Lompat ke isi

Makhluk gaib

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Oktober 2013 14.50 oleh Ibensis (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{under construction}} '''Makhluk ghaib''', yang disebut juga Makhluk halus, Makhluk yang tak kasat mata, atau Makhluk astral adalah istilah yang digunakan untuk menye...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Makhluk ghaib, yang disebut juga Makhluk halus, Makhluk yang tak kasat mata, atau Makhluk astral adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indera Manusia. Kata makhluk berasal dari kata bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan" dan "Ghaib" yang artinya "tidak tampak". Sehingga ghaib disini maksudnya adalah apabila dilihat dari sudut pandang (indera) Manusia terhadap makhluk-makhluk tersebut.[1]

Agama Islam

Di dalam akidah Islam istilah ghaib mencakup banyak hal seperti kematian, rejeki, jodoh, ruh manusia, hari kiamat, Surga, dll. Beriman kepada yang ghaib adalah salah satu ciri muslim yang bertakwa.[2] Termasuk kedalam hal ghaib adalah makhluk (ciptaan) yang tidak dapat dijangkau indera manusia seperti dari bangsa Malaikat dan Jin.[3]

Di dalam keyakinan Islam dinyatakan keberadaan makhluk-makhluk ghaib tersebut, bahkan sebelum manusia pertama diciptakan, makhluk ghaib dari kalangan jin telah terlebih dahulu menghuni bumi, namun karena perbuatannya yang merusak, sebagian besar dari kalangan Jin dihancurkan oleh Malaikat bersama Iblis (yg sebenarnya juga dari golongan Jin (lihat Alkahfi 50)). Kemudian Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi, yang dikemudian waktu Manusia dan Jin hidup berdampingan di bumi bersama hewan, tumbuhan, dan benda.

Karakteristik makhluk ghaib

Kharateristik makhluk ghaib dan perbandingannya dengan manusia, diantaranya:

  • Malaikat diciptakan sebelum Jin, dan Jin diciptakan sebelum Manusia.[4]
  • Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin dari Api, dan manusia dari tanah, ketiganya memiliki jasad (jasmani).
  • Malaikat, Jin, dan Manusia sama-sama berakal, memiliki tingkatan, kedudukan, ilmu dan amalan yang berbeda-beda dan bertingkat-tingkat.
  • Malaikat tidak memiki syahwat, tidak berjenis kelamin, tidak makan, sedangkan Jin dan Manusia sama-sama memiliki syahwat, berjenis kelamin, makan dan minum, berkeluarga, bereproduksi, bekerja dan istirahat, dll.[5]
  • Jin seperti Manusia merasakan sakit, takut, kuat, lemah, lahir dan mati.
  • Malaikat memiliki kekuatan fisik dan kecepatan yang jauh lebih kuat dari pada Jin, sedangkan Jin lebih kuat daripada manusia. Jin mampu terbang hanya sebatas langit dunia sementara Malaikat sampai ke Surga. Mampu mengerjakan sesuatu yang dianggap besar oleh manusia dalam waktu singkat, kurang dari semalam atau sekejap mata misalnya membangun bangunan atau pola raksasa di ladang).[6]
  • Para Malaikat lebih utama dari para jin baik dari sisi penciptaan, bentuk, perbuatan maupun keadaan.
  • Populasi Malaikat memiliki jumlah yang sangat banyak melebihi jumlah Jin, Manusia dan Hewan.
  • Malaikat diciptakan dengan tabiat selalu taat dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah dan disifati dengan sifat-sifat yang terpuji[7]. Sedangkan Jin dan Manusia diberikan pilihan dan kehendak (free will) untuk taat atau ingkar. Jin sebagaimana Manusia diperintakan untuk menjalankan syariat Agama mengikuti nabi yang diutus[8], sehingga didapati ada Jin yang muslim, kafir juga atheis, ada yang baik dan ada yang jahat.
  • Komunitas Jin serupa dengan Manusia, memiliki bahasa dan negara masing-masing, memiliki Raja dan bawahan, memiliki teknologi dan bangunan-bangunan.
  • Para Malaikat tinggal di langit, sementara Jin dan Manusia di bumi[9].
  • Malaikat, Jin dan Manusia akan mati, Malaikat peniup Sangkakala adalah yang paling akhir mati dihari kiamat, dan juga yang pertama kali dibangkitkan dari kematiannya untuk meniup kembali sangsakala pada tiupan kebangkitan bagi makhluk yang lain. Bagi Jin dan Manusia akan dihitung (hisab) amal perbuatannya dikala hidup di dunia, yang beriman masuk syurga yang ingkar ke neraka.
  • Malaikat, Jin dan Manusia tidak mengetahui perkara ghaib (Seperti ajalnya, hari kiamat, dll, lihat hadits Jibril.
  • Para Nabi dan Rasul seluruhnya dari bangsa Manusia, bukan dari kalangan Jin dan Malaikat.

Interaksi makhluk ghaib dengan Manusia

  • Para malaikat bertugas mengurusi urusan Manusia, Jin, hewan dan apa saja yang diperintahkan padanya.
  • Setiap Manusia memiliki Qarin, yaitu pendamping dari kalangan Jin dan Malaikat.
  • Malaikat mampu melihat Jin disetiap waktu, sedangkan Jin tidak dapat melihat mereka kecuali Malaikat tersebut berubah menjadi bentuk lain (shapesifhting) yang dapat dijangkau oleh indera Jin.[10] Sedangkan Manusia tidak dapat melihat Malaikat dan Jin dalam bentuk asli mereka[11] kecuali mereka berubah menjadi bentuk yang dapat dijangkau Indera manusia[12], seperti berubah menjadi Hewan, suara, cahaya, api, Pocong, Benda terbang tak dikenal, bahkan meniru rupa manusia (doppleganger) yang sudah meninggal atau masih hidup. Keledai dan Anjing mampu melihat bentuk asli Jin di malam hari.
  • Jin mampu menzalimi, mencuri harta, membalas dendam, menculik, dan membunuh manusia[13], sebagaimana manusia juga bisa menyakiti dan membunuh Jin. Jin menjadi lebih lemah (vulnerable) ketika menampakkan diri sehingga manusia dapat melihatnya, yang berarti juga dapat memukulnya, bahkan membunuhnya.

Kesalah-pahaman

Di dalam aqidah Islam tidak dikenal adanya roh gentayangan maupun indera keenam. Diyakini bahwa setelah perginya para pelayat, mayit didalam kuburnya akan ditanyai Tiga pertanyaan Kubur oleh malaikat, manusia yang jahat mengalami siksa kubur, sedangkan yang baik mengalami nikmat kubur. Roh orang yang telah meninggal tetap berada didalam kuburnya menanti datangnya hari kebangkitan. Hal ini kadangkala dimanfaatkan oleh Jin untuk meniru wujud si mayit untuk mengambil keuntungan ataupun sekedar mempermainkan manusia. Begitu pula tentang Indera keenam, bahwasanya Jin tidak dapat dilihat manusia kecuali Jin tersebut sendiri yang menampakkan dirinya. Hanya saja Jin melihat dan memilih orang-orang tertentu untuk dia tampaki. Tujuannya supaya manusia mengira dia mampu melihat hal ghaib dan mulai menyatakan kepada khalayak bahwa dia mampu mengetahui hal ghaib. Pada akhirnya Jin akan berkomunikasi dengan manusia tersebut dan menipunya, mengaku sebagai orang yang telah mati, atau membantu manusia tersebut mencari harta, atau bahkan mengajak kepada perdukunan dan kesyirikan (seperti berkurban binatang untuk selain Allah sebagai syarat terpenuhi hajatnya), dll.

Lihat pula

  • Ruqyah, eksorsisme dalam Islam.

Catatan kaki

  1. ^ Karena Jin tidak dapat melihat Malaikat, sehingga Malaikat adalah makhluk ghaib bagi bangsa Jin.
  2. ^ "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..." QS. Al-Baqarah: 2
  3. ^ Seluruh Jin dan derivasinya dengan berbagai nama dan jenis yang disematkan kepada mereka diseluruh dunia, misalnya: Hantu, Alien, Makhluk legenda, Monster, Peri, Kurcaci, atau Penunggu hutan. Iblis termasuk ke dalam golongan Jin, sedangkan Setan (syaithan) adalah kata sifat yang mencakup golongan Jin dan manusia yang jahat
  4. ^ Al-Hijr: 26-27
  5. ^ Al-Maidah: 90
  6. ^ Disebutkan dalam Al-Qur-an tentang Jin yang mampu membawa singgasana ratu Saba di Yaman kepada Kerajaan Nabi Sulaiman di Syam (kini Suriah, Palestina, Yordan dan Libanon) dalam sekejab: “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ....” (QS. An Naml: 39-40). Juga pada ayat “...Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).” (QS. Saba’: 13).
  7. ^ Qs. At-Tahrim: 6
  8. ^ QS. Adz-Dzariyat: 56
  9. ^ Pada malam itu para malaikat dan malaikat jibril turun dengan ijin Rabb mereka,..." (QS. Al-Qadr: 4)
  10. ^ Malaikat merupakan hal ghaib bagi jin sehingga Jin diperintahkan untuk beriman kepada malaikat
  11. ^ QS. Al-Araf: 27
  12. ^ Seperti Malaikat yang berubah wujud menjadi sosok manusia yang bertamu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Luth, dan Maryam, juga saat datangnya Nabi Jibril pada hadits Jibril
  13. ^ Misalnya dengan santet (memasukan benda berbahaya kedalam tubuh manusia), merasuki (kesurupan) atau sihir

Rujukan

Daftar pustaka
  • Hukum Berinteraksi Dengan Jin; Muhammad bin Abdillah Al-Imam, (2010); Pustaka AtsTsabat Balikpapan. ISBN:978-602-96833-0-1
  • Alamul Jin wasy Syaithon; Prof. Dr. Umar bin Sulaiman bin Abdullah Al Asyqar, (2002); Darun Nafais.
Pranala luar