Pengguna:Swarabakti/Tata bahasa Makassar
Tata bahasa
[sunting | sunting sumber]Pronomina persona
[sunting | sunting sumber]Pronomina persona dalam bahasa Makassar memiliki tiga bentuk, yaitu 1) bentuk bebas, 2) proklitika yang merujuk-silang (cross-reference) argumen S dan P ('absolutif'), serta 3) enklitika yang merujuk-silang argumen A ('ergatif').[1][a] Tabel berikut menunjukkan ketiga bentuk pronomina ini beserta pemarkah kepunyaan bagi masing-masing serinya.[2]
Glos | Pronomina bebas (PRO) |
Proklitika (ERG) |
Enklitika (ABS) |
Pemarkah kepunyaan (POSS) |
---|---|---|---|---|
1 | (i)nakke | ku= | =a' | ≡ku |
1PL.INCL/2POL | (i)katte | ki= | =ki' | ≡ta |
1PL.EXCL | †(i)kambe | – | *=kang | †≡mang |
2FAM | (i)kau | =nu | =ko | ≡nu |
3 | ia | na= | =i | ≡na |
Pronomina persona pertama jamak inklusif juga digunakan untuk merujuk kepada persona kedua jamak sekaligus berfungsi sebagai bentuk hormat bagi persona kedua tunggal. Seri pronomina persona pertama ku= lazimnya juga digunakan untuk merujuk pada persona pertama jamak dalam bahasa Makassar modern; pronomina kambe dan pemarkah kepunyaan ≡mang bersifat arkais, sementara enklitika =kang hanya dapat muncul dalam bentuk kombinasi dengan klitika pemarkah modalitas dan aspek, seperti =pakang (=pa IPF =kang 1PL.EXCL).[3]
Bentuk proklitika dan enklitika merupakan bentuk pronomina yang paling umum digunakan untuk merujuk pada persona atau benda yang dituju (lihat bagian #Kalimat untuk contoh penggunaannya). Bentuk bebas lebih jarang digunakan; pemakaiannya biasanya terbatas pada kalimat presentatif (kalimat yang menyatakan atau mengenalkan sesuatu, lihat contoh 1), sebagai penekanan (2), dalam frasa preposisional yang berfungsi sebagai argumen maupun adjung (3), dan sebagai predikat (4).[4][b]
- (1)Iaminjo allo makaruayya
ia
3PRO
=mo
=PFV
=i
=3
(a)njo
itu
allo
hari
maka-
ORD-
rua
dua
≡a
≡DEF
'Itulah hari kedua(nya).' (Jukes 2020, hlm. 169)
- (2)… lompo-lompoi ana'na, na inakke, tenapa kutianang
lompo-lompo
RDP-besar
=i
=3
ana'
anak
≡na
≡3.POSS
na
dan
i-
PERS-
nakke
1PRO
tena
NEG
=pa
=IPF
ku=
1=
tianang
hamil
'… anaknya besar-besar, sedangkan saya, belum lagi hamil.' (Jukes 2020, hlm. 170)
- (3)Amminawanga' ri katte
aN(N)-
BV-
pinawang
ikut
=a'
=1
ri
PREP
katte
2FAMPRO
'Aku mengikutimu.' (Jukes 2020, hlm. 170)
Nomina dan frasa nomina
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kata tunjuk
[sunting | sunting sumber]Verba
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Adjektiva
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Adverbia
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Numeralia
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kalimat
[sunting | sunting sumber]Kalimat intransitif
[sunting | sunting sumber]Dalam klausa atau kalimat intransitif bahasa Makassar, enklitika 'absolutif' (=ABS) digunakan untuk merujuk-silang satu-satunya argumen dalam kalimat tersebut (S) jika argumen tersebut bersifat takrif (definite) atau kentara (salient) menurut konteks percakapannya. Enklitika ini selalu dipasangkan pada konstituen pertama dari sebuah kalimat—dengan kata lain, enklitika ini merupakan enklitika Wackernagel, atau enklitika yang selalu berada di posisi kedua. Prefiks (imbuhan awalan) aK- umumnya digunakan untuk membentuk verba intransitif, walaupun beberapa verba seperti tinro 'tidur' tidak memerlukan prefiks ini.[5]
- (11)A'jappai Balandayya
aK-
MV-
jappa
jalan
=i
=3
Balanda
Belanda
≡a
≡DEF
'Si orang Belanda berjalan.' (Jukes 2013a, hlm. 68)
Kalimat intransitif juga dapat dibentuk dengan inti (head) predikat nomina (13) dan pronomina (contoh 4 di atas), adjektiva (14) atau frasa preposisional (15).[6]
- (14)Bambangi alloa
bambang
panas
=i
=3
allo
hari
≡a
≡DEF
'Siang hari (ini/itu) panas.' (Jukes 2013a, hlm. 69)
Kalimat transitif
[sunting | sunting sumber]Verba dalam kalimat transitif tidak diimbuhi afiks, tetapi diberi proklitika pronomina yang menandakan A atau pelaku (actor) serta enklitika pronomina yang menandakan P atau penanggap (undergoer).[6]
- (16)Nakokkoka' miongku
na=
3=
kokko'
gigit
=a'
=1
miong
kucing
≡ku
≡1.POSS
'Kucingku menggigitku.' (Jukes 2013a, hlm. 69)
Jika kedua argumen yang melengkapi predikat verba sama-sama merupakan persona ketiga, dapat terjadi ketaksaan mengenai argumen mana yang dirujuk-silang oleh masing-masing klitika. Dalam kasus ini, konteks pragmatis diperlukan untuk menentukan makna yang tepat bagi kalimat tersebut.[6]
- (17)Naciniki tedongku i Ali
na=
3=
cini'
lihat
=i
=3
tedong
kerbau
≡ku
≡1.POSS
i
PERS
Ali
Ali
'Si Ali melihat kerbauku.'/'Kerbauku melihat si Ali.' (Jukes 2013a, hlm. 69)
Agar dapat dirujuk-silang dengan klitika, penanggap dalam kalimat transitif harus bersifat takrif. Contoh penanggap yang bersifat takrif adalah nama dan gelar, kata yang rujukannya kentara secara pragmatis seperti pronomina persona pertama dan kedua, atau kata yang dipasangkan dengan pemarkah kepunyaan (10) dan takrif (12).[7]
- (18)Kukanrei untia
ku=
1=
kanre
makan
=i
=3
unti
pisang
≡a
≡DEF
'Saya memakan pisang(nya).' (Jukes 2013a, hlm. 70)
Pengecualian terhadap pola umum pembentukan kalimat transitif terjadi jika 1) argumen A atau P menjadi fokus dalam sebuah kalimat; 2) klitika dipasangkan pada kata lainnya karena ada unsur sebelum verba (mengikuti aturan bahwa klitika harus selalu berada pada posisi kedua); atau 3) jika kalimat tersebut memiliki penanggap yang taktakrif (indefinite). Pola ketiga dianalisis oleh Jukes sebagai bentuk kalimat semitransitif.[8]
Kalimat semitransitif
[sunting | sunting sumber]Kalimat semitransitif merupakan kalimat yang memiliki dua partisipan, tetapi hanya satu partisipan saja yaitu pelaku yang dirujuk-silang oleh klitika pronomina. Klitika yang dipakai adalah seri enklitika pronomina 'absolutif' (yang umumnya digunakan untuk merujuk-silang S dan P). Dengan kata lain, verba dalam kalimat semitransitif umumnya bersifat bivalen atau dwivalen (memerlukan dua argumen atau pelengkap verba) seperti dalam kalimat transitif, tetapi penanggap dalam kalimat sejenis ini berbeda dari P dalam kalimat transitif pada umumnya karena tidak dirujuk-silang oleh klitika pronomina. Prefiks aN(N)- umumnya diimbuhkan pada verba semi-transitif. Penanggap dalam kalimat sejenis ini bersifat taktakrif, seperti yang bisa dilihat dari contoh (19); bandingkan dengan contoh (18) yang memiliki penanggap takrif.[9]
Frasa nomina penanggap (seperti unti 'pisang' dalam contoh 18) umumnya diperlukan untuk melengkapi kalimat semi-transitif. Walaupun begitu, frasa nomina ini dapat dibuang dalam kalimat dengan verba ambitransitif (verba yang dapat dimaknai sebagai verba transitif maupun intransitif) seperti kanre 'makan' dan inung 'minum'. Kalimat seperti ini dapat dianggap memiliki makna intransitif.[7]
Kalimat tanya
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kalimat perintah
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kalimat sangkalan
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kalimat eksistensial dan presentatif
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Fokus dan topik
[sunting | sunting sumber]Fokus
[sunting | sunting sumber]Argumen dalam sebuah kalimat dapat muncul sebelum verba dan tidak dirujung-silang dengan klitika. Argumen yang berada pada posisi ini dianggap sebagai argumen yang difokuskan, dengan fungsi pragmatis seperti disambiguasi, penekanan, atau pemastian.[10]
Jika dibandingkan dengan contoh (12) yang sekadar merupakan pernyataan fakta ('si Ali tidur'), contoh (21) dapat menyatakan makna 'kuberitahu padamu, si Ali sedang tidur', 'kudengar si Ali sedang tidur', atau makna interogatif 'benarkah si Ali yang tidur?'. Contoh ini juga merupakan jawaban bagi pertanyaan inai tinro? 'siapa yang tidur?'.[10]
Dalam kalimat transitif, salah satu argumen (tetapi tidak keduanya) dapat difokuskan.[11] Imbuhan aN- (bedakan dari imbuhan semi-transitif aN(N)- yang menukar konsonan awal kata dasar dengan bunyi sengau) biasanya akan ditambahkan pada kalimat dengan fokus pada argumen pelaku, sementara kalimat dengan fokus pada argumen penanggap tidak memilki imbuhan apapun dan hanya ditandai dengan ketiadaan klitika yang merujuk-silang argumen tersebut.[12] Contoh kalimat (22) memfokuskan argumen A atau pelaku, sementara contoh (23) memfokuskan argumen P atau penanggap.[11]
- (22)Kongkonga ambunoi mionga
kongkong
anjing
≡a
≡DEF
aN-
AF-
buno
bunuh
=i
=3
miong
kucing
≡a
≡DEF
'Si anjing membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 667)
- (23)Mionga nabuno kongkonga
miong
kucing
≡a
≡DEF
na=
3=
buno
bunuh
kongkong
anjing
≡a
≡DEF
'Si anjing membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 667)
Topikalisasi
[sunting | sunting sumber]Topikalisasi merupakan proses pelepasan ke kiri (left dislocation), atau pengedepanan unsur kalimat yang disertai jeda prosodik antara unsur tersebut dan unsur kalimat lainnya. Topikalisasi berbeda dari fokus karena argumen inti yang dijadikan topik tetap harus dirujuk-silang. Secara fungsi, topikalisasi biasanya digunakan untuk menetapkan topik baru dalam sebuah naskah atau percakapan.[13] Perbedaan antara topik dan fokus dapat dilihat dalam contoh (24–25). Dalam kedua contoh tersebut, argumen A berada pada posisi topik dan dirujuk-silang oleh klitika na=, tetapi dalam contoh (25), argumen P yang berada pada posisi fokus tidak dirujuk-silang oleh klitika apapun.[14]
- (24)Kongkonga, nabunoi mionga
kongkong
anjing
≡a
≡DEF
na=
3=
buno
bunuh
=i
=3
miong
kucing
≡a
≡DEF
'Mengenai si anjing, ia membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 668)
- (25)Kongkonga, mionga nabuno
kongkong
anjing
≡a
≡DEF
miong
kucing
≡a
≡DEF
na=
3=
buno
bunuh
'Mengenai si anjing, si kucinglah yang ia bunuh.' (Jukes 2005, hlm. 668)
Kala, aspek, dan modalitas
[sunting | sunting sumber]Selain klitika persona yang dipakai untuk merujuk-silang argumen dalam sebuah kalimat, bahasa Makassar juga memiliki serangkaian klitika yang digunakan untuk memarkahi makna gramatikal seperti aspek, modalitas, kala (tense), dan polaritas (pembenaran atau penyangkalan). Klitika yang termasuk golongan ini adalah proklitika la= FUT dan ta= NEG, serta enklitika =mo PFV, =pa IPF, =ja LIM, dan =ka OR.[15] Klitika jenis ini selalu diletakkan sebelum klitika persona (jika ada), baik dalam posisi awal atau akhir kata dasar yang diimbuhinya.[16] Bunyi vokal dalam enklitika aspek/modalitas akan dibuang jika diikuti oleh enklitika persona =a' dan =i, dengan pengecualian enklitika =ka yang menjadi =kai jika dipasangkan dengan =i. Tabel berikut menunjukkan kombinasi antara enklitika aspek/modalitas dan persona.[17]
=a' 1 | =ki' 1PL.INCL/2POL | =kang 1PL.EXCL | =ko 2FAM | =i 3 | |
---|---|---|---|---|---|
=mo PFV | =ma' | =maki' | =makang | =mako | =mi |
=pa IPF | =pa' | =paki' | =pakang | =pako | =pi |
=ja LIM | =ja' | =jaki' | =jakang | =jako | =ji |
=ka OR | =ka' | =kaki' | =kakang | =kako | =kai |
Proklitika ta=, walaupun merupakan morfem penyangkal yang paling dasar dalam bahasa Makassar, bukan merupakan penyangkal yang paling umum digunakan. Konstruksi sangkalan pada umumnya menggunakan gabungan kata yang sudah mengalami gramatikalisasi seperti taena 'tidak'.[17] Proklitika la= dapat digunakan untuk menyatakan kala mendatang (future tense) atau makna 'akan', seperti dalam contoh berikut:[18]
- (5)Lamangea' ri pasaraka ammuko
la=
FUT=
mange
pergi
=a'
=1
ri
PREP
pasar
pasar
=a'
=EC
≡a
≡DEF
ammuko
besok
'Saya akan pergi ke pasar besok.' (Jukes 2013b, hlm. 127)
Proklitika la= juga dapat ditemui dalam pertanyaan, seperti dalam contoh (6) yang merupakan sapaan umum di Makassar (walaupun bentuk singkat lakeko mae? lebih lazim).[18]
- (6)Lakereko mae?
la=
FUT=
kere
di mana
=ko
=2FAM
mae
ada
'Kamu mau ke mana?' (arti harfiah: 'di mana kamu akan berada?') (Jukes 2013b, hlm. 127)
Penggunaan klitika perfektif =mo bersamaan dengan la= menandakan bahwa hal yang dirujuk oleh kedua klitika tersebut akan segera terjadi.[18]
- (7)Lakusaremako pa'arengang
la=
FUT=
ku=
1=
sare
beri
=mo
=PFV
=ko
=2FAM
pa>
NR>
aK-
MV-
areng
nama
<ang
<NR
'Akan kuberikan engkau penamaan (sekarang juga).' (Jukes 2013b, hlm. 127)
Enklitika =mo sendiri pada dasarnya merupakan pemarkah aspek perfektif atau makna 'sudah'.[19]
- (8)Pirambulammi battanta? Sibulamma' taccini' cera'
piraN-
berapa
bulang
bulan
=mo
=PFV
=i
=3
battang
perut
≡ta
≡2POL.POSS
si-
se-
bulang
bulan
=mo
=PFV
=a'
=1
ta=
NEG=
aK-
MV-
cini'
lihat
cera'
darah
'Sudah berapa bulan Ibu hamil? Sudah sebulan saya lihat tidak ada darah.' (Jukes 2013b, hlm. 128)
Enklitika ini juga memiliki makna deontik (menandakan keharusan atau kepastian) dan dapat digunakan dalam konstruksi imperatif seperti dalam contoh (9). Dalam konstruksi interogatif, penambahan enklitika =mo menandakan bahwa penanya menginginkan jawaban yang pasti.[20]
- (10)Keremi mae pammantangannu?
kere
di mana
=mo
=PFV
=i
=3
mae
ada
pa>
NR>
amm-
MV-
antang
tinggal
<ang
<NR
≡nu
≡2FAM.POSS
'Di mana sebetulnya tempat tinggalmu?' (Jukes 2013b, hlm. 128)
- ^ Jukes 2005, hlm. 655, 658.
- ^ a b Jukes 2020, hlm. 171.
- ^ Jukes 2020, hlm. 169.
- ^ Jukes 2020, hlm. 169–170.
- ^ Jukes 2013a, hlm. 68.
- ^ a b c Jukes 2013a, hlm. 69.
- ^ a b Jukes 2013a, hlm. 70.
- ^ Jukes 2013a, hlm. 69–70.
- ^ Jukes 2013a, hlm. 70–71.
- ^ a b Jukes 2013a, hlm. 79.
- ^ a b Jukes 2005, hlm. 667.
- ^ Jukes 2013a, hlm. 80.
- ^ Jukes 2020, hlm. 338–339.
- ^ Jukes 2005, hlm. 668.
- ^ Jukes 2013b, hlm. 123–124.
- ^ Jukes 2013b, hlm. 124.
- ^ a b c Jukes 2013b, hlm. 125.
- ^ a b c Jukes 2013b, hlm. 127.
- ^ Jukes 2013b, hlm. 128.
- ^ Jukes 2013b, hlm. 128–129.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan