Konfederasi Turatea
Konfederasi Turatea adalah hubungan kerja sama politik antara tiga kerajaan di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Bangkala, Kerajaan Binamu, dan Kerajaan Laikang. Pada masa peralihan Kegubernuran Makassar dari Inggris kepada Belanda, Konfederasi Turatea termasuk pihak kerajaan yang tidak menolak prosesi serah terimanya.
Anggota
[sunting | sunting sumber]Konfederasi Turatea terdiri dari tiga kerajaan di Sulawesi Selatan. Kerajaan-kerajaan ini yaitu Kerajaan Bangkala, Kerajaan Binamu, dan Kerajaan Laikang. Masing-masing kerajaan memiliki sistem pemerintahannya sendiri. Anggota Konfederasi Turatea menjalin hubungan dengan Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Bone.[1]
Perpolitikan
[sunting | sunting sumber]Masa Kegubernuran Makassar
[sunting | sunting sumber]Ketika Peter Theoderus Chasse melakukan upacara serah terima kekuasaan dari Inggris atas wilayah Kota Makassar dan sekitarnya, ada beberapa kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan yang mendukungnya dan ada pula yang menentangnya. Upacara ini dihadiri Peter Theoderus Chasse sebagai Gubernur Belanda di Makassar dan Sekitarnya. Chasse ditemani oleh Letnan Kolonel Bisschef dan Kapten Dieta. Kerajaan lokal yang tidak mendukung hal ini adalah Kerajaan Bone, Kedatuan Suppa, Kerajaan Tanete dan semua kerajaan dari Suku Mandar. Kerajaan-kerajaan ini tidak mengirim utusan untuk menghadiri upacara. Sedangkan raja-raja dari Konfederasi Turatea menghadiri acara ini bersama dengan raja dari Kerajaan Gowa, Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Soppeng.[2]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rahman, Eka Yuliana (2020). "Sejarah Penyebaran Islam di Konfederasi Turatea Abad XVII (Tinjauan Sistem Pemerintahan dan Religi)" (PDF). Jurnal Pendidikan Sejarah. 9 (1): 18. ISSN 2301-461X.
- ^ Latif, Abd. (2014). "Diplomasi dan Ekspedisi Militer Belanda terhadap Tiga Kerajaan Lokal di Sulawesi Selatan, 1824-1860" (PDF). Sosiohumanika: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Minda Masagi Press Bandung, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya. 7 (2): 160. ISSN 1979-0112.