Lompat ke isi

Teori perdamaian demokratik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Presiden Prancis Charles de Gaulle bersalaman dengan kanselir Jerman Barat Konrad Adenauer di Bonn tahun 1958, mengakhiri permusuhan Prancis-Jerman.

Teori perdamaian demokratik adalah salah satu dari teori Hubungan Internasional yang menyatakan bahwa negara dengan sistem demokrasi tidak akan berperang melawan negara demokrasi lainnya.

Menurut pendukung teori perdamaian demokratik, terdapat beberapa faktor yang dianggap mendorong perdamaian di antara negara-negara demokrasi:

  • Pemimpin demokratik dianggap bertanggung jawab atas mulainya perang oleh rakyat selaku pemegang kedaulatan;
  • Pemimpin demokratik yang bertanggung jawab kepada publik cenderung memanfaatkan institusi diplomatik untuk menyelesaikan permasalahan dengan negara lain;
  • Negara demokrasi cenderung tidak memandang negara demokrasi lain sebagai negara yang bermusuhan;
  • Negara-negara demokratis biasanya lebih kaya dari negara lain, sehingga enggan berperang demi menjaga infrastruktur dan sumber daya.

Asas-asas dasar teori ini pertama kali diajukan oleh Immanuel Kant pada tahun 1700-an. Dalam esainya Perpetual Peace yang ditulis pada tahun 1795, Kant berargumen bahwa sebagian besar rakyat tidak akan pernah memilih untuk berperang, kecuali untuk mempertahankan diri, karena mereka yang akan menanggung beban perang tersebut. Maka dari itu, apabila semua negara menjadi demokratis, rakyat selaku pemegang kedaulatan tidak akan memilih untuk berperang, sehingga pada akhirnya perang akan berakhir.

Namun, teori ini juga menuai kritik karena dianggap menyalahartikan korelasi sebagai sebab-akibat. Selain itu, definisi akademis "demokrasi" dan "perang" dapat diubah agar seolah terdapat tren tertentu.

Teori terkait

[sunting | sunting sumber]

Perdamaian Eropa

[sunting | sunting sumber]

Ada perdebatan sengit mengenai apakah tidak adanya perang umum besar di Eropa sejak 1945 diakibatkan oleh kerja sama dan integrasi negara-negara Eropa yang liberal-demokratis (seperti yang terjadi di Uni Eropa atau kerja sama Prancis-Jerman), penegakan perdamaian akibat campur tangan Uni Soviet dan Amerika Serikat sampai 1989 dan Amerika Serikat lagi setelahnya,[1] atau campuran keduanya.[2]

Perdebatan mengenai TPD mendapat perhatian masyarakat setelah Hadiah Nobel Perdamaian 2012 dianugerahkan kepada Uni Eropa atas perannya dalam menciptakan perdamaian di Eropa.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Hermann, Margaret G. (June 1998). "The U.S. Use of Military Intervention to Promote Democracy: Evaluating the Record". International Interactions. 24 (2): 91–114. doi:10.1080/03050629808434922. 
  • Hermann, Margaret G. (1995). "Military Intervention and The Democratic Peace". International Interactions. 21 (1): 1–21. doi:10.1080/03050629508434857. 
  • Hermann, Margaret G. (1996). "How Democracies Use Intervention: A Neglected Dimension in Studies of the Democratic Peace". Journal of Peace Research. 33 (3): 309–322. doi:10.1177/0022343396033003005. 
  • Hermann, Margaret G. (February 1997). "Putting Military Intervention into the Democratic Peace: A Research Note". Comparative Political Studies. 30 (1): 78–107. doi:10.1177/0010414097030001004. 
  • Mousseau, Michael (2000). "Market Prosperity, Democratic Consolidation, and Democratic Peace". Journal of Conflict Resolution. 44 (4): 472–507. doi:10.1177/0022002700044004004. 
  • Mousseau, Michael (2002). "An Economic Limitation to the Zone of Democratic Peace and Cooperation". International Interactions. 28 (April): 137–164. doi:10.1080/03050620212100. 
  • Mousseau, Michael. "Market Civilization and its Clash with Terror". International Security. 27 (3 (Winter)): 5–29. doi:10.1162/01622880260553615. 2002–03 
  • Mousseau, Michael (2003). "The Nexus of Market Society, Liberal Preferences, and Democratic Peace: Interdisciplinary Theory and Evidence". International Studies Quarterly. 47 (4): 483–510. doi:10.1046/j.0020-8833.2003.00276.x. 
  • Mousseau, Michael (2005). "Comparing New Theory with Prior Beliefs: Market Civilization and the Democratic Peace". Conflict Management and Peace Science. 22 (1): 63–77. doi:10.1080/07388940590915327. 
  • Mousseau, Michael; Shi, Yuhand (1999). "A Test for Reverse Causality in the Democratic Peace Relationship". Journal for Peace Research. 36 (6): 639–663. doi:10.1177/0022343399036006003. 
  • Mousseau, Michael (2003). "How the Wealth of Nations Conditions the Liberal Peace". European Journal of International Relations. 9 (4): 277–314. doi:10.1177/1354066103009002005. 
  • Müller, Harald; Wolff, Jonas (2004). "Dyadic Democratic Peace Strikes Back" (PDF). Paper prepared for presentation at the 5th Pan-European International Relations Conference the Hague, September 9–11, 2004. 
  • Müller, Harald (2004). "The Antinomy of Democratic Peace". International Politics. 41 (4): 494–520. doi:10.1057/palgrave.ip.8800089. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2015-05-01. 
  • Owen, John M. (1994). "Give Democratic Peace a Chance? How Liberalism Produces Democratic Peace". International Security. International Security, Vol. 19, No. 2. 19 (Vol. 19, No. 2. (Autumn, 1994)): 87–125. doi:10.2307/2539197. JSTOR 2539197. 

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Mendukung
Menentang