Kabupaten Purworejo
Kabupaten Purworejo | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Purworejo Berirama (Bersih,Indah, Rapi, Aman dan Makmur | |
Koordinat: 7°43′S 110°01′E / 7.72°S 110.02°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Tanggal berdiri | 1 Agustus 1901 |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Ibu kota | Purworejo |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Kelik Sumrahadi S.Sos. |
Luas | |
• Total | 1,034 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 709,000 (2.003) |
• Kepadatan | 685/km2 (1,770/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0275 |
Kode Kemendagri | 33.06 |
DAU | Rp. 281.270.000.000 |
Situs web | www.purworejo.go.id |
Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: Purwareja), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di barat.
Geografi
Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh.
Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.
Pembagian administratif
Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Purworejo.
Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901.
Tata kota Purworejo merupakan warisan tata guna lahan sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda. Sejumlah bangunan tua masih terawat digunakan hingga kini, diantaranya Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.
Perekonomian
Pertanian
Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, diantaranya padi, jagung, ubi kayu, dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi, dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.
Di tingkat provinsi, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit, dan jahe. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano, dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa, dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur, dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono.
Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra penghasil melinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil yaitu emping. Sedangkan Kecamatan Bener dan Banyuurip serta Purwodadi dikenal sebagai penghasil durian
Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan ettawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu dan Jambi), Riau, serta Kalimantan (Banjarmasin).
Industri
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di kecamatan Bayan yang akan menyerap tenaga kerja cukup banyak
Pariwisata
Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang" dan "Pantai Congot", didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya : Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan.
Makanan Khas Daerah
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain: - Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah. - Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih - Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa.
Legenda
Tundan Obor : setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas dikalangan penduduk.
Kesenian
Purworejo memiliki dua kesenian yang khas : Jidur, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar), biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa)
Dzikir Saman - kesenian ini mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah(arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton)
Tokoh dari Purworejo
- Jan Toorop, pelukis Belanda.
- A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
- Jendral Ahmad Yani, pahlawan revolusi
- Kol. Sarwo Edi Wibowo, mertua presiden Susilo Bambang Yudhoyono
- Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru
- Jenderal Urip Sumoharjo, pendiri TNI
- Syeh Imam Puro, Ulama Purworejo
- W.R.Soepratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (masih diperdebatkan - lihat artikel)
- Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ)