Lompat ke isi

Rini Soemarno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rini Soemarno
Menteri Badan Usaha Milik Negara 7
Mulai menjabat
27 Oktober 2014
PresidenJoko Widodo
Sebelum
Pendahulu
Dahlan Iskan
Pengganti
Petahana
Sebelum
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia 29
Masa jabatan
10 Agustus 2001 – 22 Oktober 2004
PresidenMegawati Soekarnoputri
Informasi pribadi
Lahir9 Juni 1958 (umur 66)
Amerika Serikat Maryland, Amerika Serikat
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriSoewandi (cerai)
AlmamaterWellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat
ProfesiPengamat ekonomi
Komisaris aora
X: rinisoemarnoid Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Rini Mariani Soemarno atau biasa dikenal IRni Soemarno (lahir 9 Juni 1958) adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam Kabinet periode 2014-2019 oleh Presiden Jokowi Pada 26 Oktober 2014. Sarjana Ekonomi lulusan 1981 dari Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat ini adalah termasuk salah seorang menteri yang diangkat dari kalangan profesional.[1] Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong tahun 2001 hingga tahun 2004.

Keluarga

Pada masa kecilnya, Rini pernah berpindah Amerika Serikat, Jakarta, dan Belanda karena tugas ayahnya. Rini mendalami studi ekonomi di Wellesley College, Masschusetts, Amerika Serikat pada tahun 1981. Setelah lulus, Rini sempat magang di Departemen Keuangan Amerika Serikat dan memulai karirnya dengan bekerja di Citibank Jakarta pada tahun 1982.

Ayahnya, Soemarno Sosroatmojo, merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 1960-1964. Di era kepemimpinan Soemarno, sejumlah proyek mercusuar dibangun seperti Monumen Nasional (Monas), Patung Selamat Datang (Bundaran Hotel Indonesia), dan Patung Pahlawan di Kawasan Menteng, dibangun di era Soemarno. Dia juga menciptakan konsep rumah minimum juga dibangun di berbagai tempat di Jakarta. Rumah ini dibangun dengan luas 90 meter persegi, di atas tanah 100 meter persegi, terdiri dari dua lantai, dan lokasinya dekat dengan tempat kerja. Proyek pertama rumah minimum dibangun di Jalan Raden Saleh, selanjutnya di kawasan Karang Anyar, Tanjung Priok, dan Bandengan Selatan.

Karier

Tahun 1982, setelah mendapat kesempatan bekerja magang di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia. Rini bekerja di Citibank Jakarta. Karirnya terus melesat hingga menggapai kursi Vice President yang menangani Divisi Coorporate Banking, Marketing and Trainning. Sukses di Citibank tak membuat Rini lantas berpangku tangan malah menginginkan tantangan yang lebih besar. Karena itu, pada 1989 ia kemudian memilih pindah ke PT Astra Internasional untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Dengan filosofi ingin berkarya sebaik mungkin, Rini terus mendaki tangga sukses. Tahun 1990 karirnya di Astra Internasional berbintang terang. Tahun itu ia dipercaya William Soeryadjaya, komisaris perusahaan itu, menduduki kursi Direktur Keuangan Astra Internasional sampai 1998.

Awal 1998, Rini ditarik ke jajaran birokrasi. Ia dipilih Menteri Keuangan saat itu, Fuad Bawazier, untuk membantunya menjadi asisten bidang Hubungan ekonomi Keuangan Internasional. Di tahun yang sama, tepatnya bulan April, pemerintah juga mengangkatnya menjadi Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dua jabatan itu hanya dijalani Rini dalam hitungan bulan. Ada banyak faktor eksternal yang membuat dirinya tidak bisa berkarya secara maksimal di sana. Rini mengundurkan diri dari dua jabatan tadi dan kembali ke Astra Internasional.

Rini kembali ke Astra saat perusahaan itu mengalami badai krisis ekonomi hampir membuat karam. Kerugian induk perusahaan otomotif terbesar di Indonesia itu pada semester pertama 1998 mencapai Rp 7,36 trilliun. Ketika itu, jika berkaca pada laporan Presiden Direktur Astra dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSBL) 8 Februari 1998, boleh dibilang perusahaan itu sudah bangkrut. Sahamnya sendiri di Bursa Efek Jakarta hanya bernilai Rp 225,- per lembar saham pada September 1998. Bandingkan dengan saat go public menjelang akhir 80-an yang mencapai belasan ribu rupiah.

Beberapa langkah segera Rini ambil, seperti program efisiensi usaha melalui pemotongan gaji jajaran eksekutif, penutupan jaringan distribusi yang kurang strategis, serta pengurangan 20 persen karyawan dari 100 ribu karyawan Astra saat itu. Selain itu, Rini juga mengajak karyawan menjadi bagian dari pemegang saham Astra sehingga kepentingan pemegang saham, perusahaan dan karyawan bisa selaras. Langkah lainnya adalah merestrukturisasi utang Astra Internasional yang mencapai US$ 1 milliar dan Rp 1 trilliun. Akibat langkah-langkah itu, keuntungan Astra untuk seluruh tahun 1999 mencapai Rp 800 milliar dari kerugian mencapai Rp 1,976 trilliun tahun 1998.

Namun, kerja keras dan prestasi Rini itu berbenturan dengan pemegang kebijakan. Kapal yang dinahkodainya dinilai Cacuk Sudaryanto, kepala BPPN yang baru, sebagai tidak kooperatif. Ini berkait dengan rencana BPPN melepas saham Astra yang dipegang pemerintah. Rini dinilai tidak memuluskan pelepasan saham itu karena tidak suka pada investor yang dipilih BPPN.

Rini sempat berang dengan tudingan itu dan mengirim surat kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Isinya membantah apa yang diungkapkan Cacuk. Buntutnya terjadi silang pendapat soal rencana penjualan saham Astra dan penggantian dirinya. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 8 Februari 2000, dua tahun setelah ia dipilih dalam ajang yang sama, Rini harus merelakan kursi Presiden Direktur Astra Internasional kepada Theodore Permadi Rachmat. Mantan atasannya ketika ia masih menjabat sebagai direktur keuangan perusahaan itu.

Lepas dari Astra tak berarti Rini habis. Rini masuk ke perusahaan multimedia Agrakom yang dikenal sebagai pemilik situs Detikcom sebagai komisaris.

Politik

Rini Soemarno merupakan menteri yang berasala dari partai. Kedekatannya dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri, membuat dia sering dikaitkan dengan partai berlambang kepala banteng itu. Namun, mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo membantah bahwa Rini adalah anggota atau kader partai. Menurut Tjahjo, Rini sudah dekat jauh sebelum menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian era Megawati Soekarnoputri. Rini pun membenarkan perihal kedekatannya dengan Megawati. Rini menceritakan sejarah kedekatan ayahnya dengan Presiden Soekarno, ayah Megawati. Dia mengatakan kakak tertuanya seumuran dan bersahabat dengan Guntur Soekarnoputera (kakak Megawati). Kakak perempuannya satu sekolah dengan Sukmawati Soekarnoputri (adik Megawati). Namun secara pribadi, Rini mengaku tak banyak berinteraksi dengan mereka karena umur jauh berbeda. Setelah menjadi menteri, Rini baru intens berinteraksi dengan Megawati. Rini membantah kedekatannya dengan Megawati membuat dia terpilih menjadi Kepala Tim Transisi Pemerintahan Jokowi-JK.

Pendidikan

1981 : Sarjana Ekonomi di Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat

Karier

Penghargaan

  • Pemimpin Puncak Terpuji 1995 dari Majalah Swa Sembada (1995)

Pranala luar


Referensi


Didahului oleh:
Dahlan Iskan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia
27 Oktober 2014 - Sekarang
Diteruskan oleh:
-
Didahului oleh:
Luhut Binsar Panjaitan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan
2001 - 2004
Diteruskan oleh:
Mari Elka Pangestu
Didahului oleh:
Luhut Binsar Panjaitan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan
2001 - 2004
Diteruskan oleh:
Andung A. Nitimiharja