Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan yang terletak di:
- https://www.mahadalyjakarta.com/kejayaan-kesultanan-banten-pada-masa-sultan-ageng-tirtayasa/
atau pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
- Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
- Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
- Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
- Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
- berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
- Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
- Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.
Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus
- Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
- Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
- Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
- Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
- Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.
Perang saudara Banten merupakan perang besar yang mengakibatkan jatuhnya Kesultanan Banten dan takluknya Kesultanan Banten kepada VOC.
Serangan Sultan Ageng
Pada tanggal 27 Februari 1682, pecah perang antara ayah dan anak.
pasukan Sultan Ageng menyerang Belanda untuk mengepung Sultan Haji yang menduduki istana Surasowan.
Dalam waktu singkat, pasukan Sultan Ageng dapat menguasai istana Surasowan. Sultan Haji segera dilindungi oleh Jacob de Roy dan dibawa ke Loji milik VOC. Di bawah pimpinan Kapten Sloot dan W. Caeff, pasukan Sultan Haji bersamasama dengan pasukan VOC mempertahankan loji itu dari kepungan pasukan Sultan Ageng.
Akibat perlawanan yang sangat kuat dari Sultan Ageng, bantuan militer yang dikirim dari Batavia tidak dapat mendarat di Banten. Bantuan militer yang lebih besar segera dikirim dari Batavia dengan syarat Sultan Haji akan memberi hak monopoli kepada VOC di Banten. Sultan Haji menyetujui syarat itu. Pada tanggal 7 April 1682 bantuan Kompeni yang dijanjikan itu datang dengan kekuatan besar membalas serangan Sultan Ageng
Serangan balik dari VOC-Haji
dengan melakukan penyerangan ke Keraton Surasowan dan benteng istana Tirtayasa di bawah pimpinan Francois Tack dan De Saint Martin.Pasukan ini berhasil membebaskan loji dari kepungan Sultan Ageng. Sultan Ageng terus melakukan perlawanan hebat. Ia dengan gigih meneruskan perjuangannya, dibantu oleh pasukan Makassar, Bali, dan Melayu. Markas besar pasukannya berada di Margasana.
Serangan pasukan Kompeni di bawah pimpinan Jonker, St. Martin, dan Tack berhasil mendesak barisan Banten. Margasana pun dapat diduduki. Kacarabuan dan Tangerang juga dapat dikuasai oleh Kompeni.
Sultan Ageng kemudian mengundurkan diri ke Tirtayasa yang dijadikan pusat pertahanannya.
Jatuhnya Tirtayasa
Serangan umum dimulai dari daerah pantai menuju Tanara dan Tangkurak. Pada tanggal 28 Desember 1682 pasukan Jonker, Tack, dan Michielsz menyerang Pontang, Tanara, dan Tirtayasa serta membakarnya. Ledakan-ledakan dan pembakaran menghancurkan Keraton Tirtayasa. Akan tetapi, Sultan Ageng berhasil menyelamatkan diri ke pedalaman. Pangeran Arya Purbaya juga berhasil lolos dengan selamat dengan terlebih dahulu membakar benteng dan keratonnya.
Pihak Kompeni berusaha untuk mencari Sultan Ageng dan membujuknya untuk
menghentikan perlawanan dan turun ke Banten. Sultan Haji mengutus 52 orang
keluarganya untuk menjemput ayahnya, sebagai tipu daya menangkap ayahnya
di Ketos.
Pada malam menjelang 14 Maret 1683, terjadi penghianatan putranya
sendiri yang berkerja sama dengan Belanda, namun Pangeran Arya Purbaya
berhasil lolos, Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai ia
meninggal tahun 1692.
Akhir Pertempuran
Banten dipimpin Sultan Haji namun dibawah kekuasaan tangan Belanda. Dan setelah wafatnya Sultan Haji, Banten sepenuhnya dikuasai oleh Hindia Belanda. Sehingga pengangkatan Sultan harus mendapat persetujuan Gubenur Jendral Hindia Belanda. Akhirnya, Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya dipilih sebagai pengganti Sultan Haji.
Referensi