Lompat ke isi

Berbek, Nganjuk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berbek
Pendopo dan Alun-alun Berbek
Pendopo dan Alun-alun Berbek
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenNganjuk
Pemerintahan
 • CamatArdiansyah Winardi, S.STP. M.Si
Populasi
 • Total60.550 jiwa
Kode Kemendagri35.18.03 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3518030 Edit nilai pada Wikidata
Luas48,30 km²
Desa/kelurahan19
Peta
PetaKoordinat: 7°38′46″S 111°51′3″E / 7.64611°S 111.85083°E / -7.64611; 111.85083

Berbek adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk. Berbek dulunya merupakan pusat dari Kabupaten Berbek yang merupakan cikal bakal dari Kabupaten Nganjuk modern. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Berbek ke Nganjuk di tahun 1880 pada masa kolonial Belanda setelah Stasiun Nganjuk selesai dibangun. Hal tersebut membuat Berbek memiliki banyak bangunan dengan nilai historis yang tinggi seperti alun-alun dan pendopo Berbek, Masjid Al-Mubarok, hingga Kompleks Makam Kanjeng Jimat yang merupakan bupati pertama Nganjuk.[1][2][3][4]

Batas wilayah kecamatan Berbek adalah:

Utara Kecamatan Bagor dan Kecamatan Nganjuk
Timur Kecamatan Loceret
Selatan Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Ngetos
Barat Kecamatan Wilangan

Daftar desa dan dusun

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Berbek terdiri dari 19 desa yang dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:

No. Nama Desa Nama Dusun atau Dukuh Ref
1 Balongrejo Balongan, Kacangan, Kalen, Patihan, Tanggungan [2]
2 Bendungrejo Bendungrejo, Ngrambe, Pulerejo, Sambirobyong [2]
3 Berbek Berbek, Bendil, Budug, Kedungpadas, Kedusan, Semanding, Semi, Wonotakan [2]
4 Bulu Bulu, Bedug, Kalianjok, Tawing [2]
5 Cepoko Cepoko, Bayeman, Kedungampel, Ngubaran, Sangkal Putung, Tahunan [2]
6 Grojogan Grojogan, Bareng, Bringkil, Dukuhan, Jegles, Pilangbangu, Tawing [2][5]
7 Kacangan Kacangan, Gerekan, Kampung Dalem, Kolekturan, Poncopuran [2]
8 Maguan Maguan, Dayaan Kerep, Jegles, Klampisan, Nglentreng [2]
9 Mlilir Krajan, Gayu [2]
10 Ngrawan Ngrawan, Dukuhan, Mangkang [2]
11 Patranrejo Patran, Pugruk, Tempel [2]
12 Salamrojo Dukuhan, Ledok, Geneng, Kalitunggak, Mruntus, Setono [2]
13 Semare Semare, Bantengan, Jetis, Kedungwaru, Semare Wetan [2]
14 Sendangbumen Bujel, Bumen, Jabon, Katogan, Ngadi, Plagri Lor, Plagri Kidul, Pilangbangu, Pogalan, Telogorejo [6]
15 Sengkut Sengkut, Cengkong, Juritan [2]
16 Sonopatik Jamusan, Jlumpang, Pacar, Patik, Patik Kulon, Pelem, Pilang, Sono [2]
17 Sumberurip Brayung, Bujel, Kandangan, Kedung Tengkek, Pengkol, Sembung, Tirip [2]
18 Sumberwindu Sumberwindu, Betek, Gerih [2]
19 Tiripan Tiripan, Dukuhan, Kanten, Karo'an, Sudimoro [2]

Kadipaten Berbek bersama-sama dengan Kadipaten Pace dan Kadipaten Nganjuk tercatat pernah menjadi bawahan dari Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai wilayah mancanagara brang wetan setelah adanya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.[butuh rujukan]

Makam keramat Bupati Nganjuk Pertama Kanjeng Jimat di Berbek

Masuk Wilayah Yogyakarta Pada tahun 1812, menurut arsip Keraton Yogyakarta dan beberapa catatan lain yang telah diteliti, wilayah Kadipaten Berbek (diperkirakan juga meliputi Kadipaten Godean/Pace) telah masuk ke dalam wilayah mancanagara brang wetan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada arsip dan catatan yang dimaksud disebutkan bahwa telah dilantik seorang Adipati Berbek yang bernama Kanjeng Raden Tumenggung Sasrakusuma yang oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nganjuk modern dikenal dengan sebutan "Kanjeng Jimat" sebagai "Adipati pertama Berbek". Rupanya anggapan bahwa KRT. Sasrakusuma merupakan adipati "pertama" tersebut mengacu pada catatan di atas, yang secara logis dapat dianggap bahwa beliau memanglah adipati pertama Berbek pada era Yogyakarta. KRT. Sasrakusuma sendiri merupakan kerabat Keraton Yogyakarta yang diperkirakan berasal dari daerah Grobogan yang kemudian karena kecakapannya ditunjuk oleh Ngarsa Dalem Sultan Hamengkubuwana II untuk memimpin Kadipaten Berbek agar kembali stabil pascakonflik di mancanagara brang wetan berupa upaya pemberontakan yang dipimpin oleh Adipati Madiun, Raden Rangga Prawiradirja III dan Raden Tumenggung Sumanegara, Adipati Jipang (Bojonegoro).[butuh rujukan]

Pasca-Perang Jawa Kekalahan pihak Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa tahun 1830, membuat Kasultanan kehilangan banyak wilayahnya, termasuk Mancanagara Brang Wetan, yang di dalamnya terdapat Kadipaten Berbek. Sejak saat itu wilayah Berbek berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan dipimpin oleh seorang Bupati (regent) dengan dibantu oleh seorang Asisten Residen.[butuh rujukan]

Pada peta buatan belanda dengan judul "Kaart van de Residentie Kediri, te zamengesteld door P. Baron Melvill van Carnbee" tahun 1885, Berbek merupakan wilayah berstatus regentschappen yang wilayahnya bertambah luas jika dibandingkan saat masih menjadi bagian Mataram ataupun Ngayogyakarta. Hal ini dikarenakan adanya penyatuan wilayah Kadipaten Berbek dengan dua bekas wilayah mancanagara Ngayogyakarta lain, yaitu Kadipaten Godean, dan Kadipaten Kertasana, serta satu bekas wilayah mancanagara Surakarta menjadi satu kesatuan dengan nama Regentschap/Kabupaten Berbek. Penyatuan tersebut terjadi setelah Perjanjian Sepreh yang membuat Belanda berhak mengatur wilayah mancanagara brang wetan Ngayogyakarta dan Surakarta. Pada peta buatan belanda dengan judul "Kaart van de Residentie Kediri" terbitan Topographisch Bureau (Batavia) tahun 1891, wilayah Berbek menjadi lebih kecil setelah Belanda memasukkan Districten Papar ke dalam Regentschap Kediri. Pada tahun ini pusat pemerintahan Berbek sudah berada di Nganjuk, tetapi nama regentschap masih masih Regentschap Berbek. Perpindahan pusat pemerintahan Berbek ini terjadi pada tahun 1880. Pada sebuah foto koleksi Museum Wereldculturen Belanda yang berjudul "Groepsportret ter gelegenheid van het tien jarig jubileum van het Regentschap in Nganjuk" yang diambil pada 2 Februari 1939 menunjukkan foto bersama perayaan hari jadi Kabupaten Nganjuk yang ke-10, itu artinya Regentschap Berbek baru berubah nama menjadi Regentschap Nganjuk pada tahun 1929.[butuh rujukan]

Mayoritas masyarakat Berbek berprofesi sebagai petani, pedagang, dan pegawai. Roda perekonomian Berbek didukung dengan adanya pasar tradisional, seperti Pasar Kliwon Berbek, serta Pasar Hewan Kliwon Berbek yang terletak di ibukota kecamatan, serta pasar-pasar desa, seperti Pasar Pengkol, Desa Sumberurip.[butuh rujukan]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa sekolah dasar di setiap desa di Berbek, dan beberapa sekolah menengah di tingkat kecamatan seperti,

  • SMA Negeri 1 Berbek
  • SMP Negeri 1 Berbek
  • SMP Negeri 2 Berbek
  • MTs Negeri 7 Nganjuk
  • SMK Muhammadiyah Berbek
  • SMK Baitul Atieq
  • MA At-Taqwa

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Transportasi Umum

[sunting | sunting sumber]

Berbek dilintasi oleh trayek Angkutan Pedesaan Nganjuk - Sawahan, dan memiliki terminal Angdes sendiri di Ibukota Kecamatan.

Transportasi Tradisional dan Wisata

[sunting | sunting sumber]

Berbek mempunyai alat transportasi tradisional yaitu Dokar yang juga dapat melayani tur wisata ke beberapa tempat wisata di Berbek dan sekitarnya, seperti Monumen Dr. Soetomo, Ngepeh dsb. Pangkalan atau Koplakan Dokar di Berbek berada di Pasar Kliwon Berbek.

Transportasi Pelajar

[sunting | sunting sumber]

Berbek dilintasi beberapa rute Angkutan Sekolah Gratis Kabupaten Nganjuk untuk transportasi para pelajar Berbek menuju ke sekolah masing-masing. Bus atau Minibus yang melintasi Berbek berasal dari rute-rute dengan start dari Sawahan, Kuncir, dan Berbek sendiri.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]
Masjid Al-Mubarok Berbek

Wisata Sejarah dan Religi

[sunting | sunting sumber]
  • Kompleks Alun-alun Berbek, Kompleks Alun-alun dan Pendapa Kabupaten Berbek pada masanya.
  • Masjid Besar Al-Mubaarok, Masjid Kabupaten Berbek pada masanya yang dibangun pada tahun 1745 Masehi oleh KRT. Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat), Bupati pertama Berbek.
  • Kompleks Makam Kanjeng Jimat, tempat peristirahatan terakhir KRT. Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat), Bupati pertama Berbek dan beberapa bangsawan Jawa lain seperti, Bupati Godean, dan kerabat-kerabat lain.
  • Kompleks Makam Pangeran Singosari, Tempat peristirahatan terakhir Pangeran Singosari, Bupati-bupati Berbek, dan kerabat bangsawan lain.
  • Masjid Kyai Bandungan, Masjid tertua di Berbek yang terletak di Desa Bendungrejo

Wisata Kuliner

[sunting | sunting sumber]
  • Nasi Pecel Pincuk, Nasi Pecel yang disajikan di wadah daun bernama pincuk bersama dengan Sambal Tumpang dan Dendeng Ragi. Dapat ditemukan di Ibukota Kecamatan pada pagi dan malam hari
  • Tahu Lontong, sajian yang terdiri dari Lontong dan Tahu Goreng yang disiram saus kacang kecap, lalu ditaburi dengan seledri dan bawang goreng. Makanan ini dulunya biasa dijual di pikulan, namun sekarang banyak dijual di kedai kedai sekitar Pasar Kliwon Berbek pada malam hari.

Wisata Tradisi

[sunting | sunting sumber]
Interior Masjid Al-Mubarok Berbek
  • Grebeg Sura, perayaan tahun baru Jawa dan Islam
  • Pawai Alegoris Hari Jadi Nganjuk, juga biasa disebut "Kirab Boyongan" untuk memperingati hari jadi dan perpindahan ibukota Kabupaten Nganjuk yang dulu berada di Berbek, Pawai ini biasa digelar pada tanggal 9 April setiap tahunnya, dengan diikuti rangkaian dua Kereta Kuda pembawa pusaka yang juga dinaiki oleh Bupati dan Wakil Bupati, puluhan Dokar hias, dan puluhan becak hias yang dinaiki oleh fokompimda Kabupaten Nganjuk. Pawai ini mengambil start di Alun-alun Berbek dan finis di Pendapa Kabupaten Nganjuk

Wisata Belanja

[sunting | sunting sumber]

Potensi Masyarakat

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 25 Juli 2024. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Kabupaten Nganjuk Dalam Angka 2010. Nganjuk: BPS Kabupaten Nganjuk. 2010-11-09. 
  3. ^ "Pakaian Lurik Warnai Boyong Nata Praja dan Sedekah Bumi Kabupaten Nganjuk". kominfo.jatimprov.go.id. Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2024-06-10. 
  4. ^ Depy Tri Budi Siswanto; Siska Nurazizah Lestari (2018). "Afdeeling Berbek Pasca Pemindahan Ibukota: Tinjauan Historis Perkembangan Nganjuk sebagai Pusat Pemerintahan Baru, 1880-1901". MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial. Universitas Islam Sumatera Utara. 2 (1). 
  5. ^ Muji Hartono (2019-09-12). "Ternyata ini Cikal Bakal Desa Grojogan". www.koranmemo.com. 
  6. ^ Elfada Adella Hidayat (2020). "RELIGIUSITAS MASYARAKAT PROLETAR PADA ARAS LOKAL (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Sendangbumen Kecamatan Berbek Nganjuk)". Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.