Lompat ke isi

Astrologi menurut Agama Abrahamik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 19 November 2013 00.54 oleh Ibensis (bicara | kontrib)

Astrologi menurut agama Abrahamik adalah hal yang terlarang didasarkan pada catatan didalam Alkitab. Hal ini disebabkan karena dalam ilmu astrologi meyakini bahwa posisi benda-benda langit dan pergerakannya memiliki pengaruh terhadap nasib seseorang atau kejadian yang akan terjadi di bumi. Adanya sebagian penyandaran Astrologi kepada Agama Abrahamik (seperti Astrologi Yahudi atau Astrologi Islam) adalah suatu kesalahan, baik dikarenakan ketidak-mampuan membedakan definisi astrologi dengan astronomi yang diperbolehkan, atau juga karena terjadinya penyimpangan dari akidah yang jelas tertulis di dalam Alkitab.

Hal ini pun di dukung oleh ilmu sains yang mengkategorikan astronomi sebagai pseudosains. Tidak ada kaitan secara ilmiah antara posisi benda langit, bintang atau rasinya dengan nasib seseorang. Meskipun para agamawan dan para ilmuwan pun telah lama menolak prinsip-prinsip dasar dari Astrologi ini, namun jutaan orang tetap terus mempercayainya dan mempraktekannya.[1] Astronomi harus dibedakan dari astrologi. Memang betul bahwa dua bidang ini memiliki asal-usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat berbeda [2]

Astrologi merupakan hal yang tercela dan keji dalam akidah Yahudi setara dengan perbuatan sihir dan perdukunan. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat:

"Engkau payah karena banyaknya nasihat. Suruhlah peramal-peramal tampil menyelamatkan engkau; mereka yang telah meneliti segala penjuru langit dan mempelajari bintang-bintang, dan pada setiap bulan baru meramalkan apa yang menjadi nasibmu. Lihat, mereka seperti jerami yang dimakan api; tak dapat mereka menyelamatkan diri sendiri!..."

— Yesaya 47:13-14

"...Ia juga melakukan praktek-praktek pedukunan, penujuman, ilmu gaib, dan meminta petunjuk kepada roh-roh. Ia sangat berdosa kepada TUHAN sehingga membangkitkan kemarahan TUHAN."

— 2 Tawarikh 33:6

"Aku akan melenyapkan alat-alat sihir dari tanganmu, dan tukang-tukang peramal tidak akan ada lagi padamu. Jimat-jimatmu akan Kulenyapkan dan semua tukang ramalmu Kusingkirkan."

— Mikha 5:12

"Apabila kamu sudah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN Allahmu kepadamu, janganlah meniru kejahatan yang dilakukan bangsa-bangsa yang ada di situ. Di antara kamu janganlah ada yang mempersembahkan anak-anaknya sebagai kurban bakaran. Dan janganlah seorang pun menjadi tukang ramal, mencari pertanda-pertanda, memakai jampi-jampi atau Seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Orang yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat itu dibenci oleh TUHAN Allahmu, dan itulah sebabnya bangsa-bangsa itu disingkirkan-Nya dari hadapanmu... Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian."

— Ulangan 18:9-12, 14

"...Janganlah kamu melakukan telaah atau ramalan."

— Imamat 19:26

Ilmu Astrologi (juga Ilmu nujum, horoskop, zodiak atau ramalan bintang) dalam akidah Islam adalah hal yang terlarang dan merupakan dosa besar yang digolongkan ke dalam kategori ilmu sihir dan bentuk kesyirikan. Karena didalamnya mengajarkan ramalan tentang kejadian yang belum dan akan terjadi juga pengakuan mengetahui ilmu gaib yang menjadi kekhususan Allah, seperti rejeki, jodoh, umur, dll.

Harus dibedakan antara Astrologi dengan Astronomi, dimana dalam ilmu Astronomi mempelajari hal-hal yang tidak bertentangan dengan ilmu agama seperti meneliti pergerakan benda langit untuk penanggalan, menandakan masuknya bulan baru (hilal), mengetahui masuknya waktu shalat, juga penunjuk arah,[3] maka ilmu Astronomi yang seperti ini tidaklah terlarang.

Tentang Gerhana

Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa Gerhana tidak ada hubungannya dengan kelahiran maupun kematian seseorang, melainkan hanya salah satu diantara tanda kebesaran Allah,

Turunnya hujan

Rujukan

  1. ^ "Astrology". Encarta. Microsoft. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-31. Diakses tanggal 2007-08-28. Scientists have long rejected the principles of astrology, but millions of people continue to believe in or practice it. 
  2. ^ Unsöld, Albrecht; Baschek, Bodo; Brewer, W.D. (translator) (2001). The New Cosmos: An Introduction to Astronomy and Astrophysics. Berlin, New York: Springer. ISBN 3-540-67877-8.
  3. ^ Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut: “Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 16).