Lompat ke isi

Paris–Roubaix

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Paris–Roubaix
Paris–Roubaix 2014
Rincian balapan
PelaksanaanAwal April
LokasiPrancis Utara
Nama dalam bahasa InggrisParis–Roubaix
Nama lokalParis–Roubaix (Prancis)
Julukan
  • Neraka di Utara
  • Ratu para Klasik
  • Balap Paskah
  • Satu Minggu di Neraka
  • L'enfer du Nord
DisiplinJalan raya
KompetisiUCI World Tour
TipeSatu hari
PengelolaAmaury Sport Organisation
Direktur balapanJean-François Pescheux
Sejarah
Edisi pertama[[1896 (1896)]]
Edisi terbaru112 (pada 2014)
Juara pertama Josef Fischer (GER)
Juara terbanyak Roger De Vlaeminck (BEL)
 Tom Boonen (BEL)
(4 kemenangan)
Juara bertahan Niki Terpstra (NED)

Paris–Roubaix adalah sebuah balap sepeda jalan raya proffessional satu hari yang diadakan di Prancis Utara, dimulai dari utara Paris hingga perbatasand engan Belgia. Sejak awal penyelenggaraannya pada tahun 1896 hingga tahun 1967 balapan dimulai dari kota Paris dan berakhir di Roubaix; sejak tahun 1968 balapan diawali di Compiègne (sekitar 85 kilometer (53 mi) timur laut dari pusat kota Paris). FInish balapan tetap dilakukan di Roubaix. Terkenal karena medan yang bergelombang dan paving batuan,[n 1] balap ini menjadi salah satu 'Monumen' atau klasik dalam kalender Eropa, dan berkontribusi dalan rangking UCI World Tour. Balap ini sering disebut sebagai Neraka di Utara, Satu Minggu di Neraka (juga menjadi judul dari sebuah film mengenai balapan tahun 1976), Ratu para Klasik atau la Pascale: Balap Paskah.[1] Balapan ini diselenggarakan oleh kelompok media Amaury Sport Organisation setiap tahun di awal atau pertengahan April.

Pertama diadakan pada tahun 1896, Paris–Roubaix menjadi salah satu balap sepeda tertua. Balap ini dikenal dengan banyak 'sektor berbatu', bersama dengan Tour of Flanders dan Gent–Wevelgem, menjadi satu dari klasik berbatu. Sejak tahun 1977, pemenang dari Paris–Roubaix menerima sepotong batu paving sebagai bagian dari hadiah.[2] Kondisi litasan mendorong pengembangan rangka, roda, dan ban khusus. Ban bocor dan permasalahan mekanik lainnya merupakan hal umum dan sering mempengaruhi hasil balapan.

Meskipun gengsi dari balapan, beberapa pembalap sepeda menghindarinya karena kondisinya yang sulit. Balapan juga menyebabkan beberapa kontroversi, dengan pemenang yang didiskualifikasi.

Lintasan dipelihara oleh Les Amis de Paris–Roubaix, sebuah kelompok penggemar balap yang didirikan pada tahun 1983. forçats du pavé mengawasi untuk menjaga lintasan aman bagi pembalap sambil mempertahankan tingkat kesulitannya.

Sejarah

Pemenang sejak tahun 1977 menerima sebuah potongan batu; penyelenggara menyimpan batu berlapis emas untuk mereka sendiri
Théodore Vienne
Entrepreneur Roubaix.

Paris–Roubaix adalah salah satu balapan tertua di balap sepeda jalan raya professional. Balapan ini pertama diadakan pada tahun 1896 dan hanya terhenti oleh dua perang dunia. Balapan diciptakan oleh dua pembuat kain asal Roubaix, Théodore Vienne (lahir 28 Juli 1864)[3] dan Maurice Perez.[4] Mereka berperan dalam pembangunan sebuah velodrome seluas 46.000 meter persegi di persimpangan jalan Verte dan rute d'Hempempont, yang dibuka pada 9 Juni 1895.[5]

Vienne dan Perez mengadakan beberapa pertemuan di lintasan tersebut, salah satunya termasuk penampilan pertama di Perancis oleh sprinter Amerika Major Taylor, dan kemudian mencari ide lanjutan. Pada bulan Februari 1896 mereka menemukan ide untuk menyelenggarakan balapan dari Paris menuju lintasan mereka. Hal ini menimbulkan dua masalah. yang pertama adalah balapan terbesar berawal atau berakhir di Paris dan bahwa Roubaix mungkin terlalu terpencil sebagai destinasi. Yang kedua adalah mereka dapat mengatur start atau finish balapan tapi tidak bisa keduanya.

Mereka berbicara kepada Louis Minart, editor dari Le Vélo, satu-satunya koran olahraga harian Prancis. Minart sangat tertarik namun mengatakan bahwa keputusan koran akan mengatur start balapan sangat bergantung pada direktur, Paul Rousseau.[6] Minart juga menyarankan pendekatan tidak langsung karena pemilik percetakan menyarankan balapan tidak untuk kejayaan mereka sendiri, namun sebagai persiapan untuk balap lainnya. Mereka menulis:

Kepada M. Rousseau, Bordeaux–Paris sudah dekat dan even tahunan besar ini yang telah melakukan banyak hal untuk mempromosikan bersepeda memberikan kami sebuah ide. Apa yang anda pikirkan terhadap sebuah balapan latihan yang mendahului Bordeaux–Paris dengan jarak empat minggu? Jarak antara Paris dan Roubaix adalah sekitar 280 km, sehingga ini akan menjadi mainan bagi para peserta dari Bordeaux–Paris. Finish akan dilakukan di velodrome Roubaix setelah beberapa putaran mengelilingi lintasan. Semuanya akan memastikan penerimaan yang hangat karena sebagian besar penduduk tidak pernah memperoleh keistimewaan untuk melihat pertunjukan balap sepeda utama dan kami menghitung cukup teman yang percaya bahwa Roubaix adalah kota yang sangat ramah. Sebuah hadiah telah dipersiapkan senilai 1.00 franc sebagai hadiah utama atas nama velodrome Roubaix dan kami akan sangat sibuk mengumpulkan daftar hadiah yang besar yang akan memuaskan seluruh peserta. Namun untuk saat ini, dapatkan kami mengandalkan nama dari Le Vélo dan dukungan anda untuk menyelenggarakan start balapan?[7]

Hadiah pertama yang diusulkan senilai dengan tujuh bulan upah bagi penambang saat itu.[8]

Rousseau sangat tertarik dan mengirim editor bersepedanya, Victor Breyer, untuk mencari rute.[9] Breyer melakukan perjalanan menuju Amiens di dalam sebuah mobil Panhard yang dikemudikan oleh koleganya, Paul Meyan. Pada pagi berikutnya Breyer — kemudian menjadi deputi penyelenggara dari Tour de France dan seorang staf pimpinan dari Union Cycliste Internationale - melanjutkannya dengan bersepeda. Angin bertiup, hujan turun, dan suhu udara menurun. Breyer mencapai Roubaix dengan kelelahan dan payah setelah seharian berkendara melewati jalan berbatu (paving). Dia bersumpah akan mengirim telegram kepada Minart mwmintanya untuk membatalkan ide tersebut, menuliskan bahwa berbahaya untuk mengadakan balapan di jalan yang baru saja ia lewati. Namun makan malam yang ia nikmati malam itu dengan sebuah tim dari Roubaix mengubah pikirannya.[10]

Penanda jalan berbatu dari Paris-Roubaix, disumbangkan untuk perayaan ke-100 oleh 'Les Amis de Paris-Roubaix' dan 'La Ville de Roubaix' 50°40′43″N 3°12′17″E / 50.678548°N 3.204612°E / 50.678548; 3.204612

Misteri Paskah

Vienne dan Perez menjadwalkan balapan mereka pada Minggu Paskah. Gereja Katolik Roma menolak hal tersebut karena diadakan di hari paling suci dalam tahun liturgi, dengan perkiraan para pembalap tidak akan memiliki waktu menghadiri misa dan penonton tidak akan menghadiri dua kegiatan tersebut sekaligus.[n 2] Traktat diedarkan di Roubaix menolak kegiatan tersebut.

Apa yang terjadi setelah itu tidak pasti. Cerita mengatakan bahwa Vienne dan Perez menjanjikan sebuah misa akan diadakan bagi para pembalap di sebuah kapel 200 m dari garis start, di jalan Maillot. Cerita tersebut diulang oleh Pascal Sergent, sejarawan balapan tersebut, dan oleh Pierre Chany, sejarawan olahraga secara umum.[11] Sergent lebih jauh lagi menyatakan bahwa Victor Breyer, yang diceritakan berada di tempat, mengatakan bahwa misa yang dijadwalkan pukul 4 pagi dibatalkan karena terlalu pagi.[12] Baik Chany maupun Sergent tidak menyebutkan bahwa tanggal penyelenggaraan kemudian diubah, sehingga Paris–Roubaix pertama (menurut Sergent) diadakan pada 19 April 1896, sedangkan Minggu Paskah pada tahun 1896 berlangsung dua minggu lebih awal, pada 5 April.[13]

Paris–Roubaix pertama yang dilakukan pada Minggu paskah dilakukan pada tahun berikutnya, 1897.

Balapan pertama

Josef Fischer memenangkan Paris–Roubaix pertama.

Berita perjalanan Breyer menuju Roubaix kemudian menyebar. Separuh dari mereka yang mendaftar tidak muncul di Brassérie de l'Espérance, kantor pusat balapan saat start. Mereka yang mengundurkan diri sebelum balapan dimulai termasuk Henri Desgrange, seorang pembalap perkenal yang kemudian akan menjadi penyelenggara Tour de France. Pembalap yang start termasuk Maurice Garin, yang memenagkan Tour pertama yang diadakan oleh Desgrange dan merupakan harapan lokal di Roubaix karena dia dan dua saudaranya membuka sebuah toko sepeda di Jalan Paris pada tahun sebelumnya.[14]

Garin mencapai posisi ketiga, 15 menit di belakang Josef Fischer, satu-satunya pembalap Jerman yang memenagkan balapan ini hingga saat ini.[15] Hanya empat pembalap yang finish kurang dari satu jam di belakang pemenang. Garin mungkin akan memperoleh posisi kedua bila dia tidak dijatuhkan akibat tarakan dua tandem, salah satunya dikendarai oleh penariknya. Garin "finish dengan kelelahan dan Dr Butrille diharuskan mendatangi orang yang ditabrak oleh dua mesin," kata Sergent.[16]

Balapan kedua

Garin menang pada tahun berikutnya, emngalahkan pembalap Belanda Mathieu Cordang di dua kilometer terakhir di velodrome di Roubaix.[n 3] Sergent berkata:

Sebagai dua juara mereka disambut oleh ketertarikan yang luar biasa dan semuanya seperti akan menyambut dua pahlawan. Sangat sulit mengenali mereka. Garin yang pertama, diikuti oleh wajah Cordang yang penuh lumpur. Kemudian, mengejutkan banyak orang, Cordang terpeleset dan jatuh di permukaan semen velodrome. Garin tidak dapat mempercayai keberuntungannya. Pada saat itu Cordang kembali ke sepedanya, dia tertinggal 100 meter. Masih terdapat enam putaran untuk dilalui. Dua putaran penting untuk mendahului Garin. Penonton menahan nafas saat mereka menonton pertandingan saling mengejar. Bel kemudian berbunyi, putaran terakhir. Garin unggul dengan 333 meter, dimana dia unggul 30 meter di Batave.

Sebuah kemenangan klasik berada di dalam jangkauannya namun dia hampir merasakan nafasnya terhenti di leher. Dengan cara apapun Garin mempertahankan keunggulan sejauh dua meter, dua meter yang legendaris. Penonton meledak dan Garin dielu-elukan oleh penonton. Cordang menangis kecewa.[17]

Neraka di Utara

Balapan umumnya meninggalkan pembalap ditutupi oleh lumpur dan tanah, dari jalur berbatu dan jalanan hitam di wilayah Prancis utara bekas pertambangan batu bara. Namun bukan ini yang membuat balapan menerima julukan l'enfer du Nord, atau Neraka di Utara. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan rute tersebut datang setelah Perang Dunia I. Penyelenggara dan wartawan meninggalkan Paris pada tahun 1919 untuk melinhat bagaimana lintasan bertahan dari empat tahun hujan meriam dan perang parit. Procycling melaporkan:[18]

Mereka hanya sedikit mengetahui efek permanen dari perang. Sembilan juta orang tewas dan Prancis kehilangan lebih banyak orang dibandingkan negara lain. Namun seperti di daerah lain, berita sangatlah minim. Siapa yang tahun apakah masih ada jalan menuju Roubaix? Apakah Roubaix masih tetap di sana? Mobil berisi penyelenggara dan wartawan melakukan perjalanan di sepanjang rute yang dilalui balapan pertama. Pada awalnya semua terlihat baik. Terdapat kerusakan dan kemiskinan dan terdapat sedikit sekali pria. Namun Prancis masih bertahan. Namun kemudian, saat kami semakin ke utara, udara mulai diisi oleh saluran yang rusak, sampah berserakan, dan deretan ternak membusuk. Pohon yang seharusnya mulai bersemi terlihat berwarna hitam, cabang mereka yang patah terlihat seperti lengan seorang tentara yang terputus. Semuanya ditutupi lumpur. TIdak ada yang tahu siapa yang pertama menyebutnya sebagai 'neraka', namun tidak ada kata yang lebih baik. Dan itulah yang muncul di koran keesokan harinya: kelompok kecil telah melihat 'neraka di Utara'.[18]

Tulisan di L'Auto adalah:

kami memasuki pusat dari medan perang. Tidak ada pohon, semuanya rata! tidak datu meterpun yang tidak dibalik dari atas ke bawah/ Ada lubang ledakan yang saling berhubungan. Satu-satunya yang masih berdiri adalah salib dengan pita berwarna biru, putih, dan merah. Ini adalah neraka! '[18]

Ini bukanlah sebuah balapan. Ini merupakan perjalanan ziarah.

Sejarah jalan berbatu

Alain Bernard, Presiden dari 'Les Amis de Paris Roubaix': "Pada har itu walikota datang kepada saya dengan batuan paving."

Mencari tantangan balapan di jalan berbatu merupakan hal yang relatif baru. Hal n dimulai bersamaan di Paris–Roubaix dan Tour of Flanders, saat perkembangan luas dari peningkatan jalan raya setelah Perang Dunia II memberikan realitas bahwa karakter kedua balapan akan berubah. Hingga saat itu balapan di jalan berbatu bukanlah karena jalanan tersebut rusak, namun begitulah jalanan tersebut dibangun. André Mahé, yang memenangkan balapan tahun 1949, mengatakan:

Setelah perang, tentu saja semua jalan akan rusak. Terdapat jalan berbatu sejak anda meninggalkan Paris, atau Senlis saat kami memulai balapan hari itu. Di sana terdapat jalan dengan permukaan halus atau seringkali jalur bersepeda atau sebuah perkerasan dan kadang kala sebuah jalur tipis dengan sesuatu yang halus. Namun anda tidak tahu manakah yang paling nyaman dilewati dan anda akan terus berubah. Anda dapat memindahkan sepeda ke jalan perkerasan namun semakin keras jalan anda akan semakin cepat lelah. Kemudian anda memindahkan roda depan anda namun roda belakang tidak mau bergerak. Itu yang terjadi pada saya. Dan kemudian anda akan terjatuh, tentu saja, dan anda dapat membawa pembalap lain ikut terjatuh. Atau mereka terjatuh dan anda ikut terjatuh juga. Dan jalur sepeda sering kali merupakan debua batu bara yang dipadatkan, yang akan melunak saat hujan dan menjadi gembur karena dilewati begitu banyak pembalap dan kemudian anda terjebak dan kehilangan keseimbangan. Dan saat anda datang, anda akan diselimuti debu batu bara dan kotoran lain. Sekarang semuanya berubah dan anda tidak dapat membandingkannya dengan sekarang.[19]

Hadirnya siaran televisi langsung mendorong walikota di seluruh rute untuk memuluskan jalanan berbatu mereka karena takut seluruh Prancis akan melihat wilayah tersebut tidak maju dan tidak mau berinvestasi di wilayah tersebut. Albert Bouvet, penyelenggara, mengatakan: "Apabila kondisi ini tidak berubah, balapan ini akan segera dinamai Paris–Valenciennes," menggambarkan sebuah balapan datar di jalanan halus yang sering berakhir dalam sprint masal. L'Équipe menulis: "Pembalap tidak berhak menerma hal tersebut." Editornya, Jacques Goddet, menyebut Paris–Roubaix "kegilaan besar bersepeda yang terakhir."[20] Bouvet dan Jean-Claude Vallaeys mendirikan Les Amis de Paris Roubaix[21] (lihat bawah). Presidennya, Alain Bernard, memimpin para penggemar untuk mengawasi dan merawat jalur berbatu yang masih tersisa. Dia berkata:

Hingga akhir masa perang, Paris–Roubaix seluruhnya melewati routes nationales. Namun banyak diantaranya merupakan jaan berbatu, yang menjadi jiwa dari balapan, dan para pembalap berusaha menggunakan jalur bersepeda, jika ada. Jadi Paris–Roubaix selalu berada di paving, karena jalan memang dibuat dari paving. Kemudian pada tahun 1967 hal mulai berubah. Jalanan paving mulai berkurang. Sehingga mulai tahun 1967 lintasan beralih ke timur menggunakan jalan berbatu yang masih tersisa. Dan kemudian jalanan berbatu tersebut juga mulai menghilang dan kami takut prediksi Bouvet akan menjadi kenyataan. Itulah saat kami mulai keluar mencari jalanan tua dan tidak terpakai yang tidak muncul dalam peta. Pada tahun 1970an, apabila balapan melintasi sebuah desa hal itu akan membuat walikota memerintahkan jalan tersebut untuk diperkeras. Pierre Mauroy, saat dia menjadi walikota dari Lille,[22] mengatakan dia tidak memiliki kepentingan apapun di balapan ini dan dia tidak akan melakukan apapun untuk menolong balapan. Beberapa tahun sebelumnya, hanya ada sedikit desa yang mau bekerjasama dengan kami. Jika Paris–Roubaix melewati mereka, mereka akan merasa malu karena balapan ini menunjukkan jalanan mereka yang buruk. Mereka akan keluar dan memperkeras jalan mereka, melakukan segala sesuatu untuk menghalangi kami. Sekarang mereka sudah cukup berhubungan dengan kami. Kami memiliki walikota yang menelepon kami untuk berkata bahwa mereka telah menemukan jalanan berbatu yang lain dan sangat senang apabila kami memakainya.

Bagian paving pertama dari Carrefour de l'Arbre
Penanda sudut peringatan untuk Pavé de Luchin di Carrefour de l'Arbre

Catatan

  1. ^ Paris–Roubaix secara populer dikenal melalui istilah dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan sebagai 'sektor berbatu', namun ini merupakan salah kaprah karena sektor tersebut sebenarnya terbuat dari susunan batu paving, yang berbentuk balok, yang lebih halus dan aman dibandingkan dengan batuan sebenarnya (umumnya berupa kerikil bulat untuk pengisi aspal kota). Artikel ini tetap mencantumkan istilah 'batuan' namun akan melakukan klarifikasi bila dianggap relevan.
  2. ^ Gereja Katolik Roma menolak balapan diadakan pada minggu paskah, siapa dan pada tingkat apa dari gereja yang mengajukan keberatan tersebut tidak tercatat dalam sejarah.
  3. ^ Pada tahun 2004 Les Amis de Paris-Roubaix menandai kemenangan Garin di even Paris-Roubaix dengan meletakkan sebuah batu baving — sebuah piala tradisional bagi pemenang balapan, di atas makamnya. Lihat "Hommage à Maurice Garin" (dalam bahasa French). Les Amis de Paris-Roubaix. 2004-03-03. 

Referensi

  1. ^ Matt Seaton (2006-04-05). "I'm talking total cobbles". The Guardian. Diakses tanggal 2007-09-01.  [pranala nonaktif]
  2. ^ Hood, Andrew (2009-04-06). "Racing this week — Of txapelas and pavé". VeloNews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2009. Diakses tanggal 2009-06-23. 
  3. ^ "Document 2 : Une Course célèbre et légendaire..." Association Généalogique des Familles Vienne. 2008-02-01. 
  4. ^ Sergent, Pascal (1989), Paris-Roubaix, Chronique d'une Légende, vol 1, Flandria Nostra, Belgium, p13
  5. ^ Sergent, Pascal (1989), Paris-Roubaix, Chronique d'une Légende, vol 1, Flandria Nostra, Belgium, p14
  6. ^ Sergent, Pascal (1989), Paris-Roubaix, Chronique d'une Légende, vol 1, Flandria Nostra, Belgium, p17
  7. ^ Sergent, Pascal (trans Yates, Richard), A Century of Paris-Roubaix, Bromley Books, UK, ISBN 0-9531729-0-2
  8. ^ Voix du Nord, France, 10 April 2004
  9. ^ Anthony Tan (2006-04-16). "The real Hell of the North". Cyclingnews. Diakses tanggal 2007-09-05. 
  10. ^ Sergent, Pascal (1989), Paris-Roubaix, Chronique d'une Légende, vol 1, Flandria Nostra, Belgium, p18
  11. ^ Chany, Pierre (1988), La Fabuleuse Histoire de Cyclisme, Nathan, France, vol 1, p157
  12. ^ Menurut Chany
  13. ^ "Easter Dating Method". Astronomical Society of South Australia. April 2002. 
  14. ^ "Hommage à Maurice Garin" (dalam bahasa French). Les Amis de Paris-Roubaix. 2004-03-03. 
  15. ^ Het Laatste Nieuws, Belgium, 21 April 2004
  16. ^ Sergent, Pascal (1997), trans Yates, Richard., A Century of Paris-Roubaix, Bromley Books, UK, ISBN 0953172902
  17. ^ Sergent, Pascal (1997), trans Yates, D., A Century of Paris-Roubaix, Bromley Books, UK, ISBN 0953172902
  18. ^ a b c Les Woodland (2006-04-06). "Tales from the peloton, The real Hell of the North". Cyclingnews. 
  19. ^ Procycling, UK, 2007
  20. ^ Cited Augendre, Jacques, Vélo-légénde, France, undated cutting
  21. ^ "Acceuil". Les Amis de Paris-Roubaix. 
  22. ^ Roubaix berhubungan dengan Lille

Bacaan

Pranala luar