Lompat ke isi

Maulana Ibrohim Asmoroqondi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
As-Syekh Sayyid Ibrahim Zainuddin As - Samarqandy
GelarSunan Tuban
Nasabbin Jamaluddin Akbar
NisbahAs - Samarqandy
LahirSamarkand, Kekaisaran Timuriyah
Meninggal1425
Tuban, Kerajaan Majapahit
Dimakamkan diGesikharjo, Palang, Tuban
Nama lainIbrahim Asmorokondi
Kebangsaan- Kekaisaran Timuriyah

- Kesultanan Champa

- Kerajaan Majapahit
FirkahSunni
Murid dariSyekh Jumadil Qubro, Guru-gurunya
Istri
  • Dewi Candrawulan
Keturunan
Orang tuaJamaluddin Akbar (ayah)
Fatimah (ibu)

Syekh Ibrahim Zainuddin As - Samarqandy merupakan Ulama' asal Negeri Champa. Beliau adalah Putra dari Sayyid Jamaluddin Akbar dan Fatimah.

Diantara Putranya yang masyhur adalah Sunan Lembayung dan Sunan Ampel yang lahir dari istrinya yang bernama Dewi Candrawulan.

Dalam Babat Tanah Jawi disebutkan bahwa Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi datang ke Jawa pada abad ke-14 M dan mendarat di Pelabuhan Bandar Tuban.

Di masa itu, Bandar Tuban menjadi salah satu pelabuhan utama bagi Kerajaan Majapahit. Sebab itu, kedatangannya penuh kehati-hatian. Kemudian dia tinggal di wilayah yang tak jauh dari pelabuhan, tepatnya di Dusun Gesik.

Tujuannya datang ke Jawa ialah untuk bertemu Raja Majapahit yang menikahi adik istrinya, Dewi Dwarawati. Namun, setibanya di Gesik, dia juga berdakwah mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat.

Tak lama setelah menyebarkan agama Islam, Maulana Ibrahim Asmoro Qondi wafat dan dimakamkan di Dusun Gesik.

Syekh Maulana Ibrahim dari tanah Arab, berkelana ke Kerajaan Champa. Kemudian, diambil menantu oleh Raja Kiyan ( Raja Champa ) dan Menikah dengan Retna Dyah Asmara ( Dewi Candrawulan ), menurunkan dua orang putra nama Raden Santri 'Ali ( Sunan Lembayung ) dan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ), selanjutnya dipersaudarakan dengan cucu raja bernama Raden 'Alim Abu Hurerah, serta sama-sama diajarkan agama islam oleh Syekh Maulana Ibrahim.

Diceritakan ketiga putra itu hendak pergi ke tanah Jawa. Ketiga putra selanjutnya pergi dengan menumpang kapal dagang, tatkala di lautan kapal terkena musibah. Ketiga putra selamat mendarat di tanah Kamboja.

Ketiga putra melanjutkan pelayaran, namun mampir terlebih dahulu di Palembang bertemu dengan Arya Damar yang menjadi Pembesarnya. Kala itu istri Arya Damar yang bernama Retna Subanci adalah merupakan putri Raja Cina, selir yang telah mengandung dari Sri Brawijaya ( Kertabhumi ) Majapahit yang dipasrahkan kepada Arya Damar.

Sang Putri melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Raden Praba, serta oleh ketiga putra diberi nama Raden Patah, Raden Kasan ialah sama dengan Raden Yusuf. Diceritakan Arya Damar dan istri serta semua wadyabalanya kemudian masuk islam.

kemudian ketiga putra melanjutkan perjalanan berlayar ke Pulau Jawa. Mereka bertiga sudah datang di tanah Majapahit bertemu dengan Patih Gajah Mada, kemudian dihadapkan kepada Raja.

Ketiga putra menghaturkan permohonan semoga Sang Prabu mau masuk agama islam, tetapi Sri Narendra tidak mau mengikuti ajakannya, karena masih menganut agama leluhur. Hanya Sang Prameswari Dwarawati yang mau masuk agama islam, ketiga putra kemudian dinikahkan, mereka mendapatkan jodoh putri dari Arya Teja Tuban.

selanjutnya ketiga putra dipasrahkan kepada Arya Lembusura di Surabaya. Setelah diterima, tak lama kemudian Raden Santri Ali diangkat Imam di Gresik dengan nama Raja Pandita Ali Murtala, Radèn Rahmat dinobatkan menjadi Imam di Surabaya, bertempat tinggal di Ampel Denta dengan julukan Pangeran Katib nama Susuhunan Ampel Denta. Maka, pada masa itu mulailah adanya wali di Pulau Jawa, adapun Raden Alim Abu Hurerah ditempatkan di Majagung dengan nama Susuhunan Alim atau Susuhunan Majagung.

Pemakaman

[sunting | sunting sumber]

Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi terletak di Dusun Gesikharjo, Desa Gesik, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Serat walisana(Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo.

Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press Pasuruan 2020.