Lompat ke isi

Kenyamanan termal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kenyamanan termal adalah suatu kepuasan pikiran yang dialami manusia terhadap kondisi temperatur di lingkungan sekitarnya. Tolok ukur kenyamanan termal mencakup keseimbangan antara suhu udara dan suhu tubuh manusia. Kenyamanan termal dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan psikologi. Faktor-faktor yang utama antara lain mekanisme fisiologi, kegiatan fisik manusia, dan jenis pakaian yang digunakan serta interaksi antarmanusia. Selain itu, terdapat faktor iklim yang meliputi suhu udara, kelembapan relatif, kecepatan aliran udara, dan perpindahan panas. Kondisi kenyamanan termal yang seimbang atau netral memperhitungkan faktor makanan, kerja, jenis pakaian, dan perpindahan panas.[1]

Sudut pandang

[sunting | sunting sumber]

Penentuan kenyamanan termal pada suatu ruangan atau bangunan dapat diketahui melalui sudut pandang psikologi maupun fisiologi. Pada sudut padang psikologi, manusia memperoleh kenyamanan termal ketika suhu ruangan berada di antara suhu panas dan suhu dingin. Kenyamanan termal secara psikologi diurutkan menjadi beberapa sensasi yang dialami oleh tubuh manusia. Urutan kenyamanan termal secara psikologi yaitu panas, hangat, sedikit hangat, netral, sedikit sejuk, sejuk, dan dingin. Sementara itu, kenyamanan termal secara fisiologi diperoleh ketika tubuh manusia tidak mengeluarkan keringat akibat interaksi perpindahan panas antara tubuh dan lingkungan. Kenyamanan termal secara fisiologi dapat diukur melalui pengamatan dari segi lingkungan dan individu. Pengamatan lingkungan meliputi nilai suhu lingkungan, kelembapan relatif, suhu transmitansi panas rata-rata selama radiasi matahari serta melalui pergerakan udara. Sementara itu, pengamatan individu meliputi bahan isolasi panas yang dijadikan sebagai bahan pakaian serta aktivitas fisik dari individu.[2]

Produktivitas kerja

[sunting | sunting sumber]

Kenyamanan termal merupakan salah satu bagian dari kenyamanan gerak. Aktivitas para pekerja akan meningkat di dalam ruangan atau bangunan yang dirancang dengan kenyamanan termal yang sesuai. Dalam kaitannya dengan kenyamanan, kenyamanan termal meliputi pula kenyamanan visual dan kenyamanan akustikal. Manusia akan menghasilkan produktivitas yang tinggi bila berada dalam kondisi kenyamanan yang tinggi untuk bekerja. Selain itu, kenyamanan termal suatu bangunan dapat mempertahankan kesehatan manusia yang berkaitan dengan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kenyamanan termal dapat mengurangi risiko tubuh manusia mengalami kelumpuhan, kelelahan dan kematian akibat suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu lembap.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kindangen, Jefrey I. (2017). Pendinginan Pasif untuk Arsitektur Tropis Lembab. Sleman: Deepublish. hlm. 5. ISBN 978-602-401-925-9. 
  2. ^ Gunawan, B., dkk. (2012). Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia Jilid 2: Pedoman Teknis Desain (PDF). Jakarta: Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia. hlm. 25–26. ISBN 978-602-17264-2-6. 
  3. ^ Sugini (2014). Kenyamanan Termal Ruang: Konsep dan Penerapan pada Desain (PDF). Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 2. ISBN 978-602-262-175-1.