Partai Sosialis Indonesia
Partai Sosialis Indonesia | |
---|---|
Ketua umum | Sutan Sjahrir |
Dibentuk | 13 Februari 1948 |
Dibubarkan | 1960 |
Kantor pusat | 6 Djalan Tjisedane, Djakarta |
Surat kabar | Pedoman |
Sayap pemuda | Pemuda Rakyat |
Ideologi | Sosialisme |
Afiliasi internasional | Konferensi Sosialis Asia |
Warna | Merah |
Lambang pemilu | |
Bintang merah | |
Partai Sosialis Indonesia, disingkat PSI, adalah sebuah partai politik yang pernah ada di Indonesia. Partai ini berhaluan kiri dan menganut ideologi sosialisme.
Sejarah
Cikal bakal PSI adalah Partai Sosialis yang diketuai oleh Amir Syarifuddin dan Partai Rakyat Sosialis (PARAS) yang didirikan oleh Sutan Syahrir yang kemudian bergabung dengan nama Partai Sosialis. Partai Sosialis inilah yang sejak bulan November 1945 sampai pertengahan tahun 1947 menguasai kabinet, yaitu Kabinet Syahrir I, II, dan III serta Kabinet Amir Syarifuddin I dan II.
Ketika terjadi keretakan antara kelompok Syahrir dengan kelompok Amir Syarifuddin, Syahrir memilih untuk membentuk partai baru, yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada tanggal 12 Februari 1948.
Asas
PSI berlandaskan sosialisme yang disandarkan pada ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels untuk menuju masyarakat sosialis yang berdasarkan kerakyatan. Partai ini menentang sistem diktatur proletariat yang diterapkan di Uni Soviet dan negara-negara sosialis lainnya. Sosialisme kerakyatan yang dimaksudkan PSI adalah sosialisme yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dengan mengakui dan menjunjung persamaan derajat setiap manusia yang menghargai pribadi seseorang dalam pikiran serta dalam pelaksanaan sosialisme.
Tokoh
- Lintong Mulia Sitorus, pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSI.
- Djohan Sjahroezah, pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSI.
- Mochtar Lubis, pemimpin surat kabar Indonesia Raya.
- Gunawan Mohamad, sastrawan & pendiri majalah Tempo.
- Rosihan Anwar, pemimpin surat kabar Pedoman
- Sarbini Sumawinata, ekonom kenamaan.
- Siauw Giok Tjhan, aktivis.
- Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa.
- Soemitro Djojohadikusumo, ekonom kenamaan.
- Subadio Sastrosastomo, aktivis yang menikah dengan Maria Ulfah.
- Soedjatmoko, pernah menjabat sebagai Rektor Universitas PBB di Tokyo, Jepang.
- Sugondo Djojopuspito, pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PSI.
- Sutan Mohammad Rasjid, pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Duta Besar Indonesia untuk Italia.
- Sutan Syahrir, pernah menjabat sebagai perdana menteri.
- Sutan Takdir Alisyahbana, sastrawan pelopor Pujangga Baru.
- Y.B. Mangunwijaya , rohaniwan, arsitek & penyair.
- A.M thalib, pengusaha pernah menjabat wakil ketua KADIN pusat.
Parlemen
Partai ini memiliki 14 kursi di DPRS dan memperoleh 5 kursi di DPR hasil Pemilu 1955.[1]
Pembubaran
Pada tahun 1950-an, PSI melalui salah seorang anggotanya, Soemitro Djojohadikusumo, memberi penekanan pada program pembangunan daerah, industri kecil, dan koperasi. Akan tetapi, karena Soemitro mendukung PRRI, PSI dianggap turut serta melawan pemerintah.[1] Pada bulan Agustus 1960, PSI bersama Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno atas pertimbangan Mahkamah Agung melalui Penetapan Presiden No. 7/1960.