Lompat ke isi

Perang Saudara Banten (1682)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang saudara Banten merupakan perang besar yang mengakibatkan jatuhnya Kesultanan Banten dan takluknya Kesultanan Banten kepada VOC.

Perang Saudara Banten (1682)
Tanggal1680-1682
LokasiKesultanan Banten, Indonesia
Hasil

Kemenangan VOC-Haji

Pihak terlibat
 Netherlands
Sekutu Sultan Haji
Kesultanan Banten Kesultanan Banten
Sekutu Sultan Tirtayasa
Tokoh dan pemimpin
Sultan Haji
Rijcklof van Goens
François Tack
W. Caeff
Jacob De Roy
Kesultanan Banten Sultan Ageng Tirtayasa (POW)
Kesultanan Banten Pangeran Purbaya
Kesultanan Banten Yusuf Al-Makassari

Serangan Sultan Ageng

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 27 Februari 1682, pecah perang antara ayah dan anak.

pasukan Sultan Ageng menyerang Belanda untuk mengepung Sultan Haji yang menduduki istana Surasowan.

Dalam waktu singkat, pasukan Sultan Ageng dapat menguasai istana Surasowan. Sultan Haji segera dilindungi oleh Jacob de Roy dan dibawa ke Loji milik VOC. Di bawah pimpinan Kapten Sloot dan W. Caeff, pasukan Sultan Haji bersamasama dengan pasukan VOC mempertahankan loji itu dari kepungan pasukan Sultan Ageng. Akibat perlawanan yang sangat kuat dari Sultan Ageng, bantuan militer yang dikirim dari Batavia tidak dapat mendarat di Banten. Bantuan militer yang lebih besar segera dikirim dari Batavia dengan syarat Sultan Haji akan memberi hak monopoli kepada VOC di Banten. Sultan Haji menyetujui syarat itu. Pada tanggal 7 April 1682 bantuan Kompeni yang dijanjikan itu datang dengan kekuatan besar membalas serangan Sultan Ageng

Serangan balik dari VOC-Haji

[sunting | sunting sumber]

dengan melakukan penyerangan ke Keraton Surasowan dan benteng istana Tirtayasa di bawah pimpinan Francois Tack dan De Saint Martin.Pasukan ini berhasil membebaskan loji dari kepungan Sultan Ageng. Sultan Ageng terus melakukan perlawanan hebat. Ia dengan gigih meneruskan perjuangannya, dibantu oleh pasukan Makassar, Bali, dan Melayu. Markas besar pasukannya berada di Margasana.

Serangan pasukan Kompeni di bawah pimpinan Jonker, St. Martin, dan Tack berhasil mendesak barisan Banten. Margasana pun dapat diduduki. Kacarabuan dan Tangerang juga dapat dikuasai oleh Kompeni.

Sultan Ageng kemudian mengundurkan diri ke Tirtayasa yang dijadikan pusat pertahanannya.

Jatuhnya Tirtayasa

[sunting | sunting sumber]

Serangan umum dimulai dari daerah pantai menuju Tanara dan Tangkurak. Pada tanggal 28 Desember 1682 pasukan Jonker, Tack, dan Michielsz menyerang Pontang, Tanara, dan Tirtayasa serta membakarnya. Ledakan-ledakan dan pembakaran menghancurkan Keraton Tirtayasa. Akan tetapi, Sultan Ageng berhasil menyelamatkan diri ke pedalaman. Pangeran Arya Purbaya juga berhasil lolos dengan selamat dengan terlebih dahulu membakar benteng dan keratonnya. Pihak Kompeni berusaha untuk mencari Sultan Ageng dan membujuknya untuk menghentikan perlawanan dan turun ke Banten. Sultan Haji mengutus 52 orang keluarganya untuk menjemput ayahnya, sebagai tipu daya menangkap ayahnya di Ketos. Pada malam menjelang 14 Maret 1683, terjadi penghianatan putranya sendiri yang berkerja sama dengan Belanda, namun Pangeran Arya Purbaya berhasil lolos, Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai ia meninggal tahun 1692.

Akhir Pertempuran

[sunting | sunting sumber]

Banten dipimpin Sultan Haji namun dibawah kekuasaan tangan Belanda. Dan setelah wafatnya Sultan Haji, Banten sepenuhnya dikuasai oleh Hindia Belanda. Sehingga pengangkatan Sultan harus mendapat persetujuan Gubenur Jendral Hindia Belanda. Akhirnya, Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya dipilih sebagai pengganti Sultan Haji.

Referensi

[sunting | sunting sumber]