006 dr. Sitti Rizaliyana dan dr. Magda R Hutagalung, tahun 2007 dr. Lobredia Zarasade.
Pada waktu seksi-seksi di Bagian Bedah terbentuk pada dekade 1980-an, maka Bedah Plastikpun merupakan salah satu seksinya, disamping Orthopedi dengan pimpinan dr. Sukarna (nantinya jadi Prof), Urologi oleh dr. Widjoseno (nantinya jadi Prof.) sebagai cikal bakal spesialisme baru di Indonesia yang ada di Surabaya. Seksi-seksi lainya adalah bagian dari Bedah Umum.
Tahun 1980 dibentuk PERAPI (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia) dengan dr. Sidik Setiamihardja, SpBP sebagai ketua selama 2 periode sampai tahun 1986. Dibuat katalog program studi yang memuat kurikulum pendidikan. Ketua berikutnya sesudah itu adalah Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) dalam 4 periode 1986 - 1998.
Pada tahun 1990 Program Studi Bedah Plastik disahkan Dirjen Dikti dan mulailah pendidikan spesialis dengan hanya satu tempat pendidikan di Jakarta, dan PERAPI diakui sebagai organisasi Spesialis oleh IDI dalam kongresnya di Yogyakarta, berdampingan dengan organisasi spesialis kedokteran lainnya. Sentrum pendidikan Bedah Plastik kedua di Indonesia adalah Surabaya baru disahkan pada tahun 1998. Cukup membahagiakan bahwa hal itu semua terjadi waktu PERAPI berada dalam periode pimpinan Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K).
Di bidang akademik Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) menjadi Doktor tahun 1987 dengan promotor Prof. Basoeki Wirjowidjojo, dr dan Prof. Huffstadt dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Unair tahun 1997.
Dr. David S Perdanakusuma menjadi Doktor tahun 2003 dengan promotor Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) dan Prof. Purnomo Surjohudojo, dr. Pada bulan Desember 2007 Prof. M. Sjaifuddin Noer dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Airlangga, selanjutnya pada bulan Mei 2009 Prof. David S Perdanakusuma, dr., SpBP(K) dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Airlangga. Saat ini dua orang staf dr. Iswinarno DS, SpBP(K) dan dr. Sitti Rizaliyana, SpBP(K) sedang menempuh program Doktor di Pasca Sarjana Universitas Airlangga
Sekalipun Ilmu Bedah Plastik sudah sebagai suatu spesialisme, tetapi untuk bisa benar-benar ‘independen’ sebagai layaknya suatu spesialisme, banyak halangannya. Sebenarnya menjadi independen bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, seperti yang dikira oleh banyak orang. Independen artinya membuat keputusan sendiri. Kebutuhan dengan orang lain adalah mutlak dan diatur dengan ‘kerja sama’ yang artinya tidak harus jadi anggotanya atau jadi keluarganya.
Pada tahun 2002, Bedah Plastik, Orthopedi, Urologi dan Bedah Saraf di Surabaya bisa jadi Bagian/Departemen sendiri yang independen di luar dari asuhan Bagian/Departemen Bedah Umum. Ini akan menambah mudahnya laju pengembangan suatu spesialisme. Sampai saat ini kondisi yang serupa belum terbentuk di institusi pendidikan lain.
Bulan Oktober 2001 lulusan pertama dr. Djohan Wirawan (saat ini bertugas di Balikpapan) dan April 2002 kami meluluskan rombongan Spesialis Bedah Plastik kami sebayak 3 orang yaitu: dr. M. Jailani (kembali bertugas di Universitas Syah Kuala, NAD dan juga diperbantukan di Medan), dr. Iswinarno Doso Saputro (diangkat menjadi staf Departemen / SMF Ilmu Bedah Plastik FK Unair / RSU Dr. Soetomo Surabaya), selanjutnya dr. Ramli Dali (bertugas di Manado). Kemudian semester demi semester berikutnya mengalir terus lulusan baru. April 2004 dr. Irra Rubianti Widarda (kembali bertugas di Bedah Plastik FK.Unpad/RSU Hasan Sadikin Bandung) dan dr. Tjandra Purnawan (bertugas di Surabaya). Nopember 2004 dr. Herman Yosef Limphat Wihastyoko (bertugas di Bedah Plastik FK.Unibraw/RSUD Dr. Sjaiful Anwar Malang). April 2005 dr. Sananto (bertugas di RS Haji Surabaya). Pada bulan September 2005, ada tiga orang lulusan dimana pada mereka inilah pertama kalinya dilakukan Ujian Board Nasional yakni dr. Fonny Josh (bertugas kembali ke Unhas Makassar), dr. Dharma PTR Maluegha (bertugas Sampai bulan Januari 2012 ini program studi bedah plastik FK Unair telah meluluskan sejumlah 29 orang.
Sampai dengan tahun 2012, jumlah staf pengajar dan pendidik klinis di Departemen Bedah Plastik FK Unair terdapat 8 staf pengajar, yakni :
- Prof. M. Sjaifuddin Noer, dr., SpBP(K) - Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP(K) - Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) - Iswinarno Doso Saputro, dr., SpBP(K) - Agus Santoso Budi, dr., SpBP(K) - Sitti Rizaliyana, dr., SpBP(K) - Lobredia Zarasade, dr., SpBP(KKF) - Magda Rosalina Hutagalung, dr., SpBP(KKF)
Berdasarkan hasil kongres luar biasa Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia pada tanggal 18 Desember 2012 nama Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia berganti nama menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik. Hal ini untuk memperjelas bidang yang selama ini digarap dan ditekuni. Nama kolegium dan program studi menyesuaikan dengan nama baru menjadi Kolegium Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia serta Program Studi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik.