Sungai Enim
Sungai Enim terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Aliran sungainya dari hulu hingga hilir berada di wilayah Kabupaten Muara Enim.[1]
Sungai Enim merupakan anak dari Sungai Lematang.
Hulu
[sunting | sunting sumber]Sungai Enim menjadi muara dari banyak anak sungai yang semuanya bersumber dari pegunungan Bukit Barisan. Salah satu sumber mata airnya berasal dari Danau Tumutan Tujuh yang berada di Gunung Patah.[2]
Daerah Aliran
[sunting | sunting sumber]Aliran Sungai Enim dari hulu hingga hilir berada di Kabupaten Muara Enim.
Berikut kecamatan-kecamatan di Kabupaten Muara Enim yang dilalui Sungai Enim berdasarkan urutan dari kawasan hulu ke kawasan hilir:
- Kecamatan Semende Darat Ulu
- Kecamatan Semende Darat Tengah
- Kecamatan Semende Darat Laut
- Kecamatan Panang Enim (kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Tanjung Agung)
- Kecamatan Tanjung Agung
- Kecamatan Lawang Kidul
- Kecamatan Muara Enim
Di tepian aliran Sungai Enim, tepatnya di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, terdapat lokasi tambang batu bara milik perusahaan pertambangan BUMN, yakni PT Bukit Asam Tbk.
Muara
[sunting | sunting sumber]Sungai Enim bermuara ke Sungai Lematang. Lokasi muaranya dijuluki "Muara Enim". Dahulu, daerah pertemuan Sungai Enim dan Sungai Lematang merupakan daerah yang cukup ramai karena saat itu sungainya dapat dilayari kapal-kapal roda lambung (disebut juga kapal marrie) yang menghubungkan Palembang dengan daerah-daerah pedalaman. Kapal-kapal tersebut berlayar dengan membawa aneka hasil bumi, utamanya karet dan kopi, untuk diperdagangkan.[3] Karena lokasinya yang strategis itulah lambat laun daerah sekitar muara Sungai Enim berkembang menjadi kota kecil dan pusat pemerintahan setingkat kabupaten. Nama "Muara Enim" yang awalnya digunakan untuk menyebut daerah sekitar muara Sungai Enim kini meluas menjadi nama resmi sebuah kabupaten yang sebelumnya bernama Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah.[4]
Muara Sungai Enim kini berada di wilayah Kelurahan Muara Enim, Kecamatan Muara Enim. Di sekitarnya berdiri berbagai bangunan kantor pemerintahan kabupaten. Meskipun sungainya sudah tidak bisa dilayari kapal roda lambung akibat pendangkalan sungai, kawasan hilir Sungai Enim masih menjadi daerah yang ramai hingga kini. Kecamatan Muara Enim sebagai ibukota kabupaten tercatat sebagai kecamatan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk tertinggi se-Kabupaten Muara Enim, disusul kemudian oleh Kecamatan Lawang Kidul.[5]
Sedangkan Sungai Lematang yang menjadi muara Sungai Enim merupakan anak dari Sungai Musi dan menjadi salah satu dari delapan sub Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS) Musi.[6] Sungai Lematang juga dikenal sebagai Batanghari Sembilan, atau sembilan sungai besar yang mengalir di Sumatera Selatan.
Pemanfaatan Sungai
[sunting | sunting sumber]- Sumber air baku PDAM Lematang Enim, Kabupaten Muara Enim
- Objek wisata Air Terjun Bedegung (dikenal juga dengan nama Curup Tenang) di Desa Bedegung, Kecamatan Panang Enim
- Objek wisata Lubuk Putih di Desa Seleman, Kecamatan Tanjung Agung
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
- Daftar daerah aliran sungai di Indonesia
- Irigasi Premium
- Wilayah sungai
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (2007). Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Muara Enim. hlm. 11 (Bab II).
- ^ Wijaya, Taufik (2 April 2019). "Menjalankan Amanat Leluhur, Suku Basemah Jaga Hutan Adat Sumber Mata Air". Mongabay Indonesia. Diakses tanggal 12 Mei 2020.
- ^ Oskandar, Dudy (14 November 2019). "Kapal Roda Lambung di Sumsel Era 1800". Palpres Online. Diakses tanggal 17 Mei 2020.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Kabupaten Muara Enim". Sumselprov.Go.Id (Portal Resmi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan). Diakses tanggal 18 Mei 2020. [pranala nonaktif permanen]
- ^ "Keadaan Demografi Kabupaten Muara Enim". Muara Enim Kab.Go.Id (Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Muara Enim). Diakses tanggal 17 Mei 2020.
- ^ Supardi, Ahmad dan Taufik Wijaya (28 Juni 2019). "Kejayaan Bahari dan Kesadaran yang Hilang Merawat Sungai Musi". Mongabay Indonesia. Diakses tanggal 13 Mei 2020.