Brinkmanship
Brinkmanship (atau brinksmanship) adalah tindakan mendorong suatu keadaan berbahaya ke ambang kehancuran demi meraih keuntungan sebesar-besarnya. Brinkmanship diterapkan dalam politik internasional, kebijakan luar negeri, hubungan tenaga kerja, dan strategi militer yang melibatkan ancaman senjata nuklir, dan tuntutan hukum tingkat tinggi.
Tindakan mendorong sebuah keadaan sampai ke ambang konflik baru berhasil apabila pihak musuh dapat dipaksa mundur dan memenuhi keinginan lawannya. Keberhasilan ini dapat dicapai melalui manuver diplomatik dengan menciptakan situasi seolah-olah satu pihak mau mengambil langkah berbahaya alih-alih mundur. Semasa Perang Dingin, ancaman senjata nuklir sering digunakan untuk mengubah arus konflik.
Asal usul
[sunting | sunting sumber]Brinkmanship merupakan tindakan memperparah ancaman untuk mencapai tujuan utama. Kata brinkmanship konon dicetuskan oleh Adlai Stevenson dalam kritiknya terhadap ide "mendorong ke ambang batas" di sebuah wawancara bersama Menteri Luar Negeri John Foster Dulles pada masa pemerintahan Eisenhower era Perang Dingin.[1] Ancaman yang muncul semakin membesar sampai-sampai sulit untuk ditangani dan memaksa kedua belah pihak untuk mundur. Brinkmanship pernah terjadi pada masa Perang Dingin. Peningkatan ancaman perang nuklir akan memicu kepastian saling menghancurkan.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Keseimbangan teror
- Brinkmanship (Perang Dingin)
- Chicken (permainan)
- Teori permainan
- Gamesmanship
- Krisis internasional
- Pembalasan besar
- Kepastian saling menghancurkan
- Teori orang gila
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "brinkmanship | Origin and meaning of brinkmanship by Online Etymology Dictionary". www.etymonline.com.
4. ^* Watry, David M. Diplomacy at the Brink: Eisenhower, Churchill, and Eden in the Cold War. Baton Rouge: Louisiana State University Press, 2014.