Lompat ke isi

Ficus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ficus (genus)
Pohon ara sycamore, Ficus sycomorus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Tribus:
Ficeae[1]

Genus:
Ficus

Spesies

Sekitar 800

Ficus (/ˈfɪkʊs/[2]) adalah genus tumbuhan tropis yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850 spesies yang dapat berupa pohon kayu, semak, tunggul dan tumbuhan menjalar dalam familia Moraceae. Secara umum dikenal sebagai pohon ara (bahasa Inggris: fig trees atau figs). Pohon ara yang umum (Common Fig; F. carica) adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut Tengah (dari Afganistan sampai Portugal), dan dibiakkan sejak jaman purba karena buahnya, yang dikenal sebagai buah ara (figs). Buah yang dihasilkan kebanyakan spesies dapat dimakan, meskipun hanya mempunyai nilai ekonomi lokal. Namun, merupakan sumber makanan penting bagi hewan liar. Pohon-pohon ara juga berperan penting dalam kebudayaan karena menjadi obyek sembahan, misalnya pohon beringin (F. benjamina) atau pohon Bodhi (F. religiosa), dan juga banyak kegunaan praktis.

Deskripsi

Akar-akar gantung yang kemudian juga memberi menunjang secara struktural
Pohon ara umum Ficus carica (Common fig)

Pohon ara (Ficus) kebanyakan hijau sepanjang tahun dan dapat tumbuh di berbagai daerah ekologi, sebagian merupakan spesies deciduous yang tumbuh di daerah di luar wilayah tropis dan di dataran tinggi.[3] Spesies ara dikenali dari perbungaan (inflorescence) yang unik dan "sindrom penyerbukan" (en:pollination syndrome yang khas, dengan menggunakan spesies tawon (wasp) dari familia Agaonidae family untuk penyerbukan (pollination).

Ekologi dan kegunaan

Buah-buah Ficus exasperata

Buah ara merupakan sumber makanan penting bagi sejumlah frugivora termasuk kelelawar buah (Megabat; fruit bats), kera capuchin, langur (Colobinae) dan mangabey. Dengan demikian pohon-pohon ara merupakan spesies kunci (keystone species) di banyak ekosistem hutan tropis (rainforest). Terlebih lagi sangat penting untuk sejumlah unggas, seperti megalaimidae (Asian barbets), merpati, rangkong, Cyclopsittacini (fig-parrots) dan kutilang yang hanya hidup dari buah ara pada musim buahnya. Banyak ulat dari jenis Lepidoptera makan daun-daun ara, misalnya beberapa spesies Euploea (Crow butterflies), Danaus chrysippus (Plain Tiger), Papilio cresphontes (kupu-kupu Giant Swallowtail), Badamia exclamationis (kupu-kupu Brown Awl), dan Chrysodeixis eriosoma, Choreutidae serta Copromorphidae.

Daun-daun pohon ara keramat F. religiosa (Sacred Fig)

Daun-daun ara sering lunak dan getahnya digunakan untuk beberapa hal, termasuk membuat tempat penyimpanan mummi di Mesir kuno.

Selembar Huexotzinco Codex dari Mexico, dicat pada sebuah āmatl

Di Indonesia, beberapa macam genus Ficus juga dipergunakan dan masuk ke dalam budaya Indonesia. Mislanya, beringin (Ficus benjamina) -dikarenakan akar gantungnya yang menjuntai dari batang-, disangka ia merupakan tempa hantu duduk-duduk di sana. Tabat barito (Ficus deltoidea) diseduh seperti teh oleh masyarakat Gayo untuk afrodisiak. Begitu juga oleh masyarakat Sunda yang mempergunakan tumbuhan ini sebagai obat.[4] Uyah-uyahan (Ficus quercifolia) juga direbus dan air rebusannya diminum untuk mengobati kencing batu dan oleh masyarakat Bali Aga, tumbuhan ini dibalur bersamaan dengan garam untuk mengobati penyakit kulit. Ia juga dipakai untuk mengobati penyakit kembung.[5] Untuk mengobati teriris benda tajam, getah ara (Ficus fistulosa) dioles pada luka hingga kering 1-2 kali sehari. Sedangkan, di Sumba ara ditumbuk dan direbus untuk mengobati cacingan.[6] Awar-awar (Ficus septica) digunakan pula oleh di Sumba untuk ibu yang baru saja melahirkan dan sayangnya, oleh masyarakat Tolaki ini digunakan untuk aborsi.[7]

Makna penting budaya dan agamawi

Pohon-pohon ara sangat mepengaruhi kebudayaan melalui beberapa tradisi keagamaan. Antara lain yang sangat terkenal adalah "Pohon Bodhi" (Pipal, Bodhi, Bo, atau Po), yang merupakan spesies Ficus religiosa, atau pun pohon "banyan" dari spesies Ficus benghalensis. Tumbuhan hidup tertua yang diketahui jelas tarikh penanamannya adalah sebuah pohon ara Ficus religiosa yang dikenal sebagai Sri Maha Bodhi, ditanam di sebuah kuil di Anuradhapura, Sri Lanka oleh raja Tissa pada tahun 288 SM.

Hindu/Buddha

Di Asia Timur, pohon ara dianggap penting dalam Buddhisme, Hinduisme, dan Jainisme. Menurut tradisi, Buddha dikatakan mendapatkan bodhi (pencerahan) ketika bermeditasi di bawah Pohon Bodhi (F. religiosa).[8] Spesies yang sama disebut sebagai Ashvattha, yaitu "pohon dunia" dalam Hinduisme. Plaksa Pra-sravana disebut sebagai pohon ara yang akar-akarnya menjadi sumber Sungai Saraswati; pohon ini sering dianggap sebagai F. religiosa walaupun mungkin lebih tepat sebagai F. infectoria.

Yahudi/Kristen

Pohon ara merupakan pohon ketiga yang disebutkan di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, setelah "pohon kehidupan" dan "pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat".[9] Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara dan membuat cawat untuk menutupi tubuh mereka setelah mereka tahu, bahwa mereka telanjang.[10][8]

Buah ara juga termasuk daftar makanan yang ditemukan dalam Tanah Perjanjian menurut Taurat (Ulangan 8). Yesus Kristus mengutuk sebuah pohon ara karena tidak menghasilkan buah (Markus 11:12–14).

Islam

Pohon ara umum adalah salah satu dari dua pohon keramat dalam Islam, dan salah satu surah dalam Quran diberi nama Surah At-Tin (سوره تین) yang bermakna "pohon ara" karena diawali dengan sumpah Allah "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun" (QS. 95:1). Buah ara juga disebutkan dalam hadits sebagai buah yang menurut Nabi Muhammad turun dari surga serta dapat mengobati wasir dan encok.[8][11]

Kebudayaan lain

Pohon ara dikeramatkan dalam budaya Siprus kuno di mana dijadikan lambang kesuburan.

Sistem reproduksi buah ara

Buah (syconium) dari pohon ara umum (Common Fig)

Banyak spesies ara ditanam untuk buahnya, meskipun hanya Ficus carica yang dibudidayakan secara luas untuk tujuan ini. Buah ara, penting untuk makanan dan obat tradisional, mengandung bahasa laksatif, flavonoid, gula, vitamin A dan C, asam-asam dan enzim-enzim. Namun, buah ara juga dapat menyebabkan alergi kulit, dan getahnya dapat menimbulkan iritasi mata yang serius. Buah ara digolongkan "buah palsu" (en:false fruit) atau "buah majemuk" (en:multiple fruit), di mana bunga dan biji tumbuh bersama membentuk satu massa tunggal. Genus Dorstenia, yang termasuk ke dalam familia Moraceae yang sama dengan pohon ara, mempunyai struktur bunga-bunga kecil yang tertata dalam suatu receptacle tetapi receptacle ini lebih kurang rata dan terbuka permukaannya. Pengembangbiakan ara dapat dilakukan dengan biji, pemotongan, pelapisan udara (air-layering) atau pencangkokan (grafting). Namun, sebagaimana tanaman lain yang tumbuh dari biji, pohon ara tidak selalu menghasilkan sama dengan induknya dan hanya dibiakkan dengan cara menanam biji untuk mendapatkan jenis-jenis lain (breeding).

Irisan buah yang matang, dengan ostiole

Tergantung dari spesiesnya, setiap buah ara dapat mengandung sampai beberapa ratus bahkan beberapa ribu biji.[12]

Buah ara, segar
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi310 kJ (74 kcal)
19 g
Gula16 g
Serat pangan3 g
0.3 g
0.8 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central
Buah ara, dikeringkan
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi1.041 kJ (249 kcal)
64 g
Gula48 g
Serat pangan10 g
1 g
3 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Semua pohon ara asli di benua Amerika bersifat hermafrodit, sebagaimana spesies Indian Banyan (F. benghalensis), Weeping Fig (F. benjamina), Indian Rubber Plant (F. elastica), Fiddle-leaved Fig (F. lyrata), Moreton Bay Fig (F. macrophylla), Chinese Banyan (F. microcarpa), Sacred Fig (F. religiosa) and Sycamore Fig (F. sycomorus).[13]

Sejumlah spesies

Daftar pohon ara terkenal

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Ficus L". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. 2009-01-16. Diakses tanggal 2009-03-11. 
  2. ^ Sunset Western Garden Book, 1995:606–607
  3. ^ Halevy, Abraham H. (1989), Handbook of Flowering Volume 6 of CRC Handbook of Flowering, CRC Press, hlm. 331, ISBN 978-0-8493-3916-5, diakses tanggal 2009-08-25 
  4. ^ Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. hal.62 & 208. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.
  5. ^ Hidayat, Symasul. "ibid". hal.36-37 & 223.
  6. ^ Hidayat, Syamsul. "ibid". hal.181 & 225.
  7. ^ Hidayat, Syamsul. "ibid". hal. 198 & 260.
  8. ^ a b c Roberts, E.B. (2012). The Parables of Jesus Christ: A Brief Analysis. Bloomington, IN: Booktango. 
  9. ^ Kejadian 2:9
  10. ^ Kejadian 3:7
  11. ^ M. Rusli Tsauri (2011). Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat Penyakit Pada Anak Di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura (Skripsi). Malang: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 
  12. ^ "Figs4fun.com" (PDF). Diakses tanggal 2012-01-05. 
  13. ^ Berg & Corner (2005)
  14. ^ Brazil. Described by Carauta & Diaz (2002): pp.38–39
  15. ^ Brazil, Paraguay and Argentina: Carauta & Diaz (2002): pp.64–66
  16. ^ Brazil: Carauta & Diaz (2002): pp.67–69
  17. ^ "Changitrees". Habitatnews.nus.edu.sg. 2002-09-12. Diakses tanggal 2012-01-05. 
  18. ^ Wu et al., 2003, Flora of China

Pustaka tambahan

Pranala luar

Video