Aksayakumara
अक्षयकुमार | |
---|---|
Tokoh Ramayana | |
Nama | Aksayakumara |
Ejaan Dewanagari | अक्षयकुमार |
Ejaan IAST | Akṣayakumāra |
Nama lain | Aksa |
Kitab referensi | Ramayana |
Asal | Kerajaan Alengka |
Ras | raksasa |
Kasta | kesatria |
Senjata | panah |
Wahana | kereta perang |
Ayah | Rahwana |
Dalam wiracarita Ramayana, Aksayakumara (Dewanagari: अक्षयकुमार; IAST: Akṣayakumāra ) (disingkat pula Aksakumara) atau Aksa (Dewanagari: अक्ष; IAST: Akṣa ) adalah seorang raksasa, putra bungsu Rahwana. Ia mahir dalam bertarung dan menggunakan senjata panah. Dalam Ramayana dideskripsikan bahwa Aksayakumara seorang kesatria yang bertarung dengan sportif dan tidak meremehkan lawan.
Aksayakumara dalam Ramayana
Saat Hanoman pergi untuk menemui Dewi Sita yang ditawan di Alengka oleh Rahwana, ia membuat kekacauan di taman Asoka. Mengetahui bahwa taman kesayangannya dirusak oleh seekor wanara, Rahwana mengerahkan tentaranya bersama Aksayakumara untuk menaklukkan wanara tersebut. Dengan menaiki kereta perang yang diperolehnya melalui tapa, Aksayakumara pergi menunaikan tugasnya. Ketika ia melihat Hanoman duduk dengan gagah perkasa di puncak pintu gerbang, Aksayakumara merasa bahwa ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya. Karena sama-sama sakti, Hanoman dan Aksayakumara terlibat dalam duel sengit. Aksayakumara menghujani Hanoman dengan panah tajam, tetapi Hanoman berhasil menangkis serangan Aksayakumara msekipun beberapa anak panah melukai tubuhnya.
Melihat Aksayakumara melakukan perlawanan yang sportif, Hanoman merasa kagum dengan raksasa muda tersebut dan merasa enggan untuk membunuhnya. Namun demi kewajiban, Hanoman menyerang Aksayakumara sehingga keretanya hancur berkeping-keping. Kuda dan kusirnya tidak berkutik. Tanpa kereta, Aksayakumara berdiri di tanah dan melepaskan anak panahnya ke arah Hanoman, tetapi Hanoman mampu berkelit. Setelah pertarungan sengit berlangsung lama, Hanoman meremukkan tulang-tulang Aksayakumara sampai hancur sehingga ia tewas seketika.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, nama Aksayakumara secara harfiah berarti "putra raja yang abadi".