Travis Hirschi
Travis Hirschi (1935-sekarang) adalah seorang pemikir sosiologis asal Amerika yang mengembangkan teori kontrol sosial atau social bond theory dalam menanggapi banyak terjadinya kenakalan dan tindakan-tindakan kejahatan di Amerika yang dilakukan oleh anak-anak muda.[1] Saat menempuh pendidikan di Berkeley, ia mulai tertarik dengan pemikiran Thomas Hobbes, dan Emile Durkheim, dalam persoalan sifat-sifat manusia dan persoalan kriminalitas atau tindakan-tindakan kejahatan.[2] Pertemuan dengan seorang peneliti bernama Hanan Selvin merupakan langkah awal Travis Hirschi dalam menekuni bidang kriminologi, sehingga di kalangan sarjana Amerika, Travis Hirschi lebih dikenal sebagai seorang kriminolog.[2]
Kehidupan dan karier
[sunting | sunting sumber]Pada 15 April 1935, Travis Hirschi lahir di Rockville, Utah.[2] Masa muda dihabiskan oleh Travis Hirschi di Utah, hal itu dimanfaatkannya dengan perolehan gelar Sarjana Muda di bidang sosiologi dan sejarah pada tahun 1957 dan memperoleh gelar Magister di bidang sosiologi dan ilmu psikologi pada tahun 1985, saat ia menempuh studi di University of Utah.[2] Proses pendidikannya di bidang akademis sempat terhenti saat ia harus mengikuti wajib militer pada tahun 1958 dan menghabiskan dua tahun kemudiannya di bagian analisis data untuk US Army.[2] Setelah mengikuti masa wajib militer selama itu, ia kembali melanjutkan pendidikannya untuk memperoleh gelar Doktoral dalam bidang sosiologi, di University of California, Berkeley dan menyelesaikan pendidikannya itu pada tahun 1968.[1] Selanjutnya ia menerima tawaran sebagai asisten profesor di departemen sosiologi University of Washington, Seattle.[2] Pada tahun 1981, ia mengajar di beberapa universitas, sebelum akhirnya bergabung dengan University of Arizona untuk menjadi pengajar di sana.[1]
Konteks Sosial Amerika Tahun 1960-an
[sunting | sunting sumber]Tahun 1960-an merupakan tahun-tahun yang menarik sekaligus mencekam bagi masyarakat Amerika maupun catatan sejarahnya, karena pada masa itulah muncul pemikiran-pemikiran yang beragam mengenai tindak kejahatan, karena banyak terjadi benturan antara nilai dan norma sosial Amerika yang diberlakukan pada masa itu.[3] Pada masa inilah juga muncul perselisihan di antara sesama masyarakat, seperti keterlibatan Polisi saat mengusir para demonstran sipil Amerika di bagian Selatan dengan menggunakan anjing-anjing pelacak dan menyemprotkan gas-gas air mata kepada mereka.[3] Tindakan itu adalah satu dari banyaknya kasus kriminal di Amerika tahun 1960-an, sehingga pada tahun itulah juga mulai banyak pemikiran-pemikiran mengenai kontrol terhadap tindakan-tindakan kriminal, baik dari sudut pandang etika kelompok dan pengaruhnya di dalam sistem peradilan anak-anak muda, baik sorotan awal teori pembelajaran sosial, baik munculnya pemilihan perspektif rasional, hingga munculnya teori disintegrasi sosial.[3] Pada masa inilah juga, masyarakat Amerika diliputi dengan pelbagai kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda dan pelaku konkretnya ialah anak-anak muda yang bermasalah di dalam keluarga.[4] Anak-anak muda yang bermasalah itu, dibiarkan hidup di jalanan oleh keluarga mereka, namun institusi yang terkait dengan persoalan itu juga terlibat untuk mengembalikan mereka ke lingkungan yang lebih bermoral.[4] Upaya institusi itu dalam perkembangannya ditopang oleh beberapa peneliti yang melakukan penelitian mengenai persoalan, "apakah memang hanya di dalam keluarga sajalah yang membuat anak-anak muda ini menjadi bermasalah dan membuat masalah?." Beberapa kriminolog berhasil menemukan dasar lain yang membuat anak-anak muda ini menjadi bermasalah dan membuat masalah, satu yang penting ialah bahwa tindakan kriminal itu tidak hanya karena persoalan relasi di dalam keluarga, tetapi dari adanya kultur penyimpangan dan adanya interaksi yang simbolis, namun saling mempengaruhi.[4] Berdasarkan konteks sosial Amerika pada tahun 1960-an tersebut, makan Travis Hirschi merumuskan teori kontrol sosial sebagai reaksi atas kriminalitas yang meningkat di Amerika masa itu.[3]
Teori Kontrol dan Travis Hirschi
[sunting | sunting sumber]Ide utama di belakang teori kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial.[5] Teori ini dibangunnya berdasarkan pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh terhadap hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum.[5] Oleh karena itu, para ahli teori kontrol menilai perilaku menyimpang merupakan konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mentaati hukum. Dalam konteks ini, teori kontrol sosial sejajar dengan teori konformitas.[5] Salah satu ahli yang mengembangkan teori ini adalah Travis Hirschi.[5] Ia mengajukan beberapa proposisi teoretisnya, yaitu:
- Segala bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan sosial adalah akibat dari kegagalan mensosialisasi individu warga masyarakat untuk bertindak teratur terhadap aturan atau tata tertib yang ada.[5]
- Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap teratur, seperti: keluarga, sekolah atau departemen pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya.[5]
- Setiap individu seharusnya belajar untuk teratur dan tidak melakukan tindakan penyimpangan atau kriminal.[5]
- Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal.[5]
Lebih lanjut Travis Hirschi memetakan empat unsur utama di dalam kontrol sosial internal yang terkandung di dalam proposisinya, yaitu attachment (kasih sayang), commitment (tanggung jawab), involvement (keterlibatan atau partisipasi), dan believe (kepercayaan atau keyakinan).[5] Empat unsur utama itu di dalam peta pemikiran Trischi dinamakan social bonds yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku individu.[5] Keempat unsur utama itu dijelaskan sebagai berikut:
- Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam kelompok primernya (misalnya: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk patuh terhadap aturan.[5]
- Commitment atau tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan kerangka kesadaran mengenai masa depan.[5] Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.[5]
- Involvement atau keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku partisipatif dan terlibat di dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat.[5] Intensitas keterlibatan seseorang terhadap aktivitas-aktivitas normatif konvensional dengan sendirinya akan mengurangi peluang seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum.[5]
- Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial atau aturan masyarakat akhirnya akan tertanam kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah self-enforcing dan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c "Travis Hirschi"..
- ^ a b c d e f "Travis Hirschi"..
- ^ a b c d (Inggris)Hirschi, Travis. 1969. Causes of deliquency. Berkeley: University of California Press. Hal. 55-69.
- ^ a b c (Inggris)Empey, LaMar. 1982. American Deliquency: It's meaning and construction. Homewood: The Dorsey Press. Hal. 263-278.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Indonesia)Narwoko, Dwi, dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media. Hal. 96-97.