Penyimpanan makanan
Penyimpanan makanan merupakan aktivitas pengawetan makanan secara fisik untuk melindungi dari lingkungan dan bahaya dari luar (seperti hewan dan serangga) serta persiapan untuk dikonsumsi di waktu tertentu (termasuk untuk kondisi darurat).
Keamanan
Penyimpanan makanan meski bertujuan mencegah masuknya penyakit, namun juga dapat menimbulkan penyakit terutama jika tidak dilakukan secara higienis. Bakteri penyebab botulisme dapat berkembang dengan baik pada kondisi tanpa oksigen yang biasanya tercipta pada wadah yang tertutup rapat.[1]
Makanan yang disimpan dalam kondisi beku dapat mencegah pertumbuhan bakteri, namun tidak membunuhnya. Sehingga makanan yang dikembalikan kondisinya dari pembekuan masih memiliki risiko pertumbuhan bakteri lebih besar dibandingkan sebelum dibekukan.[2] Menurut Marotz, 2008, makanan yang akan dikembalikan dari kondisi beku tidak boleh dilakukan pada kondisi temperatur ruang. Makanan tersebut harus dipanaskan dengan oven atau microwave, dimasak langsung, atau secara perlahan dari temperatur dingin.[1]
Lemak dan minyak nabati maupun hewani dapat menjadi rusak dengan cepat jika tidak disimpan dengan benar karena proses oksidasi. Semakin tinggi kadar lemak tak jenuh gandanya, semakin cepat oksidasi terjadi. Penyimpanan minyak dan lemak sebaiknya dilakukan dengan pendinginan segera setelah kemasan dibuka.[3]
Referensi
- ^ a b Marotz, Lynn R. (2008). Health, Safety, and Nutrition for the Young Child. Wadsworth Publishing. ISBN 978-1-4283-2070-3.
- ^ "Fact Sheet: Freezing and Food Safety". United States Department of Agriculture, Food Safety and Inspection Service. June 3, 2010. Diakses tanggal November 8, 2011.
- ^ Mitchell, Deborah (2004). Safe foods: the A-to-Z guide to the most wholesome foods for you and your family. Penguin. hlm. Ch. 15. ISBN 978-1-101-21015-4.