Lompat ke isi

Pengguna:Swarabakti/Tata bahasa Makassar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tata bahasa

[sunting | sunting sumber]

1PRO:persona pertama, pronomina bebas 2FAMPRO:persona kedua akrab, pronomina bebas 2FAM:persona kedua, bentuk akrab 2POL:persona kedua, bentuk hormat AF:fokus aktor/pelaku OR:'atau' EC:suku kata VK-gema (echo-VC) NR:pembentuk nomina

Pronomina persona

[sunting | sunting sumber]

Pronomina persona dalam bahasa Makassar memiliki tiga bentuk, yaitu 1) bentuk bebas, 2) proklitika yang merujuk-silang (cross-reference) argumen S dan P ('absolutif'), serta 3) enklitika yang merujuk-silang argumen A ('ergatif').[1][a] Tabel berikut menunjukkan ketiga bentuk pronomina ini beserta pemarkah kepunyaan bagi masing-masing serinya.[2]

3. Pronomina persona[2]
Glos Pronomina bebas
(PRO)
Proklitika
(ERG)
Enklitika
(ABS)
Pemarkah kepunyaan
(POSS)
1 (i)nakke ku= =a' ≡ku
1PL.INCL/2POL (i)katte ki= =ki' ≡ta
1PL.EXCL (i)kambe *=kang ≡mang
2FAM (i)kau =nu =ko ≡nu
3 ia na= =i ≡na

Pronomina persona pertama jamak inklusif juga digunakan untuk merujuk kepada persona kedua jamak sekaligus berfungsi sebagai bentuk hormat bagi persona kedua tunggal. Seri pronomina persona pertama ku= lazimnya juga digunakan untuk merujuk pada persona pertama jamak dalam bahasa Makassar modern; pronomina kambe dan pemarkah kepunyaan ≡mang bersifat arkais, sementara enklitika =kang hanya dapat muncul dalam bentuk kombinasi dengan klitika pemarkah modalitas dan aspek, seperti =pakang (=pa IPF =kang 1PL.EXCL).[3]

Bentuk proklitika dan enklitika merupakan bentuk pronomina yang paling umum digunakan untuk merujuk pada persona atau benda yang dituju (lihat bagian #Kalimat untuk contoh penggunaannya). Bentuk bebas lebih jarang digunakan; pemakaiannya biasanya terbatas pada kalimat presentatif (kalimat yang menyatakan atau mengenalkan sesuatu, lihat contoh 1), sebagai penekanan (2), dalam frasa preposisional yang berfungsi sebagai argumen maupun adjung (3), dan sebagai predikat (4).[4][b]

(1)
Iaminjo allo makaruayya

ia

3PRO

=mo

=PFV

=i

=3

(a)njo

itu

allo

hari

maka-

ORD-

rua

dua

≡a

DEF

ia =mo =i (a)njo allo maka- rua ≡a

3PRO =PFV =3 itu hari ORD- dua ≡DEF

'Itulah hari kedua(nya).' (Jukes 2020, hlm. 169)

(2)
… lompo-lompoi ana'na, na inakke, tenapa kutianang

lompo-lompo

RDP-besar

=i

=3

ana'

anak

≡na

3.POSS

na

dan

i-

PERS-

nakke

1PRO

tena

NEG

=pa

=IPF

ku=

1=

tianang

hamil

lompo-lompo =i ana' ≡na na i- nakke tena =pa ku= tianang

RDP-besar =3 anak ≡3.POSS dan PERS- 1PRO NEG =IPF 1= hamil

'… anaknya besar-besar, sedangkan saya, belum lagi hamil.' (Jukes 2020, hlm. 170)

(3)
Amminawanga' ri katte

aN(N)-

BV-

pinawang

ikut

=a'

=1

ri

PREP

katte

2FAMPRO

aN(N)- pinawang =a' ri katte

BV- ikut =1 PREP 2FAMPRO

'Aku mengikutimu.' (Jukes 2020, hlm. 170)

(4)
inakkeji

I-

PERS-

nakke

1PRO

=ja

=LIM

=i

=3

I- nakke =ja =i

PERS- 1PRO =LIM =3

'Ini hanya aku.' (Jukes 2020, hlm. 170)

Nomina dan frasa nomina

[sunting | sunting sumber]


Kata tunjuk

[sunting | sunting sumber]

Adjektiva

[sunting | sunting sumber]

Numeralia

[sunting | sunting sumber]

Kalimat intransitif

[sunting | sunting sumber]

Dalam klausa atau kalimat intransitif bahasa Makassar, enklitika 'absolutif' (=ABS) digunakan untuk merujuk-silang satu-satunya argumen dalam kalimat tersebut (S) jika argumen tersebut bersifat takrif (definite) atau kentara (salient) menurut konteks percakapannya. Enklitika ini selalu dipasangkan pada konstituen pertama dari sebuah kalimat—dengan kata lain, enklitika ini merupakan enklitika Wackernagel, atau enklitika yang selalu berada di posisi kedua. Prefiks (imbuhan awalan) aK- umumnya digunakan untuk membentuk verba intransitif, walaupun beberapa verba seperti tinro 'tidur' tidak memerlukan prefiks ini.[5]

(11)
A'jappai Balandayya

aK-

MV-

jappa

jalan

=i

=3

Balanda

Belanda

≡a

DEF

aK- jappa =i Balanda ≡a

MV- jalan =3 Belanda ≡DEF

'Si orang Belanda berjalan.' (Jukes 2013a, hlm. 68)

(12)
Tinroi i Ali

tinro

tidur

=i

=3

i

PERS

Ali

Ali

tinro =i i Ali

tidur =3 PERS Ali

'Si Ali tidur.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

Kalimat intransitif juga dapat dibentuk dengan inti (head) predikat nomina (13) dan pronomina (contoh 4 di atas), adjektiva (14) atau frasa preposisional (15).[6]

(13)
Jaranga'

jarang

kuda

=a'

=1

jarang =a'

kuda =1

'Saya (adalah seekor) kuda.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

(14)
Bambangi alloa

bambang

panas

=i

=3

allo

hari

≡a

DEF

bambang =i allo ≡a

panas =3 hari ≡DEF

'Siang hari (ini/itu) panas.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

(15)
Ri balla'nai

ri

PREP

balla'

rumah

≡na

3.POSS

=i

=3

ri balla' ≡na =i

PREP rumah ≡3.POSS =3

'Dia (berada) di rumahnya.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

Kalimat transitif

[sunting | sunting sumber]

Verba dalam kalimat transitif tidak diimbuhi afiks, tetapi diberi proklitika pronomina yang menandakan A atau pelaku (actor) serta enklitika pronomina yang menandakan P atau penanggap (undergoer).[6]

(16)
Nakokkoka' miongku

na=

3=

kokko'

gigit

=a'

=1

miong

kucing

≡ku

1.POSS

na= kokko' =a' miong ≡ku

3= gigit =1 kucing ≡1.POSS

'Kucingku menggigitku.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

Jika kedua argumen yang melengkapi predikat verba sama-sama merupakan persona ketiga, dapat terjadi ketaksaan mengenai argumen mana yang dirujuk-silang oleh masing-masing klitika. Dalam kasus ini, konteks pragmatis diperlukan untuk menentukan makna yang tepat bagi kalimat tersebut.[6]

(17)
Naciniki tedongku i Ali

na=

3=

cini'

lihat

=i

=3

tedong

kerbau

≡ku

1.POSS

i

PERS

Ali

Ali

na= cini' =i tedong ≡ku i Ali

3= lihat =3 kerbau ≡1.POSS PERS Ali

'Si Ali melihat kerbauku.'/'Kerbauku melihat si Ali.' (Jukes 2013a, hlm. 69)

Agar dapat dirujuk-silang dengan klitika, penanggap dalam kalimat transitif harus bersifat takrif. Contoh penanggap yang bersifat takrif adalah nama dan gelar, kata yang rujukannya kentara secara pragmatis seperti pronomina persona pertama dan kedua, atau kata yang dipasangkan dengan pemarkah kepunyaan (10) dan takrif (12).[7]

(18)
Kukanrei untia

ku=

1=

kanre

makan

=i

=3

unti

pisang

≡a

DEF

ku= kanre =i unti ≡a

1= makan =3 pisang ≡DEF

'Saya memakan pisang(nya).' (Jukes 2013a, hlm. 70)

Pengecualian terhadap pola umum pembentukan kalimat transitif terjadi jika 1) argumen A atau P menjadi fokus dalam sebuah kalimat; 2) klitika dipasangkan pada kata lainnya karena ada unsur sebelum verba (mengikuti aturan bahwa klitika harus selalu berada pada posisi kedua); atau 3) jika kalimat tersebut memiliki penanggap yang taktakrif (indefinite). Pola ketiga dianalisis oleh Jukes sebagai bentuk kalimat semitransitif.[8]

Kalimat semitransitif

[sunting | sunting sumber]

Kalimat semitransitif merupakan kalimat yang memiliki dua partisipan, tetapi hanya satu partisipan saja yaitu pelaku yang dirujuk-silang oleh klitika pronomina. Klitika yang dipakai adalah seri enklitika pronomina 'absolutif' (yang umumnya digunakan untuk merujuk-silang S dan P). Dengan kata lain, verba dalam kalimat semitransitif umumnya bersifat bivalen atau dwivalen (memerlukan dua argumen atau pelengkap verba) seperti dalam kalimat transitif, tetapi penanggap dalam kalimat sejenis ini berbeda dari P dalam kalimat transitif pada umumnya karena tidak dirujuk-silang oleh klitika pronomina. Prefiks aN(N)- umumnya diimbuhkan pada verba semi-transitif. Penanggap dalam kalimat sejenis ini bersifat taktakrif, seperti yang bisa dilihat dari contoh (19); bandingkan dengan contoh (18) yang memiliki penanggap takrif.[9]

(19)
Angnganrea' unti

aN(N)-

BV-

kanre

makan

=a'

=1

unti

pisang

aN(N)- kanre =a' unti

BV- makan =1 pisang

'Saya memakan pisang.' (Jukes 2013a, hlm. 70)

Frasa nomina penanggap (seperti unti 'pisang' dalam contoh 18) umumnya diperlukan untuk melengkapi kalimat semi-transitif. Walaupun begitu, frasa nomina ini dapat dibuang dalam kalimat dengan verba ambitransitif (verba yang dapat dimaknai sebagai verba transitif maupun intransitif) seperti kanre 'makan' dan inung 'minum'. Kalimat seperti ini dapat dianggap memiliki makna intransitif.[7]

(20)
Angnganrea'

aN(N)-

BV-

kanre

makan

=a'

=1

aN(N)- kanre =a'

BV- makan =1

'Saya makan.' (Jukes 2013a, hlm. 70)

Kalimat tanya

[sunting | sunting sumber]


Kalimat perintah

[sunting | sunting sumber]


Kalimat sangkalan

[sunting | sunting sumber]


Kalimat eksistensial dan presentatif

[sunting | sunting sumber]


Fokus dan topik

[sunting | sunting sumber]

Argumen dalam sebuah kalimat dapat muncul sebelum verba dan tidak dirujung-silang dengan klitika. Argumen yang berada pada posisi ini dianggap sebagai argumen yang difokuskan, dengan fungsi pragmatis seperti disambiguasi, penekanan, atau pemastian.[10]

(21)
I Ali tinro

I

PERS

Ali

Ali

tinro

tidur

I Ali tinro

PERS Ali tidur

'Si Ali tidur.' (Jukes 2013a, hlm. 79)

Jika dibandingkan dengan contoh (12) yang sekadar merupakan pernyataan fakta ('si Ali tidur'), contoh (21) dapat menyatakan makna 'kuberitahu padamu, si Ali sedang tidur', 'kudengar si Ali sedang tidur', atau makna interogatif 'benarkah si Ali yang tidur?'. Contoh ini juga merupakan jawaban bagi pertanyaan inai tinro? 'siapa yang tidur?'.[10]

Dalam kalimat transitif, salah satu argumen (tetapi tidak keduanya) dapat difokuskan.[11] Imbuhan aN- (bedakan dari imbuhan semi-transitif aN(N)- yang menukar konsonan awal kata dasar dengan bunyi sengau) biasanya akan ditambahkan pada kalimat dengan fokus pada argumen pelaku, sementara kalimat dengan fokus pada argumen penanggap tidak memilki imbuhan apapun dan hanya ditandai dengan ketiadaan klitika yang merujuk-silang argumen tersebut.[12] Contoh kalimat (22) memfokuskan argumen A atau pelaku, sementara contoh (23) memfokuskan argumen P atau penanggap.[11]

(22)
Kongkonga ambunoi mionga

kongkong

anjing

≡a

DEF

aN-

AF-

buno

bunuh

=i

=3

miong

kucing

≡a

DEF

kongkong ≡a aN- buno =i miong ≡a

anjing ≡DEF AF- bunuh =3 kucing ≡DEF

'Si anjing membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 667)

(23)
Mionga nabuno kongkonga

miong

kucing

≡a

DEF

na=

3=

buno

bunuh

kongkong

anjing

≡a

DEF

miong ≡a na= buno kongkong ≡a

kucing ≡DEF 3= bunuh anjing ≡DEF

'Si anjing membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 667)

Topikalisasi

[sunting | sunting sumber]

Topikalisasi merupakan proses pelepasan ke kiri (left dislocation), atau pengedepanan unsur kalimat yang disertai jeda prosodik antara unsur tersebut dan unsur kalimat lainnya. Topikalisasi berbeda dari fokus karena argumen inti yang dijadikan topik tetap harus dirujuk-silang. Secara fungsi, topikalisasi biasanya digunakan untuk menetapkan topik baru dalam sebuah naskah atau percakapan.[13] Perbedaan antara topik dan fokus dapat dilihat dalam contoh (24–25). Dalam kedua contoh tersebut, argumen A berada pada posisi topik dan dirujuk-silang oleh klitika na=, tetapi dalam contoh (25), argumen P yang berada pada posisi fokus tidak dirujuk-silang oleh klitika apapun.[14]

(24)
Kongkonga, nabunoi mionga

kongkong

anjing

≡a

DEF

na=

3=

buno

bunuh

=i

=3

miong

kucing

≡a

DEF

kongkong ≡a na= buno =i miong ≡a

anjing ≡DEF 3= bunuh =3 kucing ≡DEF

'Mengenai si anjing, ia membunuh si kucing.' (Jukes 2005, hlm. 668)

(25)
Kongkonga, mionga nabuno

kongkong

anjing

≡a

DEF

miong

kucing

≡a

DEF

na=

3=

buno

bunuh

kongkong ≡a miong ≡a na= buno

anjing ≡DEF kucing ≡DEF 3= bunuh

'Mengenai si anjing, si kucinglah yang ia bunuh.' (Jukes 2005, hlm. 668)

Kala, aspek, dan modalitas

[sunting | sunting sumber]

Selain klitika persona yang dipakai untuk merujuk-silang argumen dalam sebuah kalimat, bahasa Makassar juga memiliki serangkaian klitika yang digunakan untuk memarkahi makna gramatikal seperti aspek, modalitas, kala (tense), dan polaritas (pembenaran atau penyangkalan). Klitika yang termasuk golongan ini adalah proklitika la= FUT dan ta= NEG, serta enklitika =mo PFV, =pa IPF, =ja LIM, dan =ka OR.[15] Klitika jenis ini selalu diletakkan sebelum klitika persona (jika ada), baik dalam posisi awal atau akhir kata dasar yang diimbuhinya.[16] Bunyi vokal dalam enklitika aspek/modalitas akan dibuang jika diikuti oleh enklitika persona =a' dan =i, dengan pengecualian enklitika =ka yang menjadi =kai jika dipasangkan dengan =i. Tabel berikut menunjukkan kombinasi antara enklitika aspek/modalitas dan persona.[17]

4. Enklitika aspek/modalitas dan persona[17]
=a' 1 =ki' 1PL.INCL/2POL =kang 1PL.EXCL =ko 2FAM =i 3
=mo PFV =ma' =maki' =makang =mako =mi
=pa IPF =pa' =paki' =pakang =pako =pi
=ja LIM =ja' =jaki' =jakang =jako =ji
=ka OR =ka' =kaki' =kakang =kako =kai

Proklitika ta=, walaupun merupakan morfem penyangkal yang paling dasar dalam bahasa Makassar, bukan merupakan penyangkal yang paling umum digunakan. Konstruksi sangkalan pada umumnya menggunakan gabungan kata yang sudah mengalami gramatikalisasi seperti taena 'tidak'.[17] Proklitika la= dapat digunakan untuk menyatakan kala mendatang (future tense) atau makna 'akan', seperti dalam contoh berikut:[18]

(5)
Lamangea' ri pasaraka ammuko

la=

FUT=

mange

pergi

=a'

=1

ri

PREP

pasar

pasar

=a'

=EC

≡a

DEF

ammuko

besok

la= mange =a' ri pasar =a' ≡a ammuko

FUT= pergi =1 PREP pasar =EC ≡DEF besok

'Saya akan pergi ke pasar besok.' (Jukes 2013b, hlm. 127)

Proklitika la= juga dapat ditemui dalam pertanyaan, seperti dalam contoh (6) yang merupakan sapaan umum di Makassar (walaupun bentuk singkat lakeko mae? lebih lazim).[18]

(6)
Lakereko mae?

la=

FUT=

kere

di mana

=ko

=2FAM

mae

ada

la= kere =ko mae

FUT= {di mana} =2FAM ada

'Kamu mau ke mana?' (arti harfiah: 'di mana kamu akan berada?') (Jukes 2013b, hlm. 127)

Penggunaan klitika perfektif =mo bersamaan dengan la= menandakan bahwa hal yang dirujuk oleh kedua klitika tersebut akan segera terjadi.[18]

(7)
Lakusaremako pa'arengang

la=

FUT=

ku=

1=

sare

beri

=mo

=PFV

=ko

=2FAM

pa>

NR>

aK-

MV-

areng

nama

<ang

<NR

la= ku= sare =mo =ko pa> aK- areng <ang

FUT= 1= beri =PFV =2FAM NR> MV- nama <NR

'Akan kuberikan engkau penamaan (sekarang juga).' (Jukes 2013b, hlm. 127)

Enklitika =mo sendiri pada dasarnya merupakan pemarkah aspek perfektif atau makna 'sudah'.[19]

(8)
Pirambulammi battanta? Sibulamma' taccini' cera'

piraN-

berapa

bulang

bulan

=mo

=PFV

=i

=3

battang

perut

≡ta

2POL.POSS

si-

se-

bulang

bulan

=mo

=PFV

=a'

=1

ta=

NEG=

aK-

MV-

cini'

lihat

cera'

darah

piraN- bulang =mo =i battang ≡ta si- bulang =mo =a' ta= aK- cini' cera'

berapa bulan =PFV =3 perut ≡2POL.POSS se- bulan =PFV =1 NEG= MV- lihat darah

'Sudah berapa bulan Ibu hamil? Sudah sebulan saya lihat tidak ada darah.' (Jukes 2013b, hlm. 128)

Enklitika ini juga memiliki makna deontik (menandakan keharusan atau kepastian) dan dapat digunakan dalam konstruksi imperatif seperti dalam contoh (9). Dalam konstruksi interogatif, penambahan enklitika =mo menandakan bahwa penanya menginginkan jawaban yang pasti.[20]

(9)
Ammempomaki'

amm-

MV-

empo

duduk

=mo

=PFV

=ki'

=2POL

amm- empo =mo =ki'

MV- duduk =PFV =2POL

'Duduklah.' (Jukes 2013b, hlm. 128)

(10)
Keremi mae pammantangannu?

kere

di mana

=mo

=PFV

=i

=3

mae

ada

pa>

NR>

amm-

MV-

antang

tinggal

<ang

<NR

≡nu

2FAM.POSS

kere =mo =i mae pa> amm- antang <ang ≡nu

{di mana} =PFV =3 ada NR> MV- tinggal <NR ≡2FAM.POSS

'Di mana sebetulnya tempat tinggalmu?' (Jukes 2013b, hlm. 128)

  1. ^ Jukes 2005, hlm. 655, 658.
  2. ^ a b Jukes 2020, hlm. 171.
  3. ^ Jukes 2020, hlm. 169.
  4. ^ Jukes 2020, hlm. 169–170.
  5. ^ Jukes 2013a, hlm. 68.
  6. ^ a b c Jukes 2013a, hlm. 69.
  7. ^ a b Jukes 2013a, hlm. 70.
  8. ^ Jukes 2013a, hlm. 69–70.
  9. ^ Jukes 2013a, hlm. 70–71.
  10. ^ a b Jukes 2013a, hlm. 79.
  11. ^ a b Jukes 2005, hlm. 667.
  12. ^ Jukes 2013a, hlm. 80.
  13. ^ Jukes 2020, hlm. 338–339.
  14. ^ Jukes 2005, hlm. 668.
  15. ^ Jukes 2013b, hlm. 123–124.
  16. ^ Jukes 2013b, hlm. 124.
  17. ^ a b c Jukes 2013b, hlm. 125.
  18. ^ a b c Jukes 2013b, hlm. 127.
  19. ^ Jukes 2013b, hlm. 128.
  20. ^ Jukes 2013b, hlm. 128–129.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan