Lompat ke isi

Huan-a

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Huan-a (Hanzi: ; Pe̍h-ōe-jī: hoan-á) adalah sebuah kata dalam Bahasa Hokkien yang berarti orang asing. 番 berarti 'asing', dan 仔 adalah sebuah akhiran untuk kata benda kecil dalam Bahasa Hokkien. Kata ini dapat dianggap merendahkan oleh masyarakat non-Tionghoa di negara tertentu, seperti Taiwan.

Tionghoa Indonesia, Tionghoa Singapura, Tionghoa Filipina, dan Tionghoa Malaysia menggunakan kata ini untuk menyebut masyarakat Asia Tenggara non-Tionghoa.[1] Selama pendudukan Jepang atas Taiwan, masyarakat Jepang disebut sebagai huan-a oleh masyarakat asli Taiwan, dengan geisha disebut sebagai hoan-á-ke (番仔雞, yang berarti "ayam asing") dan istri masyarakat Jepang disebut sebagai hoan-á-chiú-kan (番仔酒矸, yang berarti "botol minuman keras asing").[2] Huan-a kini umum digunakan di Taiwan untuk menyebut pribumi (penduduk asli Taiwan).[3] Di Penang, Malaysia, huan-a digunakan untuk menyebut masyarakat Melayu, sementara ang mo (紅毛) digunakan untuk menyebut orang kulit putih dan keling a (吉零仔) digunakan untuk menyebut orang Asia Selatan (termasuk suku Tamil).[4] Di Filipina, huan-a digunakan oleh Tionghoa Filipina untuk menyebut penduduk asli Filipina.

Pada zaman dahulu, kata ini digunakan oleh Tionghoa Han untuk menyebut penyerbu dari Mongolia. Pada dasarnya, Huan-a berarti "orang asing". Pada kasus lain, kata fan-kui (Hanzi: ; Pinyin: fānguǐ) adalah kata dalam Bahasa Mandarin yang berarti orang asing iblis. 鬼 berarti 'hantu' atau 'iblis'. Frase ini digunakan oleh Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok untuk menyebut masyarakat non-Tionghoa yang berperilaku buruk dan berwatak kasar. [butuh rujukan].

Referensi

  1. ^ Tong, Chee Kiong (2010). Identity and ethnic relations in Southeast AsiaAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Springer. hlm. 231. ISBN 978-90-481-8908-3. 
  2. ^ Huang, Junjie (2006). Taiwan in transformation, 1895-2005. Transaction Publishers. hlm. 164. ISBN 978-0-7658-0311-5. 
  3. ^ Katz, Paul R.; Murray A. Rubinstein (2003). Religion and the formation of Taiwanese identitiesAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Palgrave Macmillan. hlm. 279. 
  4. ^ DeBernardi, Jean Elizabeth (1 April 2009). Penang: rites of belonging in a Malaysian Chinese community. National University of Singapore Press. hlm. 262. ISBN 978-9971-69-416-6.